Sitem Pendidikan Nasional Issu dan Tantangan Pendidikan Islam di Indonesia 1. Pendahuluan

Fase kedua ialah fase ketika masuknya ide-ide pembaharuan pemikiran Islam ke Indonesia. Sejak abad ke 19 Masehi telah berkumandang ide-ide pembaharuan pemikiran Islam ke seluruh dunia Islam. Khusus pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dilatar belakangi oleh dua faktor penting. Pertama faktor intern yakni kondisi masyarakat Muslim Indonesia yang terjajah dan terbelakang beberapa orang pemuka-pemuka masyarakat Indonesia untuk memulai gerakan pembaharuan pendidikan tersebut. Kedua, faktor ektern yakni sekembalinya pelajar dan mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu agama keTimur Tengah, dan setelah mereka kembali ke Indonesia mereka memulai gerakan-gerakan pembaharuan tersebut. Tokoh yang berpengaruh menggerakan pembaharuan tersebut adalah Syekh Muhammad Jamil Jambek, H. Karim amrullah, H. Abdullah ahmad, Ibrahim Musa Parabek di Sumatera Barat. Di Jawa muncul tokoh H. Ahmad Dahlan, dengan gerakan Muhammadiyahnya, H.Hasan dengan gerakan Persis, H. abdul Halim dengan gerakan Perserikatan Ulama, K.H. Hasyim Asy’ary dengan organisasi Nahdatul Ulama. Daulay, 2001:47. Perkembangan adalah fase ketiga, yakni setelah diundangkannya Undang- Undang No.2 Tahun 1989 yang diikuti dengan lahirnya sejumlah peraturan pemerintah tentang pendidikan, selanjutnya diikuti pula dengan lahirnya UU. No. 20 tahun 2003. Selanjutnya lahirlah Undang-Undang No. 20 tahun 2003. Ada beberapa pasal dalam UU No. 20 Tahun 2003 yang menyinggung tentang pendidikan Islam. Didalam aturan tersebut setidaknya ada tiga hal yang terkait dengan pendidikan Islam. Pertama, kelembagaan formal, nonformal, dan informal didudukannya lembaga madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal yang diakui keberadaannya setara dengan lembaga pendidikan sekolah. Dan dipertegas pula tentang kedudukannya sebagai sekolah yang berciri khas agama islam, selanjutnya diakui majelis taklim sebagai pendidikan nonformal dan masukan Raudhatul Athfal sebagai lembaga pendidikan anak usia dini, dan dipertegas pula tentrang pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan. Kedua, Dikokohkannya mata pelajaran agama Islam sebagai nilai, terdapat seperangkat nilai-nilai Islami dalam sistem pendidikan nasional.

3. Sitem Pendidikan Nasional

Sistem Pendidikan Nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional. Undang-undang Dasar 1945 mengamanahkan bahwa pendidikan yang dimaksud harus diusahakan dan diselenggarakan oleh pemerintah sebagai suatu “Sistem Penmdidikan Nasional”. Sistem Pendidikan Nasional dilaksanakan secara semesta, menyeluruh dan terpadu: semesta dalam arti terbuka bagi seluruh rakyat dan berlaku diseluruh wilayah negara; menyeluruh dalam arti kata mencakup semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan dan terpadu dalam arti adanya saling terkait antara pendidikan nasional dengan seluruh usaha pembangunan nasional. Pendidikan Nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang berubah. Dengan visi tersebut, Pendidikan Nasional mempunyai misi sebagai berikut : a. Mempunyai perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia. b. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sejak akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar. c. Mempersiapkan kesiapan masukan dan kualitas masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral. d. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global. e. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia Penjelasan UU No. 20 Tahun 2003. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional Untuk meletakan kedudukan pendidikan Islam dalam sistem Pendidikan Nasional perlu diklasifikasikan pada tiga hal : Pendidikan Islam Sebagai Lembaga a. Lembaga Pendidikan Formal 1 Pendidikan Dasar Pasal 17 menyebutkan : Pendidikan Dasar berbentuk Sekolah Dasar SD dan Madrasah Ibtidaiyah MI atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah Menengah Pertama SMP dan Madrasah Tsanawiyah MTs atau bentuk lain yang sederajat. 2 Pendidikan Menengah Pasal 18: Pendidikan Menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas SMA, Madrasah Aliyah MA Sekolah Menengah Kejuruan SMK, dan Madrasah aliyah Kejuruan MAK atau bentuk lain yang sederajat. 3 Pendidikan Tinggi Pasal 20 Pendidikan Tinggi dapat berbentuk akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut dan Universitas. 4 Lembaga Pendidikan Nonformal Pasal 26: Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelonpok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim serta satuan pendidikan sejenis. b. Lembaga Pendidikan Informal Pasal 27 Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. 1 Pendidikan Usia dini Pasal 28 Pendidikan Usia Dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak- Kanak TK, Raudathul Athfal RA, atau bentuk lain yang sederajat. 2 Pendidikan Keagamaan Pasal 30 a Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh permintaan danatau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang- undangan. b Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nili-nilai ajaran agamanya danatau menjadi ahli agama. c Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. d Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaya samena, dan bentuk lain yang sejenis. e Ketentuan mengenai pendidikan keagamaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, Ayat 2, Ayat 3, Ayat diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Inti dari hakikat nilai-nilai Islami itu adalah nilai yang membawa kemaslahatan dan kesejahteraaan bagi seluruh makhluk sesuai konsep rahmtan lil’alamin, demokratis, egalitarian dan humanis. Di antara nilai-nilai tersebut adalah : a. Pendidikan Nasioanal adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945 yang beakar pada nilai-nilai agama, kebudayaaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. b. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. c. Pendidikan Nasional bersifat demokratis dan berkeadilan serta diskriminatif. d. Memberikan perhatian keapada peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, sosial dan memiliki potensi kecerdasan dan bakat yang istimewa. e. Menekankan pentingnya pendidikan keluarga merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan seumur hidup. f. Pendidikan merupakan kewajiban bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah.

4. Issu-Issu dan Tantangan Pendidikan Islam di Indonesia a. Mutu Kualitas