Beberapa periwtiwa harus selalu terjadi sebelum peristiwa yang lain, dimana aturan kebalikannnya
tidak mungkin terjadi.
Beberapa kejadian harus selalu diikuti oleh kejadian yg lain atas dasar kontingensi;
Beberapa peristiwa hanya dapat mengikuti peristiwa
lain setelah suatu lintasan waktu yang diprediksi;
Periode-periode waktu tertentu dalam suatu studi kasus mungkin diatandai oleh beberapa kelompok
kejadian yang berbeda secara substansial dari kejadian pada periode waktu lainnya.
Robert. K. Yin, 1996: 157
Bentuk-bentuk Analisis yang tidak Dominan :
Analisis unit-unit terpancang;
Observasi ulang;
Pendekatan survey kasus.
B. Metode Komparasi Perbandingan Menurut Ridleya dalam “The Study of
Government” 1975,
Fokus studi pemerintahan : institusional
Metodenya : perbandingan
comvarative
Kegunaan
: praktikal
Metode perbandingan yang dimnaksud di sini adalah membandingakan suatu institusi lainnya yang
sejenis. Di dalam pengertian perbandingan, terkandung adanya unsur yang sama dan adanya
unsur yang berbeda.
Ridley 1975 menyarankan di dalam mempelajari pemerintahan, lebih mudah apabila digunakan
pendekatan institusional institusional approach. Sebab pada dasarnya pemerintah adalah sebuah organisasi
formal yang kompleks lihat pendapat Alfred Kuhn, 1974: The Logic of Social Systems.
Perbandingan kelembagaan pemerintah dapat dilakukan dengan melihat aspek-aspek :
-
Kedudukan kewenangannya;
-
Organisasinya;
-
Kualitas dan kuantitas sumber daya aparatur;
-
Kinerjanya.
Pemerintahan adalah gejala kekuasaan yang sah kewenangan. Jadi kegiatan pemerintah selalu
berkaitan dengan peraturan perundang yang berlaku. Gejala semacam itu dapat dipahami
dengan pendekatan logistik formal, dalam arti menggunakan rujukan berbagai peraturan yang
digunakan pemerintah pada saat :
Membuat kebijakan
Memberikan pelayanan kepada masyarakat
Menegakkan aturan
Pada saat menggunakan pendekatan legalistik, kajian ilmu pemerintahan dapat meminjam
berbagai teori, paradigma, konsepm definisi yang digunakan ilmu hukum.
Gejala pemerintahan adalah aktivitas sosial
yang berkelanjutan
dan terus-menerus
mengalami perubahan – baik secara evolutif, evolutif dipercepat ataupun revolutuf.
Perubahan gejala pemerintahan dapat
mengikuti tiga kecenderungan sebagai berikut :
Linier
Siklus
Spiral
pula digunakan studi gejala historis. Secara umum, sistem sosial dapat pula dipahami melalui dua model yakni :
a.
model sinkronis; b. model diakronis.
Model sinkronis menggambarkan masyarakat sebagai sebuah sistem yang terdiri dari struktur dan bagiannya.
Pendekatan struktural dan fungsional dalam ilmu sosial merujuk pada model sinkronis. ilmu politik, sosiologi,
ekonomi, antropologi.
Model diakronis lebih mengutamakan memanjangnya lukisan berdimensi waktu, dengan sedikit saja luasan
ruangan. Ilmu sejarah.
Melihat karakteristiknya, ilmu pemerintahan lebih banyak merijuk pada model sinkronis, meskipun sangat
terbuka kemungkinan untuk menggunakan model diakronis.
Gambar : Hubungan Ilmu Sosial Sinkronis dan Diakronis
Sumber: Johan Gantung, Theory and Methode of
Social Reseach, dikutip dari Kuntowijoyo, 1994:37
Waktu Sinkronis
Sosiologi ilmu politik
Ekonomi Antropolog
i arkeologi
diakronis sejarah
ruang sosial
diakronis sejarah
dapat dipahami melalui 6 enam model yaitu sebagai berikut :
-
Model evolusi
-
Model lingkaran sentral
-
Model interval
-
Model tingkat perkembangan
-
Model jangka panjang, menengah, pendek
-
Model sistematik.
-
Model Evolusi
Gambar: Model Evolusi A
B’ A’
ruang sosial
Waktu
- Model Lingkaran Sentral
Waktu
Ruang sosial
F E
D C
B
A
Waktu
Ruang sosial
A’’’’ B’’’’ C’’’’
A’’’ B’’’ C’’’
A’’ B’’ C’’
A B C
- Model Tingkat Perkembangan
Waktu
Ruang sosial N
IV
III
II
I
Waktu
Ruang sosial
- Model Sistematis
Waktu
Ruang sosial A’’ B’’ C’’
A’’
A’ B’’
B’ C’’
C’
A B C
Selain keempat metodologi sebagaimana dikemukakan di atas, dewasa ini berkembang pendekatan “baru” untuk
memahami
gejala pemerintahan,
yakni menggunakan
PARADIGMA.
Istilah paradigma mula-mula dikembangkan oleh sosiolog Robert K. Merton. Paradigma secara umum diartikan sebagai
MODEL atau SKEMA.
”A paradigm is a compact outline of the major concepts, assumption, procedures, propositions, and problems of subtantive
area or a theorical approach in sociological analisys”,
Thedorson, George A and Achilles G. Theodorson, 1969, A Modern Dictionary of Sociology, A Barnes Noble Reference Book, USA
Penggunaan paradigma dipopulerkan oleh Thomas Kuhn dalam bukunya berjudul “The Strucrture of Scientific
Revolutions.
sebagai pendekatan teoritis berkaitan dengan gejala pemerintahan, misalnya :
1 Osborne, David and Ted Gaebler, 1992, Reinvernting Government-How the Entrepreneurial Spirit is Transforming
the Public Sector. A Willam Patrick Book. USA.
2 Barzelay, Michael, 1992, Breaking Through Bureaucracy – A New Vision for Managing in Government. University
California Press. USA.
3 Ingraham. Patricia W; Barbara S. Romzek and Associates. 1994. New Paradigma for Government – Issues for the
Changing Public Service. Jossey-Bass Publisher. San Fransisco.
4 Garton, Neil, Editor, 1993. Bureaucracy: Three Paradigma. Kluwer Academi Publisher. USA.
Osborne dan Gaebler menawarkan paradigma REGOM sebagai antitesis dari
paradigma birokrasi yang dikembangkan oleh Max Weber. Intinya adalah pembaharuan
manajemen pemerintahan dengan menggunakan sepuluh prinsip yang dipadukan dengan strategi
5 C.
Barzelay 1992 bekerjasama dengan Babrak Armani
menawarkan paradigma
PASCABIROKRASI Post-Bureaucratic
Paradigm, yang intinya mempengaruhi visi dalam mengelola pemerintahan. lihat tabel
perbandingan paradigma
Ingraham dan Romzek dkk 1994 menawarkan konsep pengelolaan pemerintahan baru yang disebutnya paradigma
HOLLO-STATE, dimana pekerjaan pemerintah akan lebih banyak dikontrakkan keluar contracting out. Aparat
pemerintah hanya menangani urusan yang benar-benar bersifat esensial.
Ciri lainnya dari para digma “hollow-state” adalah : 1 looking to the private sector for models of success;
2 the management environment of public organizations; 3 changing became the lerning organization :
a. the end of hierarchy; b. govermental reliance on external expertise;
c. the decline of confidence in science; d. decentralization of knowledge.
Garston 1993 mengemukakan tiga paradigma birokrasi yaitu :
1 Neoklasikal; 2 Marxis;
3 Institusionalis.
Pada saat mempelajari gejala pemerintahan di satu negara atau daerah, perhatian paradigma yang
digunakannya sehingga akan diperoleh analisis yang akurat, yang pada gilirannya akan diperoleh pengetahuan
yang benar. Dalam hal ini kebenaran bukan hanya menurut pendapat pengkaji saja, melainkan kebenaran
menurut kaidah-kaidah ilmiah maupun kebenaran menurut kalangan luas.