b. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. c. Pendidikan Nasional bersifat demokratis dan berkeadilan serta
diskriminatif. d. Memberikan perhatian keapada peserta didik yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, sosial dan memiliki potensi kecerdasan dan bakat yang istimewa.
e. Menekankan pentingnya pendidikan keluarga merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan seumur hidup.
f. Pendidikan merupakan kewajiban bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah.
4. Issu-Issu dan Tantangan Pendidikan Islam di Indonesia a. Mutu Kualitas
Menurut teori pendidikan, mutu pendidikan ditentukan oleh berbagi faktor, meliputi anatara lain tenaga pendidik, sarana fasilitas, proses pembelajaran,
manajemen kelembagaan, sistem evaluasi, dan lain-lain.
b. Kurikulum
Ada beberapa persoalan berkenaan dengan ini. Pertama, beban kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan Islam lebih berat daripada beban lembaga pendidikan
lainnya. Sebab ada keinginan agar peserta didik dapat memiliki bekal ilmu pengetahuan umum dan agama secara seimbang. Kedua, isi kurikulumnya agar dapat
membentuk manusia profesionalis guna memiliki keterampilan tertentu sebgai bekal dalam memasuki dunia kerja.
a. Structural dan Kultural
Secara structural, lembaga-lembaga pendidikan Islam berada dibawah naungan Kementrian Agama. Disebabkan hambatan structural, maka dari segi pendanaan
terdapat perbedaan antara lembaga pendidikan yang dikelola oleh Kementrian agama dengan lembaga pendidikan yang dikelola oleh Kementrian Pendidikan Nasional, dan
dampaknya berpengaruh pada kualitas. Sedangkan masalah yang bersifat kultural, lembaga-lembaga pendidikan Islam bagi sebagian umat Islam sendiri, terutama
kelompok menengah ke atas.
b. Integrasi Keilmuan
Dilihat dari segi pengembangan Pendidikan Islam ke depan ada masalah- masalah yang bersifat epistimologi keilmuan, yakni bagaimana merancangkan
terintegrasinya ilmu-ilmu yang selam ini digolongkan kepada perennial knowledge dan acquired knowledge. Upaya ini telah dilakukan langkah-langkahnya. Pertama,
memasukkan mata pelajaran agama ke sekolah-sekolah umum. Kedua, sekolah umum plus madrasah diniyah. Ketiga, memasukkan mata pelajaran umum ke madrasah dan
pesantren. Keempat, Madrasah SKB Tiga Menteri tahun 1975. Kelima, program IDI Islam untuk Disiplin Ilmu. Keenam, madrasah sebgai sekolah yang berciri khas
agama Islam. Langkah-langkah yang belum selesai adalah soal Islamisasi ilmu atau setidaknya ilmu yang berwawasan Islam. Pada tingkat perguruan tinggi melahirkan
Universita Islam Negri. Sebagai sebuah universitas maka ilmu yang dikembangkan adalah meliputi
ilmu eksakta, sosial, humaniora dan ilmu-ilmu keagamaan, yang selanjutnya akan dirancang integrated di antara ilmu-ilmu yang bersumber dari wahyu dengan ilmu
yang bersumberdari nonwahyu. Pendidikan Islam semakin kukuh kedudukam]nnya setelah masuk dan inklusif
dalam sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No. 2 Tahun 1989 yang selanjutnya diatur pula serangkaian, peraturan pemerintah yang berkenaan dengan
pendidikan yang relevan dengan UU No. 20 Tahu n 2003. Untuk mengkukuhkan eksistensi pendidikan Islam di Indonesia, maka usaha ke
depan ialah bagaimana memperdayakannya dan mengembangkannya.
C. Relevansi Peningkatan dana Pendidikan dengan Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Pendidikan