Peningkatan Mutu dan Relevansi Pendidikan Pemerataan Pendidikan dan Perluasan Pendidikan Menggalang Partisipasi Masyarakat untuk Pengembangan Pendidikan

BAB V PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PENDIDIKAN

A. Pemberdayaan Pendidikan Melalui Partisipasi Masyarakat 1. Pendahuluan

Dari catatan sejarah dapat dilihat bahwa pada tahun 1946, Pemerintah telah membentuk satu badan yang disebut Panitia Penyelidik Pendidikan dan Pengajaran, yang bertugas untuk mengkaji berbagai masalah pendidikan di Indonesia. pada tahun 1947 Pemerintah melaksanakan Kongres Pendidikan I di Solo. Tahun 1948 melahirkan Panitia Pembentukan Rancangan Undang-Undang Pendidikan. Tahun 1949 Mengadakan Konggres Pendidikan II di Yogyakarta dan Tahun 1950 lahirnya Undang- Undang No. 4 Tahun 1950 dengan nama Undang-Undang tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran UUP. Setelah itu lahirlah berbagai Undang-Undang peraturan pemerintah berkenaan dengan pendidikan di Indonesia dan terakhir lahirnya Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Garis besar kronologis tersebut perlu diungkapkan untuk melihat betapa sesungguhnya Pemerintah di awal kemerdekaan sangat menaruh perhatian yang serius dalam membenahi pendidikan di Indonesia.

2. Peningkatan Mutu dan Relevansi Pendidikan

Peningkatan mutu pendidikan terkait erat dengan berbagai aspek yang setidaknya meliputi aspek sumber daya pengelola, sarana dan prasarana, proses pembelajaran, finansial, atmosfir akademik, dan manajemen pengelolaan sekolah. Sumber daya pengelola yang terpenting adalah tenaga pendidik. Dalm bidang sarana dan prasarana, pokok tema kekurangan, apa lagi sarana penunjang berupa media pembelajaran modern. Relevansi pendidikan terkait erat dengan kurikulum. Kurikulum yang bagaimanakah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga out put dari sebuah lembaga pendidikan match dengan kebutuhan masyarakat? Dengan diberlakukannya kurikulum berbasis kompetensi, merupakan sebuah jawaban untuk itu.

3. Pemerataan Pendidikan dan Perluasan Pendidikan

Pemerataan dan perluasan pendidikan terkait erat dengan berbagai aspek. Pertama, tentang pemerataan partisipasi peserta didik untuk mengikuti pendidikan, dari angka partisipasi pendidikan baik Angka Partisipasi Murni APM, maupun Angka Partisipasi Ksar APK belum memuaskan, terutama pada tingkat SLTP dan SLTA. Kedua, pemerataan guru belum terwujud. Guru banyak menumpuk di perkotaan sedangkan di desa, apalagi desa terpencil, kekurangan guru. Ketiga, pemerataan dan perluasan sarana dan prasarana pendidikan.

4. Menggalang Partisipasi Masyarakat untuk Pengembangan Pendidikan

Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia telah lama memperkenalkan apa yang disebut dengan Tri Pusat Pendidikan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Pembagin ini inklusif di dalamnya tentang tanggung jawab masyarakat. Dengan demikian peningkatan peran masyarakat didalam pendidikan merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dalam upaya memberdayakan pendidikan. Sesungguhnya masyarakat Indonesia telah menunjukkan peranan mereka di dunia pendidikan dengan membuka berbagai lembaga pendidikan swasta, membayar uang sekolah, pembangunan gedung sekolah, dan lain sevagainya. Akan tetapi sesuai dengan tuntutan zaman, terlebih-lebih di era otonomi daerah maka peran masyarakat harus lebih ditingkatkan dari apa yang sudah dilakukan mereka selama ini.

5. Penutup