Pengaturan Hukuman Pidana Dalam Kasus UU PKDRT

e. faktor konflik bersenjata. 64 Masalah ekonomi menyangkut kehidupan dan paling banyak memicu tindak kekerasan kriminalitas , dimana menunjukan bahwa dalam beberapa penelitian di berbagai daerah faktor ekonomi selalu pada angka yang terbesar. Dalam masalah ini, setidaknya terbagi dua kelompok yang menjadi pelaku dan korban PKDRT. a. mereka sudah mapan ekonominya.

b. masyarakat miskin.

65 Mereka yang sudah mapan ekonominya, juga bisa melakukan KDRT. Penyebabnya bisa berbagai macam seperti sudah mempunyai pacar atau istri simpanan. Selain itu, suami-isteri sibuk, anak kemudian tidak mendapat perhatian, sehingga terlibat pergaulan bebas serta Narkoba. Akibatnya, suami melakukan KDRT ke isteri sebagai pelampiasan kekesalan. Pada masyarakat bawah, KDRT dilakukan pada umumnya karena kesulitan ekonomi. Suami dan istri melakukan KDRT untuk melampiaskan depresi stres akibat tekanan ekonomi. Kekerasan dalam rumah tangga karena tekanan ekonomi, banyak yang berujung dengan kematian. Bapak membunuh anak dan isteri, kemudian bunuh diri . 66 C. Akibat KDRT 64 Musni Umar,” Pencegahan Dan Penanggulangan Kekerasan Dalam rumah TanggaPKDRT ”,Makalah ,Jakarta, 4 Juli 2012 65 RUU Kitab Undang Undang Hukum Pidana, Direktorat Jendral Peraturan Perundang Undangan , Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Jakarta, 2008, h. 4 66 Hamidah Abdulrrachman, Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam Putusan Pengadilan Negeri Sebagai Implementasi Hak-Hak Korban , Jurnal Hukum No.3 Vol 7 juli, 2000, h. 448 Korban KDRT pada umumnya mengalami stres, dan depresi. Selain itu, korban KDRT juga ketakutan dan terauma. Tidak hanya itu, korban KDRT biasanya takut bertemu pelaku sehingga putus komunikasi antara korban dan pelaku yang berakhir pada perceraian. Pelaku PKDRT apabila kasusnya terungkap dan dilaporkan, biasanya timbul rasa menyesal, malu, rasa dihukum. Ada yang meminta maaf dan tobat, tapi juga tidak jarang memilih dengan jalan perceraian. 67

B. Pemaksaan Hubungan Seksual Dalam UU PKDRT

Menurut kitab undang-undang hukum pidana KUHP kekerasan dalam rumah tangga yang dimaksud dalam penulisan ini adalah Kekerasan dalam bentuk pemaksaan hubungan seksual. Sebagaimana terkandung dalam Pasal 8 huruf C UU RI No. 23 Tahun 2004 Tentang PKDRT menjelaskan tentang tindakan kekerasan seksual yang dilakukan terhadap orang dalam ruang lingkup rumah tangga dalam hal ini pemaksaan hubungan seksual suami terhadap sang istri. Larangan melakukan pemaksaan hubungan seksual ini berlak juga bagi pasangan suami istri dimanapun. Suami tidak bisa memaksakan keinginannya untuk berhubungan seksual dengan istrinya, apabila isterinya tersebut melakukan penolakan, begitupun sebaliknya. Termasuk juga dalam kategori kekerasan seksual dalam pengertian pemaksaan hubungan seksual, yaitu pemaksaan cara atau gaya berhubungan yang tidak wajar atau tidak disukai oleh salah satu pihak, suami atau istri. Pemaksaan hubungan seksual pada dasarnya tidak sejalan dengan kebiasaan masyarakat yang baik. Perbuatan ini tidak sesuai dengan hati nurani manusia. Telah banyak peraturan- peraturan yang dibuat untuk menghapus perilaku buruk terhadap perempuan. UU penghapusan kekerasan dalam rumah tangga adalah salah satu bentuk usaha pemerintah 67 Dede Rsyada, Hukum Pidana Dan Pranata Sosial , Lembaga Study Dan Kemasyarakatan, Jakarta, 1992, h.86 untuk menghilangkan kekerasan dalam keluarga yang sebagian besar korbannya adalah wanita istri. Pemaksaan hubungan seksual dalam rumah tangga sangat mungkin terjadi didalam perkawinan. Sebelum mengungkap lebih jauh mengenai pemaksaan ini, harus diketahui terlebih dahulu apa arti pemaksaan itu. Pada beberapa kasus, di saat seorang istri jatuh dalam perkawinan yang memang memiliki suami yang hiperseks, baik itu berupa kekerasan maupun kekejaman, ia tidak bisa melakukan apa-apa kecuali menangis dan meratapi nasibnya, ia kebingungan dan terjerat dan tidak tau apa yang harus dilakukan agar bisa keluar untuk membebaskan diri. Menurut penulis, hal itu pula yang banyak terjadi pada seorang istri yang mengalami tindak kekerasan seksual dari suaminya. Ia takut melaporkan tindakan kekerasan suaminya ke pihak berwenang karena ia punya ketergantungan ekonomi padanya. Ia bagaikan makan buah simalakama, disatu sisi jika dia tidak melapor ia akan makin tersiksa karena tindakan kekerasan yang dilakukan suaminya merupakan sesuatu siklus yang berulang. Di sisi lainnya, jika bersedia melaporkan kekerasan yang dilakukan suaminya, hal yang paling pahit yang akan terjadi adalah perceraian padahal kehidupan ekonomi rumah tangga bergantung pada suami. Maka yang terjadi kebanyakan kasus adalah sang istri memilih untuk tetap bertahan pada hubungan yang didasarkan atas kekerasan. 68 Sering tertulis dalam media massa untuk menggambarkan perbuatan keji berbentuk pemaksaan hubungan seksual. Indonesia dengan KUHP nya yang berlaku sejak tahun 1918 telah mengkualifikasikan perbuatan pemaksaan hubungan seksual ini sebagai kejahatan dengan sebutan sebagai pemerkosaan namun dalam lingkup rumah tangga, dan kejahatan ini termuat dalam KUHP tentang Kejahatan Terhadap Kesusilaan. 68 Al-Ghazali, Benang Tipis antara Haram dan Halal , Terj. Ahmad Shiddiq, Putra Pelajar,Surabaya, 2002, h. 199

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pengangkatan Anak Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

5 114 133

Implementasi bantuan hukum terhadap hak tersangka terdakwa pada kasus kekerasan dalam rumah tangga(KDRT) : studi undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang penghapusan KDRT dan hukum islam

0 3 75

Tinjauan hukum Islam terhadap pembuktian tindak kekerasan psikis dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga

2 18 137

Wakaf Uang Menurut Hukum Islam Dan Undang-Undang No.41 Tahun 2004

0 6 73

Suami Melarang Isteri Bekerja Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 2004 Tentang PKDRT dan Perspektif Hukum Islam

0 10 85

TINJAUAN HUKUM MENGENAI ZAKAT SURAT BERHARGA SYARIAH MENURUT HUKUM ISLAM DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO 19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DAN UNDANG-UNDANG NO 23 TAHUN 2011 TENTAN.

0 0 1

WAKAF PRODUKTIF DALAM HUKUM ISLAM INDONESIA Analisis Filosofis Terhadap Undang-Undang RI No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

0 0 14

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

0 2 122

MARITAL RAPE (PEMAKSAAN HUBUNGAN SEKSUAL SUAMI TERHADAP ISTRI) PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG PENGAHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

0 0 93

Pemaksaan Hubungan Seksual Suami Terhadap Istri (Telaah Undang-Undang No.23 Tahun 2004 dan Hukum Islam) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 84