MORFOLOGI BATANG Pohon MORFOLOGI TAJUK DAN DAHAN

seperti burung pintar Amblyornis innornatus, kanguru pohon, landak papua dan lain-lain. Sosial ekonomi Suku Arfak Di Pegunungan Arfak hidup empat suku asli , yaitu Hatam, Moule, Sough, dan Meyakh, yang mendiami 25 desa dengan total populasi 12 ribu jiwa. Ekonomi masyarakat Arfak umumnya masih subsisten. Kebutuhan pangan dipenuhi dari berladang, berburu dan mengambil hasil hutan. Secara adat masyarakat diperbolehkan mengambil hasil hutan berupa kayu, kulit kayu, dan daun pandan untuk membangun rumah serta kayu bakar. Masyarakat Arfak secara adat telah memiliki konsep pengelolaan kawasan, yang disebut Igya Ser Hanjop padanan kata konservasi dalam bahasa Hatam, serta zonasi. Ada zona Bahamti daerah konservasi, Nimahanti daerah wisata terbatasdaerah penyangga, dan Susti daerah pemanfaatan. Konsep Igya Ser Hanjop inilah yang dicoba diangkat kembali, sebagai dasar pengelolaan keanekaragaman hayati yang bertumpu pada masyarakat di Arfak. Morfologi Tumbuhan Perbedaan pohon di hutan Indonesia dapat dibedakan berdasarkan perbedaan morfologi yang terdiri atas morfologi batang, tajuk dan dahan, daun, akar, bunga, buah dan biji. Deskriptor untuk membuat deskripsi tanaman pohon berdasarkan PROSEA, 1998. A. MORFOLOGI BATANG A. Pohon 1.1. Penampilan umum : 1. Batang silindris 2. Batang berlekuk atau berbaling 3. Batang berbuncak 1.2 Penampilan pangkal batang 1. Batang mulus 2. Batang berbanir 1.3 Penampilan pepagan luar 1. Berdamar, 2. Licin 3. Berlekah 4. Bersisik 5. Lepas berkotak 6. Berpuru 7. bergelang dan berbaris melintang 8. Berduri 9. Mengelupas 10. Retak-retak 1.2. Morfologi bagian dalam. Secara umum variasi sifat morfologi bagian dalam batang pohon sebagai berikut : 1. Pepagan bergetah, meliputi : a. Pepagan bergetah putih b. Pepagan bergetah kuning c. Pepagan bergetah merah d. Pepagan bergetah hitam 2. Pepagan tanpa getah. a. Pepagan berlapis b. Pepagan berserat c. Pepagan mamasir d. Pepagan bermiang e. Pepagan bercorak daging 3. Bau Pepagan terdiri atas : a. Bau harum b. Bau resin dan aromatik c. Bau kamper d. Bau bawang e. Bau kacang f. Bau asam jawa g. Bau kepinding 4. Arah tumbuh batang a. Tegak lurus b. Menggantung c. Berbaring d. Menjalar e. Serong ke atas f. Mengangguk g. Memanjat h. Membelit ke kanan atau ke kiri

B. MORFOLOGI TAJUK DAN DAHAN

1. Penampilan tajuk secara umum Tajuk pohon dewasa yang umumnya dijumpai di hutan Indonesia antara lain : a. Tajuk bertingkat atau berbentuk pagoda b. Tajuk bentuk kubah c. Tajuk bulat d. Tajuk bentuk payung e. Tajuk bulat silinder f. Tajuk bentuk kerucut g. Tajuk bentuk kubus 2. Pola percabangan a. Perkembangan batang pokok - Perkembangan simpodial, yaitu perkembangan batang pokok utama yang terbagi dua atau lebih. Selanjutnya disebut batang simpodial. - perkembangan monopodial, yaitu perkembangan batang pokok yang tidak terbagi. Selanjutnya disebut batang monopodial b. perkembangan cabang - Latak cabang pada batang pokok dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu 1. Percabangan ritmik, yaitu apabila beberapa cabang tumbuh pada ketinggian tertentu pada batang pokok secara berulang dengan jarak antara kelompok cabang yang satu dengan kelompok cabang berikutnya jelas terlihat. 2. Percabangan menerus, yaitu apabila satu cabang tumbuh pada ketinggian tertentu pada batang pokok, diikuti cabang-cabang lain, demikian seterusnya dan tidak jelas berulangnya. - Arah pertumbuhan cabang ada dua macam, yaitu : 1. cabang ortotropik, apabila arah pertumbuhannya menuju ke atas dan bagian kuncup ujung cabang ataupun ujung ranting tampak menghadap ke atas. 2. cabang palgiotropik, apabila arah pertumbuhannya menuju ke samping dan kuncup ujung menghadap ke samping atau terkulai ke bawah. - pembagian meristem cabang atau ranting 1. Cabang simpodial, apabila pertumbuhan terbagi pada setiap modul atau cabang tumbuh terminal kemudian cabang berikutnya tumbuh pada bagian bawah ujungnya. 2. cabang monopodial, apabila pertumbuhan cabang terus berlanjut pada satu cabang, tanpa meristem yang terbagi. c. Latak bunga atau pembungaan - Bunga di ujung batang, cabang atau ranting bunga terminal - Bunga di bagian samping batang, cabang atau ranting bunga lateral d. Deskripsi singkat model arsitektur 1. Model Koriba Batang simpodial dengan beberapa bagian batang tumbuh secara plagiotropik kecuali satu diantaranya tumbuh secara ototropik. Selanjutnya batang yang plagiotropik itu berubah fungsinya menjadi cabang dan berkembang lagi secara plagiotropik, sedangkan bagian yang ototropik tmbuh menjadi batang ke dua yang selanjutnya terbagi lagi seperti kejadian sebelumnya. Pada batang pokok tampak letak kelompok cabang yang pertama bertentangan arah dengan kelompok cabang kedua dan seterusnya, sehingga pertumbuhan batang tampak zig-zag. Jadi cabang simpodial dan plagiotropik. 2. Model Sccarone Batang monopodial, percabangan ritmik. Cabang simpodial dan ototropik. 3. Model Rauh Batang monopodial, percabangan ritmik. Cabang monopodial dan ototropik 4. Model Attims Batang monopodial dengan cabang-cabang yang tidak ritmik disebut cabang menerus pada batang. Cabang monopodial dan ototropik. 5. Model Massart Batang monopodial dan ototropik, percabangan ritmik. Cabang monopodial dan plagiotropik. 6. Model Aubreville Batang monopodial dengan pertumbuhan tahap demi tahap bersamaan dengan pertumbuhan cabang-cabang yang ritmik. Cabang-cabangnya yang simpodial bersifat terminal terkenal dengan istilah percabangan terminallia. Model arsitektur ini dikenal dengan nama model pagoda. 7. Model Prevost Batang simpodial dan ototropik. Pada model ini terlihat adanya batang yang tumbuh proleptik dibagian bawah percabangan batang utama. Batang tersebut merupakan batang kedua dan seperti pada batang pertama, batang kedua inipun berhenti disusul oleh pertumbuhan cabang. 8. Model Roux Batang monopodial dan ototropik. Berbeda dengan model Massart, pada model Roux cabang-cabang pohon tidak ritmik, tetapi menerus pada batang. 9. Model Troll Batang tumbuh plagiotropik. Setelah itu pada bian batang yang melengkung tumbuh batang baru secara plagiotropik juga dan seterusnya tumbuh demikian. Cabang-cabang monopodial dan plagiotropik.

C. MORFOLOGI DAUN

Dokumen yang terkait

Potensi Tanaman Obat Endemik Papua Kayu Akway (Drymis sp.) sebagai Afrodisiak

1 23 1

Potensi aktivitas antioksidan pada kulit kayu dan daun tanaman akway (Drymis sp.)

0 24 32

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN BIOAUTOGRAFI EKSTRAK ETANOL KULIT KAYU AKWAY (Drymis piperita Aktivitas Antibakteri dan Bioautografi Ekstrak Etanol Kulit Kayu Akway (Drymis piperita Hook. f.) Terhadap Staphylococcus saprophyticus dan Shigella sonnei.

0 1 12

PENDAHULUAN Aktivitas Antibakteri dan Bioautografi Ekstrak Etanol Kulit Kayu Akway (Drymis piperita Hook. f.) Terhadap Staphylococcus saprophyticus dan Shigella sonnei.

0 1 7

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN BIOAUTOGRAFI EKSTRAK ETANOL KULIT KAYU AKWAY (Drymis piperita Aktivitas Antibakteri dan Bioautografi Ekstrak Etanol Kulit Kayu Akway (Drymis piperita Hook. f.) Terhadap Staphylococcus saprophyticus dan Shigella sonnei.

0 2 12

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN BIOAUTOGRAFI EKSTRAK ETANOL KULIT KAYU AKWAY (Drymis piperita Aktivitas Antibakteri dan Bioautogafi Ekstrak Etanol Kulit Kayu Akway (Drymis Piperita Hook. f.) terhadap Staphylococcus Epidermidis dan Salmonella thypi.

0 1 12

PENDAHULUAN Aktivitas Antibakteri dan Bioautogafi Ekstrak Etanol Kulit Kayu Akway (Drymis Piperita Hook. f.) terhadap Staphylococcus Epidermidis dan Salmonella thypi.

0 1 8

DAFTAR PUSTAKA Aktivitas Antibakteri dan Bioautogafi Ekstrak Etanol Kulit Kayu Akway (Drymis Piperita Hook. f.) terhadap Staphylococcus Epidermidis dan Salmonella thypi.

0 1 14

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN BIOAUTOGRAFI EKSTRAK ETANOL KULIT KAYU AKWAY (Drymis piperita Aktivitas Antibakteri dan Bioautogafi Ekstrak Etanol Kulit Kayu Akway (Drymis Piperita Hook. f.) terhadap Staphylococcus Epidermidis dan Salmonella thypi.

0 1 15

IDENTIFIKASI MORFOLOGI TANAMAN PENGHASIL GAHARU (Aquilaria sp) ENDEMIK SUMATERA BARAT.

0 0 1