dengan Kecamatan Nusaniwe, dimana KMP dari satu desa bisa terdiri atas beberapa kelompok usaha masyarakat KUM. Sementara untuk Kecamatan
Baguala dan Sirimau ditiap desa hanya terdiri atas 1 satu kelompok yang dinamakan kelompok masyarakat pemanfaat KMP.
Tabel 23. KMP peserta kemitraan di Kecamatan Baguala dan Sirimau Tahun 2003 dan 2004
Tahun 2003 Tahun 2004
KMP Desa Anggota
KMP Desa
Anggota Bahari Utama
Seroja Hatukau
Yakarima Star Leahari
Kota Jawa Batu Merah
Hutumuri 28
25 23
17 Elsodat
Berkat Babiritani
Permata Rutung Mkr
Nania Htw Bsr
Naku Htw Bsr
Rutung 24
28 27
25 24
Sumber : LEPP- M3 2008
Setelah terbentuknya kelompok masyarakat pemanfaat KMP, melalui konsultan manajemen, KMP yang telah terbentuk tersebut dikelompokkan dalam
suatu wadah organisasi yang dinamakan lembaga ekonomi pengembangan pesisir - mikro mitra mandiri yang selanjutnya disingkat LEPP-M3 yang
merupakan wakil-wakil dari KMP pada setiap desa. Pihak LEPP-M3 menyediakan dana ekonomi produktif DEP yang
disalurkan kepada kelompok masyarakat pemanfaat yang di dalamnya adalah kelompok usaha masyarakat, berdasarkan analisis kebutuhan, sedangkan
nelayan menyediakan perlengkapan pancing. Jangka waktu kerjasama disepakati selama 24 bulan 2 tahun sampai 60 bulan 5 tahun.
Selama tenggang waktu tersebut nelayan diharapkan sudah melunasi hutang.
Mekanismenya diatur berdasarkan keputusan bersama antara KMP dengan LEPP-M3, yakni 17 per tahun atau 1,24 per bulan.
5.1.1 Karakteristik Rumahtangga KMP Peserta Kemitraan
Karakteristik peserta yang menjadi objek pengamatan dalam penelitian ini adalah : a besar keluarga dan usia anggota keluarga, b tingkat pendidikan
dan pengalaman peserta sebagai nelayan dan c sumber pendapatan dan jenis pekerjaan sebelum menjadi peserta kemitraan melalui program
pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir PEMP.
1 Usia peserta dan besar keluarga Hasil penelitian terhadap usia anggota keluarga dan besar keluarga
kelompok masyarakat pemanfaat pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa usia peserta suami dan istri relatif muda yaitu antara 20-69 tahun. Hal ini
disebabkan adanya pandangan dari pihak dinas kelautan dan perikanan Kota Ambon yang dalam hal ini diwakilkan kepada konsultan manajemen kota KMK
bahwa pada kelompok usia tersebut masih produktif karena memiliki kemampuan fisik dalam melakukan pekerjaan melaut sehingga dapat menghasilkan
produktivitas yang tinggi. Persentase terbesar usia anak dalam keluarga pada kelompok usia 10-15 tahun 57,85. Hal ini memperlihatkan bahwa umumnya
anak-anak masih pada usia sekolah, dan jenjang pendidikan yang ditekuni adalah pada sekolah lanjutan tingkat pertama. Untuk lebih jelasnya usia anggota
keluarga peserta kemitraan melalui program PEMP di Kota Ambon dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Karakteristik rumahtangga KMP Kelompok usia tahun
Jumlah Persentasi
Kepala keluarga Suami 20-29 22
21,36 30-39 24
23,30 40-49 27
26,21 50-59 23
22,33 60-69
7 6.80
Ibu Rumahtangga Istri 20-29 26
25,24 30-39 28
27,18 40-49 24
23,30 50-59 23
22,33 60-69
2 1,94
Anak-anak 1-10 115
20,54 10-15 324
57,85 15 121
21,61
Sumber : Data primer diolah 2008
Tabel 24 memperlihatkan bahwa baik suami maupun istri pada lokasi penelitian memiliki beban yang sama dalam menekuni pekerjaan sebagai
rumahtangga nelayan. Hal ini ditemukan bahwa ketika suami melaut, istri walaupun berperan dalam mengurus rumahtangga, memiliki tanggung jawab
untuk memasarkan hasil tangkapan. Hal ini disebabkan masing-masing memiliki waktu yang banyak, karena pekerjaan merawat anak tidak lagi membutuhkan
waktu yang terlampau banyak, sebab anak-anak umumnya berada pada
kelompok usia 10 tahun. Ditemukan pula bahwa tenaga kerja untuk membantu kegiatan usaha relatif tersedia. Hal ini terlihat dari kelompok usia anak-anak yang
berada antara 10 -15 tahun dan 15 tahun. Umumnya anak-anak yang telah menamatkan sekolah, karena sulit mendapatkan pekerjaan, mereka terpaksa
memilih pekerjaan untuk membantu usaha keluarga. 2 Pendidikan peserta kemitraan dan pengalaman melaut
Tingkat pendidikan sebagai salah satu karakteristik individu yang cukup terkait dengan pengetahuan, ketrampilan dan produktivitas. Tingkat pendidikan
mempengaruhi kerasionalan seseorang dalam mengambil keputusan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin rasional seseorang
dalam mengambil keputusan dan akan semakin mudah untuk mengadopsi teknologi guna meningkatkan produktivitas usahanya.
Selain faktor pendidikan nelayan, pengalaman melaut juga mempunyai peranan yang cukup penting di dalam menunjang keberhasilan peserta dalam
mengembangkan usaha penangkapannya. Nelayan yang sejak turun temurun berprofesi sebagai nelayan, diyakini lebih mampu mengatasi persoalan-
persoalan terkait dengan usaha penangkapan serta memiliki motivasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan nelayan yang sama sekali belum mempunyai
pengalaman khususnya dalam usaha penangkapan purse seine. Hasil penelitian mengenai tingkat pendidikan peserta kemitraan yakni
ketua kelompok dan anggotanya memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan yang menyolok. Terlihat bahwa baik ketua kelompok maupun anggotanya telah
melewati jenjang pendidikan SD, dan ada yang pernah melewati jenjang pendidikan tinggi. Tabel 25 berikut ini menyajikan ragam tingkat pendidikan
peserta kemitraan.
Tabel 25. Sebaran tingkat pendidikan kelompok masyarakat pemanfaat KMP No Tingkat
Pendidikan Ketua
Kelompok Anggota
1 Tidak pernah tamat SD
2 12,50
14 16,09
2 Tamat SDsederajat
9 56,25
48 46,60 3
Tamat SLTPSederajat 2
12,50 22
25,29 4
Tamat SLTAsederajat 2
12,50 2
2,30 5
Perguruan Tinggi 1
6.25 1
1,14 Total
16 100
87 100
Sumber : Data primer diolah 2008
Data pada Tabel 25 tersebut memperlihatkan bahwa persentase tertinggi tingkat pendidikan peserta kemitran adalah pada jenjang Sekolah Dasar, ketua
kelompok 56,25 dan anggota kelompok 46,60. Dengan demikian dalam mengembangkan usaha penangkapan dari sisi manajemen usaha masih
tergantung kepada pihak lain yakni tenaga pendamping desa TPD yang memberikan bimbingan dan pelatihan. Pengalaman melaut ketua kelompok
peserta kemitraan dari 16 responden yang diwawancarai menunjukkan bahwa rata-rata pengalaman melaut adalah 19 tahun sementara anggota kelompok rata-
rata pengalaman melautnya adalah 8 tahun. 3 Sumber pendapatan dan jenis pekerjaan sampingan
Secara umum pekerjaan peserta kemitraan sebelumnya adalah sebagai nelayan. Pekerjaan sebagai nelayan adalah merupakan pekerjaan yang telah
diwarisi sejak turun-temurun. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa pekerjaan sebagai nelayan bukan merupakan satu-satunya sumber pendapatan bagi
keluarga, karena ada pekerjaan sampingan lainnya yang diupayakan bagi pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Telah dijelaskan bahwa pekerjaan
sebagai nelayan sangat dipengaruhi oleh faktor musim, sehingga ketika terjadi musim Timur, ditemukan umumnya nelayan di lokasi penelitian melakukan
pekerjaan berupa bercocok tanam, dengan jenis tanaman umbi-umbian. Dari hasil penelitian pula ditemukan bahwa pekerjaan sampingan yang dilakukan oleh
kelompok nelayan peserta kemitraan adalah bertujuan untuk meningkatkan tingkat pendapatan rumahtangga nelayan. Pendapatan ini selanjutnya akan
mempengaruhi pola hidup masing-masing keluarga dan cara pengaturan keuangan dalam keluarga yang pada akhirnya akan mempengaruhi nelayan
tersebut di dalam merencanakan pengembangan usaha penangkapannya.
5.1.2 Diskripsi Teknis Alat Penangkapan Purse Seine