Setelah Indonesia merdeka, mendirikan sekolah-sekolah umum dan universitas. Berkenaan dengan itu perlu ditelusuri bagaimanakah sebetulnya konsep pendidikan
Al-Washliyah dan pemikiran kependidikannya.
2. Gerakan Modernis Islam di Indonesia
Faktor yang tidak bisa diabaikan bahwa latar belakang munculnya ide pembaruan itu juga muncul dari dalam umat Islam Indonesia. berdasarkan fakta
sejarah bahwa pada awal abad kedua puluh di Indonesia telah tumbuh semangat untuk memunculkan sebuah gerakan dan gagasan yang belum pernah muncul sebelumnya,
seperti munculnya gerakan dan gagasan Boedi Oetomo. Khusus dikalangan Islam munculnya organisasi Sarikat Dagang Islam SDI yang lahir di Solo, kelihatannya
adalah murni sebagai gerakan yang muncul dari dalam masyarakat Islam Indonesia, bukan pemikiran “impor”.
Selain dari itu, kondisi tanah air juga membuat masyarakat Muslim Indonesia ingin melakukan perubahan. Masyarakat Muslim Indonesia yang merasa terpinggirkan
dan diskriminaatif ingin membuat sebuah gerakan perubahan agar keluar dari kemelut tersebut. Telah lama dirasakan oleh Masyarakat Muslim Indonesia adanya upaya-
upaya pendiskriminasian, misalnya diberlakukannya ordonasi guru pada tahun 1905 yang menetapkan bahwa guru-guru agama harus mendapat izin mengajar dari
pemerintah, baru diperbolehkan mengajar. Kemudian ordonasi itu diperlonggar dengan lahirnya ordonasi 1925, bahwa guru agama tidak perlu memperoleh izin,
cukup melaporkan saja. Untuk memperoleh akses pendidikan ketika itu masyarakat Indonesia kelihtannya dibagi dalam tiga strata, pertama strata tertinggi yaitu orang-
orang Belanda dan Eropa lainnya, mereka mempunyai sekolah khusus seperti ELS, HBS. Strata menengah, yaitu untuk ank-anak Indonesia yang orang tuanya memiliki
posisi kedudukan dan ekonomi yang baik, untuk merekaa dipersiapkan sekolah seperti HIS, MULO, AMS, terakhir untuk orang kebanyakan disediakan Sekolah Desa tiga
tahun dan paling tinggi Sekolah Kelas Dua selama lima tahun, mak bergabunglah pengaruh intern dan ekstern di kalangan masyarakat Muslim Indonesia di awal abad
kedua puluh sehingga melahirkan gerakan pembaruan.
3. Al-Jam’iatul Washliyah sebagai Organisasi Sosial, Agama, Dan Pendidikan
Pada tahun 1918 para perantau dari masyarakat Mandailing, mendirikan sebuah lembaga pendidikan keagamaan yang diberi nama dengan MIT Maktab
Islamiyah Tapanuli. Maktab ini adalah lembaga pendidikan agama Islam formal yang pertama di Medan, sebelumnya pendidikan Islam bersifat nonformal. Sepuluh taahun
kemudian tepatnya pada tahun 1928 murid-murid MIT kelas tertinggi membentuk sebuah perhimpunan pelajar yang diberi nama dengan “Debating Club”, dipimpin oleh
Abdurrahman Syihab. Pada mulanyaa kegiatan organisasi ini merupakan kelompok diskusi disekitar pelajaran, tetapin kemudian meluas ke masalah sosial dan juga
menyinggung tentang adanya paham baru yang muncul ketika itu di Medan, yang namanya Muhammadiyah.
Debating Club ingin berperan dalam hal ini dan mencoba menjadi penengah. Akhirnya mereka memperluas peranan perhimpunan tersebut dengan mendirikan
sebuah organisasi baru di tahun 1930 dengan nama Al-Jam’iatul Washliyah.
4. Al-Washliyah dan Pendidikan