Bahan UAS Pak Handrisal METODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN
TRANSPARANSI
TRANSPARANSI
METODOLOGI ILMU
METODOLOGI ILMU
PEMERINTAHAN
PEMERINTAHAN
DIGUNAKAN DI :
DIGUNAKAN DI :
PROGRAM MAPD - STPDNPROGRAM MAPD - STPDN
PROGRAM MIP - UNIVERSITAS SATYAGAMAPROGRAM MIP - UNIVERSITAS SATYAGAMA PROGRAM MIP - UNIVERSITAS ACHMAD YANIPROGRAM MIP - UNIVERSITAS ACHMAD YANI
OLEH
(2)
METODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN
OLEH : DR. SADU WASISTIONO, MS
PENGERTIAN ILMU :
Ilmu adalah seperangkat aturan dan bentuk guna penelitian yang diciptakan
oleh orang-orang yang menghendaki jawaban yang andal (hoover, 1998:4)
Ilmu adalah deskripsi data pengalaman secara lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan dalam rumus-rumus yang sederhana (Poedjawijatna, 1975:12)
ILMU =========== PENGETAHUAN PENGETAHUAN ===== ILMU
Ilmu adalah pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri :
- mempunyai objek tertentu
- bersifat empiris
- memiliki metode tertentu
- sistematis
- dapat ditransformasikan
(3)
MEMPUNYAI OBJEK TERTENTU
Objek materia : Objek yang disorotObjek materia : Objek yang disorot Objek Ilmu
Objek forma : Sudut penyorotan Locus
Focus
BERSIFAT EMPIRIS
dapat ditangkap oleh panca indera terukur
teramati
dapat diverifikasi
MEMILIKI METODE TERTENTU
metode bersifat umum
metode bersifat khusus, yang berkaitan dengan objek forma ilmu bersangkutan
(4)
.
.
SISTEMATIS
Ilmu tersusun seperti sebuah limas, terdiri dari konsep-konsep, proposisi-proposisi, teori-teori, dalil-dalil. Hubungan Antarunsur dalam suatu ilmu bersifat fungsional sehingga terbentuk sebuah kesatuan yang sistematis
Locus ilmu --- berkaitan dengan science tree
DAPAT DITRANSFORMASIKAN
Sebagai pengetahuan yang sistematis dan metodis, ilmu harus dapat ditransformasikan dari satu orang ke orang lain. melalui transformasi tersebut ilmu dapat berkembang secara meluas
BERSIFAT UNIVERSAL DAN BEBAS NILAI
Ilmu bersifat universal dalam arti :
bebas ruang
bebas waktu Bebas Nilai Positive
bebas nilai 2 Pandangan Tidak bebas nilai
Pandangan Ideologis (Van Peursen, 1985:4)
(5)
PENGETAHUAN YANG DICARI MELALUI ILMU
========= PENGETAHUAN YANG BENAR 1) KOHERENSI
TIGA KRITERIA
KEBENARAN ILMIAH 2) KORESPONDENSI 3) PRAGMATIS
ETOS DARI ILMU SOSIAL : ADALAH MENCARI KEBENARAN YANG OBJEKTIF (OBJECTIVE TRUTH)
(Gunnar Myrdal, 1969, Objectivity in Social Research)
1) Pengaruh warisan dari generasi lama;
- - Muncul bias 2) Pengaruh lingkungan politik pandangan karena : Sosial dan budaya;
(6)
1) Kepercayaan (belief) Dua macam konsepsi
Tentang kenyataan
3) Penilaian (Valuation)
PENILAIAN :
TERGANTUNG PADA KEPERCAYAAN
KEPERCAYAAN DAN PENILAIAN ---
MEMUNCULKAN
PENDAPAT (OPINION)
“Method without data is
empty, data without method is blind”
(John dewey)
Objektivitas memerlukan alasan-alasan yang benar, bukan alasan-alasan yang
(7)
B. METODOLOGI
Meta = dunia dibalik yang nyata Methodos
Hodos = jalan, cara Metodologi
Logos = diskursus, kajian, ilmu
Methodology : the systematic and criterical
study of methods and techniques
Menurut Dunn (1981:31) : pengertian metodologi dikaitkan dengan analisis kebijakan publik adalah sebuah studi sistematik mengenai metoda dan teknik analisis kebijakan yang bersifat pluralistik. Metodologi menaruh perhatian pada proses memperoleh pengetahuan kebijakan yang relevan, dan tidak dengan penerapan metoda dan teknik tertentu.
(8)
Menurut John dewey, metodologi adalah “Logic of inquiry”, yang didalamnya terkandung pengertian “the
operations of the human understanding in solving problem”.
Di dalam analisis kebijakan publik berkembang wawasan yang dinamakan “analycetric”, yakni suatu perspektif
analisis kebijakan publik yang secara eksekutif memecah masalah ke dalam bagian-bagian intinya, dan kemudian menandainya dengan nilai-nilai numerik dengan tujuan untuk memilih salah satu tindakan yang terbaik dalam
memecahkan masalah. Wawasan analisentrik menghindari atau membatasi aspek-aspek politik, sosial, dan administratif dari kebijakan publik.
Teknik
Metoda Metodologi(Studi mendalam & kritis mengenai metoda dan
teknik)
(Prosedur yang lebih luas dan umum
(9)
(10)
2. ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI & AKSIOLOGI ILMU
Ontologi berbicara mengenai hakikat apa yang dikaji
Epistemologi membahas mengenai bagaimana caranya
memperoleh pengetahuan yang benar.
Aksiologi membahas mengenai mengapa ilmu itu ada serta
nilai kegunaannya bagi kehidupan manusia Metodologi ilmu berkaitan erat dengan epistemologi
Cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
lingkup pengetahuan dasar-dasar serta pengandaian-pengandaiannya
(11)
3. HAKIKAT ILMU PEMERINTAHAN
a.
Ontologi Ilmu Pemerintahan
- Objek materia ilmu pemerintahan : NEGARA
- Objek forma ilmu pemerintahan :
“hubungan antara negara dengan rakyatnya dalam kaitan kewenangan dan pelayanan” (debatable) !
Ilmu-ilmu yang memiliki objek materi : NEGARA
- Ilmu politik, ilmu negara, ilmu hukum tata negara, ilmu administrasi negara dlsb = satu rumpun dengan ilmu
pemerintahan, sehingga :
Memiliki hubungan yang sangat erat Saling mempengaruhi
(12)
HAKEKAT ILMU PEMERINAHAN DILIHAT DARI DIMENSI FILSAFAT
(Intisari dari Tesis Franciscus Van Ylst)
Metode Filosofis
Metode Historis
Metode Eksperimen
Metode Deskriptif
4 metode dalam mempelajari ilmu
(13)
John
M.
Ziman
(1974)
mengemukakan 6 (enam) ciri pokok
ilmu yaitu :
1.
Sistematisasi pada pengetahuan
ilmiah;
2.
Generalitas;
3.
Rasionalitas;
4.
Objektivitas;
5.
Verifialilitas;
6.
Komumalitas.
(14)
J ean Ladriere (1975) mengemukakan
bahwa ada 3 pengertian ilmu :
a)
sebagai proses : berupa aktivitas
penelitian;
b)
sebagai prosedur: berupa metode
ilmiah;
c)
sebagai produk : berupa
pengetahuan
sistematis.
Aristoteles :
(15)
Gambar : Isi Limas Ilmu
Sumber : C.A. Van Peursen, Susunan Ilmu
Pemerintahan, 1989
Teori
Hukum
Hipotesis
Definisi – definisi
Klasifikasi dan Pembentukan pengertian
(16)
Menurut Mac Iver, R.M. The Web
of Government, 1959
Bidang kajian utama pemerintah
adalah mengenai:
Tipe-tipe pemerintahan;
Hubungan antara pemerintah dan
yang diperintah dalam keadaan
sejarah yang berlainan
Cara-cara pemerintah
melaksanakan fungsinya sesuai
dengan jenisnya.
(17)
Menurut Franciscus (1998)
Objek forma atau focus of interest ilmu
pemerintahan
hanya
pada
kekuasaan
eksekutif saja.
G.A. Van Poelje (1953) mengemukakan
bahwa :
a. ajaran pemerintahan adalah ajaran tentang perbuatan pemerintahan
b. Ilmu pemerintahan mengajarkan
bagaimana mengatur dan memimpin sebaik-baiknya dinas umum
(18)
Menurut Mc. Iver (1980)
Materi
yang
dipelajari
ilmu
pemerintahan adalah:
Asal mula terjadinya
pemerintahan;
Bentuk-bentuk pemerintahan;
Hubungan antara pemerintah dan
yang diperintah;
Mekanisme pemerintahan;
Kepemimpinan pemerintahan;
Fungsi-fungsi pemerintahan.
(19)
Menurut Samuel Edward Finer (1974) istilah
“
Government
”, paling sedikit mempunyai 4
(empat) arti yaitu :
a)
menunjukkan
kegiatan
atau
proses
memerintah (
The Activity or the process of
governing
)
b)
Menunjukkan hal ihwal kegiatan atau proses
kenegaraan (
States Affairs
);
c)
Menunjukkan orang-orang yang dibebani
tugas-tugas untuk memerintah (
people
Charges with the duty of governing
)
d)
Menunjukkan cara, metode atau sistem
dengan mana suatu masyarakat tertentu
diperintah (
The Manner, Method or system
by Which a particular society is governed
).
(20)
Intisari
Pemerintah
dan
Yang
Diperintah
Pendapat D. Simons yang disadur
Ateng Syafrudin (1978)
1)
Hubungan antara pemerintah dan
yang diperintah dapat dibuktikan
dengan adanya Penerimaan, untuk
dimulainya pemerintahan dengan
wewenangnya oleh yang diperintah,
lebih daripada dengan jalan paksaan
dan ancaman dengan paksaan (h. 8);
(21)
2) 3 golongan yang diperintah :
a. sebagian besar masyarakat yang terdiri dari sekumpulan kelompok kecil yang mempunyai keyakinan penuh untuk taat pada pemerintah dari pemerintah sekalipun bilamana tidak ada sanksi-sanksi (h. 8)
b. kelompok masyarakat yang kepatuhan-nya terbawa-bawa tanpa mengingat/ memperhatikan hal-hal yang pasti dari permulaannya atau kemungkinan adanya sanksi-sanksi;
c. kelompok masyarakat yang mengetahui kemungkinan adanya sanksi-sanksi sebagai faktor yang dipertimbangkan namun juga dengan sukarela ber-kehendak mentaati perintah dari pemerintah.
(22)
Makna Pemerintahan ditinjau
dari Etika dan Kepemimpinan (2000)
(
Pandangan Ryaas Rasyid
)
Dua
Pandangan
1. Dibatasi keterlibatan pemerintah
2.Pemerintah harus dapat mengatur
sebanyak mungkin segi kehidupan
masyarakat
(23)
1. Menjamin keamanan negara dari segala kemungkinan serangan dari luar, dan menjaga agar tidak terjadi pemberontakan dari dalam yang
dapat menggulingkan pemerintahan yang sah melalui cara-cara
kekerasan;
2. Memelihara Ketertiban;
3. Menjamin diterapkannya perlakuan yang adil kepada setiap warga
negara;
4. Melakukan pekerjaan umum dan memberi pelayanan;
5. Meningkatkan kesejahteraan sosial; 6. Menerapkan kebijakan ekonomi
yang menguntungkan masyarakat luas;
7. Menerapkan kebijakan untuk
pemeliharaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
Tugas-tugas Pokok
(24)
U. Rosental
(dalam Soewargono, 1995
)
Ilmu Pemerintahan adalah :
“ilmu yang secara otonom
mempelajari bekerjanya
struktur-struktur dari
proses-proses dari pemerintah negara,
baik secara internal maupun
(25)
Metode yang digunakan untu memahami
gejala pemerintahan
* )
Metodologi Fenomenologis
Metode
yang
digunakan
untuk
memahami ilmu pemerintahan terapan
Fraxeology
Impact Model
* ) Menentukan, Menguji, mengoreksi dan mengembangkan
diri sehingga terus menerus berfungsi (Freud. N. Kerlinger, 1973; 6-7)
(26)
I.
PENDAHULUAN
MERUPAKAN PROSES AKTIVITAS YANG BERKELANJUTAN DAN MERUPAKAN SUATU KONTINUM
MASA LALU MASA SEKARANG MASA DATANG
PEMERINTAHAN
KNOWLEDGE
(27)
III.
HAKIKAT ILMU PEMERINTAHAN
RINGKASAN DARI PIDATO
PENGUKUHAN BESAR A.N PROF. DRS.
SOEWARGONO, MA TANGGAL 29 MEI
1995
(28)
-
PENGARUH DARI PANDANGAN LEONARD D.
WHITE “
ADMINISTRATIVE BEGIN WHEN
POLITICS END”.
A. VAN BRAAM (1977)
STUDI ILMU HUKUM
STUDI ILMU
STUDI ILMU
POLITIK
EKONOMI
GEJALA-GEJALA PEMERINTAHAN
(29)
PERKEMBANGAN PANDANGAN
PERKEMBANGAN PANDANGAN
TERHADAP ILMU
TERHADAP ILMU
PEMERINTAHAN
(30)
G.H. SCHOLTEN & A. VAN BRAAM
MENEKANKAN
PERLUNYA
BASIC
KEILMUAN BAGI ILMU PEMERINTAHAN
PANDANGAN MONODISIPLINEIR
PANDANGAN INTERDISIPLINEIR
PANDANGAN MULTIDISIPLINEIR
(31)
PERGESERAN
KONSEP
‘NEGARA
PENJAGA MALAM’ (
NIGHTWATCH STATE
)KE
ARAH
KONSEP
NEGARA
KESEJAHTERAAN
(
WELFARE
STATE
)
KONSEP NEGARA PENJAGA MALAM KONSEP NEGARA KESEJAHTERAAN RAKYAT- PERAN & FUNGSI PEMERINTAH
SANGAT TERBATAS
- PERAN & FUNGSI PEMERINTAH
SANGAT BANYAK & KOMPLEK
(32)
STUDI GEJALA
PEMERINTAH
TERBATAS
STUDI GEJALA-GEJALA PERISTIWA
PEMERINTAHAN MELUAS & KOMPREHENSIF
A. VAN BRAAM
SASARAN STUDI ILMU
PEMERINTAHAN
MUNCUL HUKUM ADOLP WAGNER
(33)
Menurut Soewargono (1995), dilihat dari sifatnya, ilmu
pemerintahan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam
yaitu:
1.
Ilmu Pemerintahan Eklektis;
2.
Ilmu Pemerintahan Integratif;
(34)
Ilmu Pemerintahan Eklektis :
Sebagian besar bahannya berasal dari ilmu-ilmu pembantu seperti ilmu politik, sosiologi, ilmu hukum dlsb, kemudian disusun secara berdampingan dan berurutan menampilkan informasi2 yang bersifat paradigmatik konseptual, teoritis ataupun normatif.
Ilmu Pemerintahan Integratif :
Informasi yang dipetik dari berbagai disiplin yang berbeda-beda, disaring dan dipertimbangan kemudian diintegrasikan menuju ke arah yang terpadu. Pengetahuan baru yang terintegrasi secara paradigmatik maupun secara teoretis berbeda sama sekali dengan disiplin ilmu yang semula merupakan induknya.
(35)
Ilmu Pemerintahan Terapan:
Ilmu pemerintahan terapan berkaitan erat dengan praktek pemerintahan, dengan fungsi memperbaiki praktek-praktek penyelenggaraannya menuju pemerintahan yang baik. Ilmu pemerintahan terapan merupakan pengetahuan yang bersifat empiris, dengan memperhatikan aspek normatif. Ilmu pemerintahan terapan sangat terkait pada nilai-nilai setempat.
Ilmu Pemerintahan Terapan tumbuh di dalam dan melalui praktek-praktek penyelenggaraan pemerintahan (Brasz, 1961)
(36)
BERANGKT
DARI
TEORI
KONFLIK
CIRI-CIRI “NEGARA KESEJAHTERAAN & KEMAKMURAN”
A) FUNGSI YANG MENJADI TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH TIDAK HANYA TERBATAS PADA BIDANG-BIDANG KEAMANAN, KETERTIBAN DAN HUBUNGAN LUAR NEGERI, SEPERTI HALNYA FUNGSI PEMERINTAH PADA MASA NEGARA “PENJAGAMALAM”.
(37)
A) PEMERINTAH DARI SUATU NEGARA KESEJAHTERAAN DAN KEMAKMURAN AKAN MELAKUKAN PENGATURAN ATAS ANEKA BIDANG KEHIDUPAN MASYARAKAT, SEPERTI : PENDIDIKAN, KESEHATAN, MASYARAKAT, PERUMAHAN, TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI, PERLINDUNGAN TERHADAP BURUH, ASURANSI SOSIAL, PEMBERANTASAN KEMISKINAN, PENYEDIAAN ENERGI, PENGATURAN TATA RUANG, PENERAPAN TEKNOLOGI LAIN-LAIN.
B) FUNGSI PEMERINTAH TIDAK HANYA MELINDUNGI MASYARAKAT, AKAN TETAPI JUGA MENGATUR, MEMBERI STIMULASI, MENDORONG DAN MENGEMBANGKAN YANG MENJADI TUJUAN ADALAH TERCAPAINYA KESEJAHTERAAN DAN KEMAKMURAN HIDUP DAN WARGA.
(38)
“HUKUM TENTANG SEMAKIN MELUASNYA KEGIATAN-KEGIATAN YANG BERSIFAT PUBLIK DAN TERUTAMA AKTIVITAS-AKTIVITAS DARI NEGARA”.
BERANGKAT DARI TEORI KONFLIK
“KENAIKAN PAJAK DAN PENGELUARAN PEMERINTAH YANG DILAKUKAN DALAM SITUASI EKONOMI DAN SOSIAL YANG STABIL, BIASANYA AKAN MENDAPAT PENOLAKAN DARI RAKYAT. SEBAIKNYA DI DALAM SITUASI SITUASI PERANG ATAU SITUASI DI MANA TERDAPAT GANGGUAN EKONOMI ATAUPUN KEGAGALAN SOSIAL LAINNYA, MAKA RAKYAT BIASANYA AKAN MENERIMA KENAIKAN SEPERTI ITU. SETELAH PERANG ATAU GANGGUAN TERSEBUT SELESAI, MAKA PAJAK DAN PENGELUARAN PEMERINTAH BIASANYA AKAN MENGALAMI PENURUNAN, NAMUN TETAP BERADA PADA TINGKATAN YANG LEBIH TINGGI DIBANDINGKAN DENGAN KEADAAN SEBELUM TERJADINYA GANGGUAN”
PLATEU THEORY (PEACOCK & WISEMAN (1961))
(39)
CIRI-CIRI PEMERINTAHAN INTERVENSI
A. INTERVENSI YG LUAS LINGKUPNYA DARI NEGARA ATAS KEHIDUPAN EKONOMI, SOSIAL DAN KULTURAL;
B. KEPEMIMPINAN NEGARA DALAM PENGEMBANGAN BIDANG-BIDANG KEHIDUPAN TERSEBUT TIDAK PERLU MENUNGGU INISIATIF DARI SWASTA. NEGARA MENETAPKAN SENDIRI ARAH YANG INGIN DITEMPUH, TERLEPAS DARI KERJASAMA ATAUPUN SANDARAN YANG BERUPA INISIATIF-2 DARI SWASTA
(40)
SIFAT-SIFAT TINDAKAN NEGARA
A.PRIMAIR;
B.PREVENTIF, NEGARA BERUSAHA UNTUK MENCEGAH KEJAHATA DAN JUGA MENCIPTAKAN PERSYARATAN2 BAGI PERKEMBANGAN YANG BERMANFAAT, YANG DIINGINKAN ATAUPUN YANG DIPILIH OLEHNYA (ASAS PREVENSI). OLEH KARENA ITU SEBANYAK MUNGKIN NEGARA AKAN BERTINDAK.
C.SISTEMATIS; DIPERKECIL KEMUNGKINAN TERJADINYA TINDAKAN-TINDAKAN YANG SERAHKAN KEPADA FAKTPR KEBETULAN DAN OTOMATISME.OENYUSUNAN KEBIJAKAN DILANDASKAN KEPADA HASIL ANALISIS KEBIJAKAN DILANDASKAN KEPADA HASIL ANALISIS SECARA RASIONAL DAN DIARAHKAN KEPADA PENGUASAAN SECARA SISTEMATIS ATAS STRUKTUR 2 DAN PROSES2 PELAKANAAN PEMERINTAHAN;
D.PERENCANAAN DAN PROSPEKTIF, SECARA SISTEMATIS MENETAPKAN ARAH BAGI REALISASI MASA DEPAN YANG TELAH DIPILIH SECARA SADAR (AAS PROSPEKTIVITAS).
(41)
JENIS-JENIS INSTRUMEN
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
1.PERUNDANG-UNDANGAN, PENGAWASAN, SANKSI-SANKSI NEGATIVE, JUGA PERUNDANG-UNDANGAN SEMU;
2.INFRASTRUKTURASI: MENCIPTAKAN
PERSYARATAN2 DASAR BERSIFAT STRUKTURAL-MATERIAL BAGI PERKEMBANGAN2 YANG
DIKEHENDAKI (PEMBANGUAN PELABUHAN, JALAN RAYA, BENDUNGAN DLSB)
3.PEMBERIAN SUBSIDI: MENCIPTAKAN
PERSYARATAN2 YANG BERSIFAT FINANSIAL DAN FISKAL BAGI PERKEMBANGAN YANG
(42)
4.
PEMBERIAN
ANEKA
PELAYANAN:
PEMBERIAN ANEKA BARANG DAN JASA
OLEH LEMBAGA PEMERINTAH GUNA
MENJAMIN TERPENUHINYA KEBUTUHAN
YANG
DIKEHENDAKI,
PENCAPAIAN
TINGKAT KEHIDUPAN DAN TINGKAT
PERKEMBANGAN TERTENTU;
5.
PEMBERIAN
INFORMASI
UNTUK
MENJAMIN
ATAU
MEMAJUKAN
PERKEMBANGAN
YANG
DIINGINKAN
ATAUPUN
UNTUK
MEMPERMUDAH
TERCAPAINYA
TINGKAT
PEMENUHAN
KEBUTUHAN TERTENTU.
(43)
b.
Aksiologi Ilmu Pemerintahan
Aksiologi ilmu adalah nilai kegunaan
suatu ilmu bagi kehidupan umat
manusia maupun bagi pengembangan
ilmu itu.
Aksiologi suatu ilmu sangat tergantung
pada kemajuan ilmu itu sendiri dan
para pendukungnya untuk menjalankan
5 (lima) fungsi ilmu yaitu :
(44)
1) mendeskripsikan (descibe)
2) menjelaskan (explanation)
Fungsi Ilmu
3) memverifikasi (verification)
4) memprediksi (prediction)
(45)
Fungsi ilmu yang pertama samapai ke empat berkaitan dengan gejala alam dan atau gejala sosial. Sedangkan fungsi kelima berkaitan dengan ilmu itu sendiri dalam rangka pengembangan dan upaya mempertahankan diri.
Semakin mampu menjalankan kelima fungsi di atas secara
simultan, sebuah ilmu menjadi semakin fungsional
Akan semakin banyak pendukungnya
Akan semakin banyak yang mengkaji dan mengeluarkan
teori-teori baru
Sebaliknya, apabila ilmu tidak mampu menjalankan fungsi-fungsi keilmuwannya, maka lama kelamaan akan ditinggalkan pendukungnya, dan akhirnya ilmu tersebut akan mati.
(46)
BAGAIMANAAKSIOLOGI ILMU
PEMERINTAHAN ?
Kehidupan Ilmu Pemerintahan
bagaikan kerakap di atas batu,
hidup segan – mati tak hendak.
(47)
MENGAPA ?
Kekurangan konsep dan teori sebagai alat analisis.
Kekurangan pendukung dan peminat yang memiliki
kepedulian untuk mengembangkan ilmu dan kemahiran pemerintahan, sebab sebagian besar pendukungnya berada di lingkungan birokrasi yang terbelenggu oleh kultur yang tidak dinamis.
Tidak/belum meluasnya tradsi menulis bagi birokrasi
sebagai pengguna ilmu pemerintahan, sehingga berbagai fakta empirik menjadi tidak bermakna.
Terdapat hambatan psikologis dan politis dalam mengembangkan ilmu pemerintahan.
Masih kurangnya penghargaan terhadap keahlian di bidang pemerintahan yang berbasis pada ilmu pemerintahan.
(48)
BAGAIMANA CARA
MENGEMBANGKANNYA ?
Membentuk asosiasi yang bergerak di bidang ilmu
dan kemahiran pemerintahan yang berwibawa.
Menerbitkan jurnal ilmiah secara periodik
Mengadakan penelitian
Mengadakan seminar secara berkala dan merata
Memberikan bantuan biaya bagi pengembangan
ilmu pemerintahan kepada birokrat maupun
ilmuwan yang memiliki talenta dan perhatian
pada ilmu pemerintahan.
(49)
C.
EPISTEMOLOGI ILMU
PEMERINTAHAN
Berkaitan dengan metodologi ilmu
pemerintahan
Berkaitan dengan ciri khas ilmu
(50)
Ciri khas ilmu pemerintahan
1)
Berkaitan
dengan
kekuasaan
yang
sah
(kewenangan);
2)
Melingkupi
kepentingan
orang
banyak/masyarakat luas;
3)
Berkaitan dengan pemberian pelayanan pada
masyarakat luas;
4)
Sarat dengan nilai-nilai;
5)
Dikembangkan
berdasarkan
kaidah-kaidah
empirik.
(51)
Pandangan Karl R. Popper
tentang Epistemologi:
Epistemologi
Cabang filsafat yang berurusan
dengan
hakikat
dan
lingkup
pengetahuan,
dasar
dan
(52)
1) Skeptisisme
Meragukan kemungkinan menemukan sesuatu yang sunguh2 benar
Didukung oleh kaum Sophis
Karya Ilmiah Sintesis pengetahuan manusia”.
2) Rasionalisme
Dengan menggunakan prosedur tertentu dari akal manusia, dengan ditemukan pengetahuan yang dalam keadaan apapun tidak mungkin salah dicari dalam alam pikiran
(Plato, Descartes dlsb)
3) Empirisme (Locke Berkeley, Hune)
Semua basis pengetahuan manusia adalah pengalaman inderawi
4) Perpaduan antara Rasionalisme dan Empirisme
Berangkat dari alam pikiran diakhiri dengan pengalaman inderawi
Berangkat dari pengalaman inderawi, diperkuat dengan alam pikiran.
(Popper, Immanuel Kant, John Stuart Mill)
Aliran-aliran Apistemologi
(53)
Problem Epistemologi menurut Karl R. Popper :
a.apa berbedaan antara pengetahuan dan opini yang benar?
b.Bagaimana mencari pembenaran (justification) atas pernyataan bahwa kita mengetahui sesuatu ?
c.Haruskah kita mengatakan bahwa seluruh apa yang kita ketahui, pada suatu waktu tertentu, merupakan semacam “struktur”
yang mempunyai dasar apa yang kebetulan “eviden” secara langsung pada waktu itu ?
d.Ada yang kitaketahui dan seberapa jauh rentangan pengetahuai kita? Bagaimana kita memutuskan dalam suatu kasus partikular apakah kita mengetahui dan apa kriteria pengetahuan kita?
e.Apa yang disebut sebagai “kebenaran akal” (truths of reason) f. Prblematika metafisis
g.“Problema kebenaran”
(54)
Popper
mengembangkan
pandangan
empirisme kritis :
“Suatu teori tidak dapat ditentukan (diverfikasikan)
secara
positif,
melainkan
dapat
disangkal
(diklasifikasikan). Penolakan yang gagal merupakan
penguatan (koroborasi) terhadap teori yang dicoba
dtolak (refutasi)”.
Ciri-ciri pokok epistemologi Popper :
a.
Pendekatan objektivis;
(55)
4.
Hubungan Metodologi Keilmuan dengan Metodologi PenelitianMeta = dunia dibalik yang nyata Methodos
Hodos = jalan, cara Metodologi
Logos = diskursus, kajian, ilmu
Metodologi Ilmu mempunyai hubungan
yang sangat erat dengan metodologi
penelitian.
Keduanya
bersifat
saling
mengisi dan saling memperkuat.
(56)
Gambaran
hubungan
antara
keduanya dapat disederhanakan dalam
bentuk bagan sebagai berikut :
Masalah
Penelitian Temuan& TeoriMetodologi Ilmu
Metodologi Penelitian
(57)
Ilmu
sebagai
pengetahuan
yang
tersistematisasi digunakan sebagai alat untuk
mengatasi berbagai masalah dan memperoleh
jawaban yang benar mengenai kehidupan
alam dan sosial. Salah satu cara terbaik untuk
memperoleh jawaban yang benar adalah
dengan
mengadakan
penelitian
guna
memperoleh temuan-temuan dan teori-teori.
Temuan dan teori bersifat memperkaya
metodologi
keilmuan
dan
metodologi
penelitian. Proses kegiatannya bersifat siklus,
seiring dengan dinamika perubahan alam dan
sosial
(58)
Empat Metode untuk memahami Sesuatu
(Methods of Knowing) menurut Pierce (dalam
Kerlinger, 1973) yaitu :
1)
The method of tenacity (wahyu);
2)
The method of authority (otorita);
3)
The a priory method (intuisi);
4)
The method of science (metode ilmiah).
Penelitian termasuk ke dalam metode ilmiah,
sebagai metode memahami yang paling baik guna
memperoleh kebenaran ilmiah.
(59)
Menurut
Ndraha
(1997),
metodologi
penelitian adalah metodologi yang digunakan
untuk program dan kegiatan penelitian.
Sedangkan metodologi ilmu secara formal
terkait
di
dalam
definisi
ilmu
yang
bersangkutan dan secara substantif ditunjukan
oleh aksioma, anggapan dasar, pendekatan,
model analisis dan model konstruk pengalaman
dan konsep.
(60)
Aksioma adalah proposisi yang telah diterima sebagai
sebuah kebenaran
Anggapan dasar adalah proposisi yang sifatnya
“self-evidence” yang tidak perlu dibuktikan kebenarannya.
Pendekatan adalah cara memandang atau melihat sesuatu
hal
Model analisis adalah penyederhanaan suatu kompleksitas
permasalahan yang digunakan untuk memudahkan pembahasan.
Konsep adalah hasil akhir proses pembentukan pengertian,
mencakup baik nama, kata dan perangkat peristiwa maupun ide kompleks yang membentuk keseluruhan pengertian sebagaimana dimaksud dengan kata/kalimat tersebut
Konstruk adalah konsep yang memiliki acuan empiris
Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang
terdapat diantara dua term.
Teori adalah sekumpulan proposisi yang saling berkaitan
secara logis dalam bentuk penegasan empiris mengenai kaitan sebab-akibat diantara variabel-variabel.
(61)
1.
GEJ ALA-GEJ ALA
PEMERINTAHAN
a.
Pemerintah sebagai sebuah sistem
sosial;
b.
Pemerintah sebagai sistem kekuasaan;
Sebagai suatu sistem sosial, pemerintah
adalah gejala yang berkaitan dengan suatu
peran, status dan organisasi sosial. Peran
dan status merupakan unsur sistem sosial
yang paling kecil.
(62)
Ada dua macam analisis terhadap suatu sistem
sosial yaitu :
A.
Idiographic analysis : deals
with
the
uniqueness of the single case in all its
individual glory – the problem of
clinician or humanist.
B.
Nomothetic analysis : deals with the
characteristics that differentcases have
in common; it abstracts from reality the
traits of multiple instances.
(63)
Gejala pemerintahan sebagai suatu sistem sosial dapat dilihat secara idiologis nomotetis. Analisis idiografis berkaitan dengan kasus tunggal yang bersfat unik berkaitan dengan kecemerlangan individual. Analisis idiografis ini memiliki kaitan erat dengan metode penelitian kualitatif ataupun studi kasus.
Analisis nomotetis berkaitan dengan
karaktertistik-karakteristikdimana kasus-kasus berbeda memiliki
persamaan analisis nomotetos diabstrasikan dari realitas sifat-sfat dari rangkaian kejadian-kejadian.
Analisis idiografis maupun nomotetis dapat dilakukan melalui pendekatan longitudinal maupun cross –sectional
Pendekatan longitudinal adalah pendekatan mengamati sesuatu gejala secara memanjang dilihat dar dimensi waktu. Sedangkan pendekatan cross-sectional adalah pendekatan mengamati sesuatu gejala lintas-menyilang dengan memotong rentangan waktu.
(64)
Di dalam analisis nomotetis, proposisi
menjadi berkurang positifnya dan menjadi
bersifat probabilistik, semakin berkurang
ketepatannya,
dan
semakin
bertambah
ketidakpastiannya.
Analisis
nomotetis
menggunakan proposisi yang disarikan dari
waktu dan tempat.
Pada sisi lain, analisis idiografis berkaitan
dengan rincian yang kaya dari kasus-kasus
tertentu.
(65)
Di
dalam
menarik
kesimpulan
pengamatan gejala sosial, ada dua
pendekatan yang dapat digunakan yaitu:
a.
Pendekatan a-priori
b.
Pendekatan a-posteriori
(66)
Pendekatan a-priori artinya mengambil kesimpulan
sebelum tersedia cukup bukti =
lebih didasarkan
pada akal sehat (common sense dan pandangan otoritas.
Pendekatan a-posteriori artinya menarik kesimpulan
setelah memperoleh cukup fakta, data dan informasi.
Untuk gejala-gejala sosial yang bersifat sederhana
dapat digunakan cara penarikan kesimpulan dengan
pendekatan a-priori.
Sedangkan untuk gejala-gejala sosial yang bersfat
kompleks dan multidimensional, di dalam menarik
kesimpulan perlu digunakan pendekatan a-posteriori.
Dalam hal ini, diperlukan dukungan fakta, data dan
informasi yang akurat dan aktual.
HINDARI G – I – G – O
(67)
Dari ruang lingkup kajian terhadap gejala sosial,
dapat dibedakanantara :
a.
Pendekatan reduksionistik
b.
Pendekatan teleogis
Pendekatan reduksionis adalah sebuah pendekatan
yang melihat gejala sosial dari sudut yang lebih
sempit tetapi mendalam. Sebaliknya pendekatan
teleogis, melihat gejala sosial dari sudut pandang
yang luas dan jangka panjang.
Pemerintahan sebagai salah satu gejala sosial dapat
dilihat dari pendekatan reduksionis maupun
pendekatan teleogis.
(68)
*) Gejala pemerintahan berkaitan dengan sistem
kekuasaan.
Kekuaaan yang dibahas di sini adalah kekuasaan
yang sah atau kewenangan (otoritas/athority).
Ilmu pemerintahan tidak berbicara bagaimana
memperoleh kekuasaan, melainkan bagaimana
menjalankan kekuasaan yang sah
Di dalam menjalankan kekuasaan yang sah,
pemerintah dibatasi oleh :
a.
aturan hukum;
b.
norma-norma;
c.
keputusan;
(69)
Pada masyarakat yang makin maju, peranan
norma dan etika menjadi lebih dominan
dibandingkan aturan hukum yang tertulis.
Hubungan
antara
pemerintah
dengan
masyarakat
maupun
antar
anggota
masyarakatlebih banyak didasarkan pada
saling pengertian dan pemahaman bersama.
Aturan hukum tertulis digunakan pada tahap
terakhir
apabila
kesepakatan,
saling
pengertian
dan
pemahaman
tidak
(70)
Metodologi untuk mempelajari
Ilmu pemerintahan
1)
Tahap pertama,
Tahap pengamatan, dengan menggunakan
pendekatan yang bersifat
heuristic
*)
2)
Tahap kedua,
Tahap pengalihan gejala-gejala yang
dipandang sebagai kenyataan-kenyataan
pemerintahan melalui angket, wawancara
dsb;
3)
Tahap ketiga,
Tahap deskripsi, analisis, penjelasan dan
pemahaman
(71)
Metode yang digunakan untu memahami
gejala pemerintahan
* )
Metodologi Fenomenologis
Metode
yang
digunakan
untuk
memahami ilmu pemerintahan terapan
Fraxeology
Impact Model
* ) Menentukan, Menguji, mengoreksi dan mengembangkan
diri sehingga terus menerus berfungsi (Freud. N. Kerlinger, 1973; 6-7)
(72)
Pandangan
Taliziduhu Ndraha
tentang Metodologi Ilmu Pemerintahan
MIP
Ke dalam
Ke luar
1) Sasaran heuristik 2) Kaitan antar ilmu
3) Model-model penerapan Bangsa & negara
Rakyat & Pemerintah Hubungan kerakyatan Daerah 3 Generasi 4 Generasi I II III I II III IV MIP Ke dalam Ke luar
(73)
Hubungan Antara MIP dengan
Metodologi Penelitian (MP)
(Mentodologi Angka
8)
MP IP
OP
S
MI T
(74)
Metodologi Mempelajari
lmu Pemerintahan
Menurut Prof. Soewargono
Memerintah Suatu Negara
1. Menetapkan arah 2. Memberi bentuk 3. Memimpin
kekuatan masyarakat
Menuju tujuan yang telah
ditetapkan oleh negara
(75)
A.
Van Braam mengertikan fungsi
memerintah dilihat dari 3 (tiga) segi :
1)
dari segi materiil,
memerintah berarti menetapkan
kebijakan-kebijakan;
2)
dari segi formal,
memerintah berarti membuat
keputusan-keputusan yang mengikat;
3)
dari segi politik,
(76)
BEBERAPA METODE DI DALAM
MEMPELAJ ARI ILMU PEMERINTAHAN
1.
STUDI KASUS
2.
STUDI SEJ ARAH
3.
STUDI BANDING
4.
PENDEKATAN LEGALISTIK
5.
PENDEKATAN SISTEM
6.
PENDEKATAN PARADIGMATIK
Metode Pendekatan Legalistik
Pendekatan Sistem
Pendekatan Paradigmatik
Studi Kasus
Studi Sejarah
(77)
A.
STUDI KASUS
LIHAT BUKU ROBERT K.Yin, 1996. Studi
Kasus – desain dan Metode. Penerbit PT.
Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Soewargono (1995) menekankan bahwa salah
satu metodologi penting yang digunakan untuk
menganalisis gejala pemerintahan adalah metode
studi kasus
(78)
Pengertian :
Studi kasus adalah strategi penelitian sosial atau suatu metode penelitian yang mempelajari kejadian-kejadian (cases) pada fenomena kontemporer di dalam kehidupan nyata.
( Kasus = sesuatu yang telah terjadi
Jenis-jenis Studi Kasus Menurut Yin (1996) Ada 3 tipe studi kasus
1) Studi kasus ekspanatoris 2) Studi kasus eksploratoris 3) Studi kasus deskriptif
(79)
STUDI KASUS MENJAWAB PERTANYAAN
-
HOW (BAGAIMANA ) ?
-
WHY (MENGAPA) ?
-
WHAT (APA) ?
DILIHAT OBYEKNYA, DIBEDAKAN ANTARA :
-
STUDI KASUS TUNGGAL;
(Kasus berdiri sendiri, dalam ruang lingkup yang
terbatas)
Contoh: Pengunduran diri seorang PNS
-
STUDI KASUS
BERGANDA;
(Kasus berkaitan satu dengan lainnya, sehingga
menjadi sangat rumit)
(80)
A.1. Studi Kasus Ekplanatoris
-
Bersifat menjelaskan gejala atau kasus yang diamati;
-
Pertanyaan utama yang ingin dijawab adalah :
* MENGAPA ………..?
* BAGAIMANA……..?
A.2. Studi Kasus Ekploratoris
-
Bersifat menggali informasi yang melatarbelakangi
terjadinya suatu kasus;
-
Pertanyaan utama yang ingin dijawab adalah :
* BERAPA BANYAKAH………..?
* SIAPAKAH………..?
A.3. Studi Kasus Deskriptif :
-
Bersifat menggambarkan sesuatu kasus
-
Pertanyaan utama yang ingin dijawab adalah :
* APAKAH………..?
(81)
Untuk studi kasus, ada lima komponen desain
penelitian yang penting yaitu :
1)
pertanyaan-pertanyaan penelitian;
2)
proposisinya, jika ada;
3)
unit-unit analisisnya;
4)
logika yang mengitkan data dengan proposisi tersebut;
5)
kriteria untuk menginterpretasi temuan.
Tipe-tipe Dasar Desain Studi Kasus
Desain kaus
tunggal
Desain multikasus
Holistik
(unit analisis
tunggal)
Tipe –1
Tipe –2
Terpanang
(unit multianalisis)
(82)
Enam sumber bukti untuk studi
kasus
1)
Dokumen;
2)
Rekaman Arsip;
3)
Wawancara
4)
Observasi Langsung;
5)
Observasi Peran Serta;
(83)
Bentuk-bentuk analisis studi kasus yang dominan :
1)
Penjodohan pola, terbagi atas :
a.
variabel-variabel non-equivalen sebagai pola
b.
penjelasa tandingan sebagai pola;
c.
pola-pola yang lebih sederhana.
2)
Pembuatan penjelasan, yang meliputi :
a.
Unsur-unsur penjelasan;
b.
Hakikat
perulangan
dalam
pembuatan
penjelasan;
c.
Persoalan potensial di dalam pengembangan
penjelasan.
3)
Analisis deret waktu, terdiri dari :
a.
deret waktu sederhana;
(84)
c. Kronologis
Beberapa periwtiwa harus selalu terjadi sebelum
peristiwa yang lain, dimana aturan kebalikannnya
tidak mungkin terjadi.
Beberapa kejadian harus selalu diikuti oleh kejadian
yg lain atas dasar kontingensi;
Beberapa peristiwa hanya dapat mengikuti peristiwa
lain setelah suatu lintasan waktu yang diprediksi;
Periode-periode waktu tertentu dalam suatu studi
kasus mungkin diatandai oleh beberapa kelompok
kejadian yang berbeda secara substansial dari
kejadian pada periode waktu lainnya.
(85)
Bentuk-bentuk Analisis yang tidak
Dominan :
Analisis unit-unit terpancang;
Observasi ulang;
(86)
B. Metode Komparasi (Perbandingan)
Menurut Ridleya dalam “The Study of
Government” (1975),
Fokus studi pemerintahan : institusional
Metodenya
: perbandingan
(comvarative)
(87)
Metode perbandingan yang dimnaksud di sini adalah
membandingakan suatu institusi lainnya yang
sejenis. Di dalam pengertian perbandingan,
terkandung adanya unsur yang sama dan adanya
unsur yang berbeda.
Ridley (1975) menyarankan di dalam mempelajari
pemerintahan, lebih mudah apabila digunakan
pendekatan institusional (
institusional approach
). Sebab
pada dasarnya pemerintah adalah sebuah organisasi
formal yang kompleks (lihat pendapat Alfred Kuhn,
1974: The Logic of Social Systems).
(88)
Perbandingan kelembagaan pemerintah dapat
dilakukan dengan melihat aspek-aspek :
-
Kedudukan & kewenangannya;
-
Organisasinya;
-
Kualitas dan kuantitas sumber daya aparatur;
-
Kinerjanya.
(89)
C. Pendekatan Legalistik:
Pemerintahan adalah gejala kekuasaan yang sah
(kewenangan). Jadi kegiatan pemerintah selalu
berkaitan dengan peraturan perundang yang
berlaku. Gejala semacam itu dapat dipahami
dengan pendekatan logistik formal, dalam arti
menggunakan rujukan berbagai peraturan yang
digunakan pemerintah pada saat :
Membuat kebijakan
Memberikan pelayanan kepada masyarakat
Menegakkan aturan
Pada saat menggunakan pendekatan legalistik,
kajian ilmu pemerintahan dapat meminjam
berbagai teori, paradigma, konsepm definisi yang
digunakan ilmu hukum.
(90)
D. Studi Sejarah (Historis)
Gejala pemerintahan adalah aktivitas sosial
yang
berkelanjutan
dan
terus-menerus
mengalami perubahan – baik secara evolutif,
evolutif dipercepat ataupun revolutuf.
Perubahan gejala pemerintahan dapat
mengikuti tiga kecenderungan sebagai berikut :
Linier
Siklus
(91)
Untuk memahami pemerintahan semacam itu, dapat pula digunakan studi gejala (historis). Secara umum, sistem sosial dapat pula dipahami melalui dua model yakni :
a. model sinkronis; b. model diakronis.
Model sinkronis menggambarkan masyarakat sebagai sebuah sistem yang terdiri dari struktur dan bagiannya. Pendekatan struktural dan fungsional dalam ilmu sosial merujuk pada model sinkronis. (ilmu politik, sosiologi, ekonomi, antropologi).
Model diakronis lebih mengutamakan memanjangnya lukisan berdimensi waktu, dengan sedikit saja luasan ruangan. (Ilmu sejarah).
Melihat karakteristiknya, ilmu pemerintahan lebih banyak merijuk pada model sinkronis, meskipun sangat terbuka kemungkinan untuk menggunakan model diakronis.
(92)
Gambar : Hubungan Ilmu Sosial Sinkronis dan
Diakronis
Sumber:
Johan Gantung, Theory and Methode of
Social Reseach, dikutip dari Kuntowijoyo,
1994:37
Waktu Sinkronis Sosiologi ilmu politik Ekonomi Antropolog i arkeologi diakronis sejarah ruang sosial diakronis sejarah(93)
Menurut Kuntowijoyo (1994), sejarah sosial
dapat dipahami melalui 6 (enam) model yaitu
sebagai berikut :
-
Model evolusi
-
Model lingkaran sentral
-
Model interval
-
Model tingkat perkembangan
-
Model jangka panjang, menengah, pendek
(94)
-
Model Evolusi
Gambar: Model Evolusi
A
A’
B’
ruang sosial
(95)
-
Model Lingkaran Sentral
Waktu
Ruang sosial
F
E
D
C
B
A
(96)
-
Model Interval
Waktu
Ruang sosial
A’’’’ B’’’’ C’’’’
A’’’ B’’’ C’’’ A’’ B’’ C’’
(97)
-
Model Tingkat Perkembangan
Waktu
Ruang sosial
N IV III II
(98)
-
Model Jangka Panjang, Menengah, Pendek
Waktu
(99)
-
Model Sistematis
Waktu
Ruang sosial
A’’ B’’ C’’ A’’
A’
B’’
B’
C’’
C’ A B C
(100)
7. MEMAHAMI GEJ ALA PEMERINTAHAN MELALUI PARADIGMA
Selain keempat metodologi sebagaimana dikemukakan di atas, dewasa ini berkembang pendekatan “baru” untuk memahami gejala pemerintahan, yakni menggunakan PARADIGMA.
Istilah paradigma mula-mula dikembangkan oleh sosiolog Robert K. Merton. Paradigma secara umum diartikan sebagai MODEL atau SKEMA.
”A paradigm is a compact outline of the major concepts, assumption, procedures, propositions, and problems of subtantive area or a theorical approach in sociological analisys”,
(Thedorson, George A and Achilles G. Theodorson, 1969, A Modern Dictionary of Sociology, A Barnes & Noble Reference Book, USA)
Penggunaan paradigma dipopulerkan oleh Thomas Kuhn dalam bukunya berjudul “The Strucrture of Scientific Revolutions.
(1)
TABEL PERBANDINGAN PARADIGMA
Nomor PARADIGMABIROKRASI
PARADIGMA PASCABIROKRASI
1. Keinginan Publik Hasil-hasil nilai warganegara
2. Efisiensi Kualitas dan nilai
3. Administrasi Produksi
4. Pengendalian Mendorong ketaatan pada
norma
5. Fungsi,
kewenangan dan struktur spesifik
Mengidentifikasi misi,
pelayanan, pelanggan, dan nilai guna
6. Membenarkan
pembiayaan-pembiayaan
Memindahkan nilai
7. Menekankan pada
tanggung jawab
Membangun akuntabilitas
(2)
8. Mengikuti aturan dan prosedur
Memahami dan
menerapkan norma Mengidentifikasi dan memecahkan masalah Terus menerus
meningkatkan proses 9. Menjalankan sistem
administrasi
Memisahkan pelayanan dari pengendalian
Membangun dukungan berdasarkan norma
Memperluas pilihan konsumen
Mendorong tindakan kolektif
Memberikan insentif Mengukur dan
menganalisis hasil
Memperkaya umpan balik
(3)
CATEGORY OF SOCIAL CHANGE
Level of SocietyTime Dimension
Micro (Individual)
Intermediate (Group)
Macro (Society)
Type 1 Type 2 Type 3
Short Term
(1) Attitude Change
(1) Normative change
(1) Invention-inovation (2) Behaviour
change
(2)
Administrativ e change
(2) Revolution
Type 2 Type 4 Type 6
Long Term Life-cycle change
Organizational change
Sociocultural change
(4)
Gambar : Model Transformasi semangat Kewirausahaan bagi Sektor Publik.
Disusun oleh : Sadu Wasistiono
1.Catalytic Government
2.Community – Owned Government
3.Competitive Government 4.Mission – Driven Government 5.Result – Oriented Government 6.Customer – Driven Government 7.Enterprising Government
8.Anticipatory Government 9.Decentralized Government
10.Market – Oriented Government
Sektor Publik dgn
Paradigma lama Sektor Publik dgnParadigma baru
Good Governa
nce
People become more
- Welfare
- Democrate
Work better & Costs Less (Common sense Government) Transformer (4) Control Strategy (5) Culture Strategy (2) Consequences Strategy
THE FIVE S’s STRATEGY
(1)
(5)
Alasan kita membutuhkan
berpikir sistem :
Meningkatnya kompleksitas di dalam
kehidupan kita
Tumbuhnya saling ketergantungan di
dunia
Terjadinya revolusi di dalam teori dan
praktek manajemen
Meningkatnya “kesadaran global” dan
“lokal” di dalam pengambilan keputusan
Meningkatnya pengakuan pembelajaran
(6)