Dasar hukum larangan pemaksaan hubungan seksual

Padahal bila dilihat sebab ayat tersebut turun berkaitan dengan kegemaran sementara lelaki yang suka menggauli istrinya dari belakang dubur.Jelas di sini bahwa pesan ayat itu tidak untuk memperlakukan perempuan semaunya, seolah ayat itu bicara tentang tehnik main seks.Rasanya terlalu sepele hal seperti itu diangkat oleh al- Qur‟an. 41 Mencermati permasalahan yang terurai di atas penulis ingin melihat pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan suami dari dua perspektif hukum.Mengingat pemaksaan hubungan seksual merupakan persoalan modern yang belum ada masa Rasulullah.Bagaimana kedua aliran hukum sumber ini menanggapi pemaksaan hubungan seksual dalam perkawinan.Selain itu, dengan menggunakan tinjauan hukum Islam untuk menjawab permasalahan yang ada. 42

d. Faktor penyebab dan akhibat yang ditimbulkan dalam

pemaksaan hubungan seksual 1. Faktor-faktor penyebab terjadinya perkosaan dalam perkawinan. Libido yang berlebihan atau tidak berimbang dan penolakan istri untuk melakukan seksual.Suami dalam kondisi mabuk atau terganggu kesehatan jiwanya.Akibat kawin paksa.Pendapatan sumber ekonomi keluarga yang tidak berimbang. Intrepetasi yang keliru terhadap teks atau nash agama. Budaya patriarkhi yang sudah mengakar dan sulit untuk diubah. 43 2. Akibat yang ditimbulkan dari pemaksaan hubungan seksual Adapun yang menjadi efek negatif dari marital rape secara garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut: 41 Kompilasi Hukum Islam, Departemen Agama RI, 2001, h.45-46 42 Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat dan Kajian Fikih Nikah Lengkap, Rajawali,Jakarta, 2009, h.160 43 Qasim Amin, The New Women , Terj. Syariful Alam, ” Sejarah Penindasan PerempuanMenggugat Islam Laki-laki, Menggurat Islam Perempuan ”, IRciSOD,Yogyakarta, 2003 , h. 91 a. Penderitaan fisik yang dialami oleh istri, yakni hubungan badan yang disertai pemaksaan tanpa melalui ”pemanasan” terlebih dahulu, biasanya mengakibatkan rasa sakit istri pada wilayah reproduksinya, sehingga istri tidak bisa menikmati hubungan seksualnya. b. Penderitaan batin bagi istri, mengakibatkan terauma untuk melakukan aktifitas seksual, sehingga hubungan seksual bukan dalam arti kebutuhan ibadah, tetapi lebih kepada siksaan yang menyakitkan, karena istri benar-benar di posisikan sebagai objek seksual yang tidak mempunyai kebebasan untuk menunda atau menolaknya. c. Istri sebagai korban perkosaan sering merasa terasing dari masyarakat, ia merasa bahwa tindakan suaminya adalah karena kesalahanya. d. Kekerasan yang terus-menerus dilakukan mendorong istri untuk memberontak dan menentang suami yang selama ini memperlakukanya dengan kasar. Dengan demikian, jelas sekali bahwa apa yang menjadi latar belakang dan akibat yang ditimbulkan dari perkosaan suami atas istri dalam perkawinan tenti sajamembawa dampak berlebih bagi berbagai pihak. Tidak dibenarkan secara medis, psikis, dan lebih-lebih agama. 44

C. Etika hubungan Seksual Dalam Islam

a. Bersihkan diri terlebih dahulu; yaitu membersihkan tubuh dengan mandi, menyikat gigi agar tubuh segar saat berhubungan badan. b. Menggunakan wewangian; yaitu menggunakan farfum yang dapat membuat gairah seksual pasangan menjadi terangsang dan menambah aroma kesegaran tubuh. 44 Elli Nur Hayati , Kekerasan Seksual SeksualitasTeori dan Realitas, Program Gender dan Seksualitas FISIP UI bekerjasama dengan TheFord Foundation,Jakarta, 2004, h. 143 c. Shalat dua rakaat; yaitu sholat sunah meskipun saat manusia akan bersenang-senangpun selalu mengingat Allah sang maha pencipta. d. Berdandan dan berpakaian yang disukai suami atau istri; yaitu berpakaian yang dapat membangkitkan ghorizah nau , biasa nya pakaian seperti itu yang menggambarkan lekukan tubuh suami atau istri. e. Hubungan intim ditempat tertentu; yaitu hubungan seksual yang dilakukan suami dan istri ditempat yang menjadi favorit pasangan tersebut seperti, kolam renang, kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu, dapur, dll. f. Berdoa; yaitu meminta pada sang pencipta untuk memberikan yang terbaik untuk kehidupan keluarganya, dan kelak jika suatu hari diberikan buah hati dapat menjadi anak yang soleh dan solehah. g. Pemanasan; yaitu kegiatan yang dilakukan kedua pasangan suami istri dengan mencium, mencumbu bagian-bagian yang sensitif dan yang di inginkan oleh pasangan mereka masing-masing. h. Sama-sama memperoleh kepuasan; yaitu bersama-sama mendapatkan apa yang mereka inginkan dalam melakukan hubungan seksual. i. Mencuci kemaluan dan berwudhu jika mau mengulangi; yaitu membersihkan kemaluan masing-masing jika sudah selesai melakukan hubungan seksual dan jika masih mau mengulanginya lagi diharapkan untuk berwudhu untuk mendapatkan kesucian pada tubuh. j. Mandi besar; yaitu mandi setelah melakukan hubungan seksual. Dengan demikian tentu akan tercipta suatu hubungan seksual antara suami dan istri yang romantis, harmonis, seperti keinginan kebanyakan pasangan suami istri diseluruh dunia ini.Kalau masing-masing pihak suami istri sudah berpedoman pada hal tersebut di atas tentunya masing-masing akan saling berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan hal tersebut, tujuan luhur tesebut tidak akan tercapai apabila hanya diupayakan oleh salah satu pihak saja, jadi harus diupayakan

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pengangkatan Anak Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

5 114 133

Implementasi bantuan hukum terhadap hak tersangka terdakwa pada kasus kekerasan dalam rumah tangga(KDRT) : studi undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang penghapusan KDRT dan hukum islam

0 3 75

Tinjauan hukum Islam terhadap pembuktian tindak kekerasan psikis dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga

2 18 137

Wakaf Uang Menurut Hukum Islam Dan Undang-Undang No.41 Tahun 2004

0 6 73

Suami Melarang Isteri Bekerja Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 2004 Tentang PKDRT dan Perspektif Hukum Islam

0 10 85

TINJAUAN HUKUM MENGENAI ZAKAT SURAT BERHARGA SYARIAH MENURUT HUKUM ISLAM DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO 19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DAN UNDANG-UNDANG NO 23 TAHUN 2011 TENTAN.

0 0 1

WAKAF PRODUKTIF DALAM HUKUM ISLAM INDONESIA Analisis Filosofis Terhadap Undang-Undang RI No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

0 0 14

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

0 2 122

MARITAL RAPE (PEMAKSAAN HUBUNGAN SEKSUAL SUAMI TERHADAP ISTRI) PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG PENGAHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

0 0 93

Pemaksaan Hubungan Seksual Suami Terhadap Istri (Telaah Undang-Undang No.23 Tahun 2004 dan Hukum Islam) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 84