Pengolahan Data Kenaikan Paras Laut dan Simulasi Genangan Data Pasang Surut Koreksi Pasang Surut Terhadap Citra

divalidasi oleh NASA, METI, dan US Geological Survey dan dengan dukungan dari US National Geospatial-Intelligence Agency. Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer ASTER sendiri adalah salah satu dari lima instrumen pengamat bumi yang diluncurkan oleh Terra pada Desember 1999. Data yang dihasilkan berformat Tag Image Format TIF, yang dapat dibuka pada software Global Mapper. Selanjutnya diolah dengan software ArcView. Data GDEM menggunakan sistem grid berukuran 1° x 1° atau 111,2 km x 111,2 km memilki ketelitian sebesar 30 meter. Area yang tercakup meliputi 83° LU hingga 83° LS atau berarti hampir 99 permukaan bumi tercakup pada data GDEM ini. 3.3.1.3 Data Citra Landsat 7 ETM + Data Citra Landsat dapat diunduh di http:glovis.usgs.gov. Citra yang digunakan Citra landsat TM path 121 row 65 yang direkam pada tanggal 24 Maret 2009 dan Citra landsat TM path 121 row 65 yang direkam pada tanggal 15 Agustus 2003. Analisis data secara digital dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Er mapper. Untuk mendeteksi perubahan garis pantai kemudian menggunakan band 4 sebagai gray scale. Penggunaan band 4 secara langsung akan memisahkan komponen laut dan darat . Kedua hasil klasifikasi di export .shp kemudian ditumpang-tindihkan agar terlihat perbedaan garis pantai.

3.3.1.4 Pengolahan Data Kenaikan Paras Laut dan Simulasi Genangan

Data GDEM Aster dan nilai kenaikan paras laut diolah menggunakan perangkat lunak global mapper. Untuk mengetahui trend paras laut maka data tinggi paras laut rata-rata selama 16 tahun diplot secara linier dalam trend paras laut dan dari persaman yang dihasilkan akan diperoleh laju tinggi paras laut, selanjutnya berdasarkan trend paras laut dibuat simulasi genangan mulai dari 5, 10 dan 15 tahun kedepan. Untuk simulasi 5, 10 dan 15 tahun maka isi countour interval pada Global Mapper nilai laju kenaikan tersebut dikalikan sesuai tahun simuilasi. Setelah data GDEM Aster dan niai kenaikan paras laut diolah di Global Mapper kemudian di export .shp selanjutnya di intersect dengan data garis pantai yang telah di digitasi dari citra Aster 2009.

3.3.1.5 Data Pasang Surut

National Astronomical Observatory NAO TIDE adalah sebuah program untuk memprediksi pasang surut yang berdasarkan waktu dan lokasi laut. Model ini dikembangkan oleh pasang asimilasi TOPEX data POSEIDON altimeter yang digunakan dengan software fotran. NAO TIDE adalah program untuk prediksi pasang surut laut di daerah Jepang menggunakan model regional dengan resolusi tinggi. Data pasut dapat diunduh dari website : http:www.miz.nao.ac.jpstaffsnao99README_NAOTIDE_En.html. Data pasang surut yang digunakan dalam studi ini merupakan data prediksi yang dikeluarkan oleh Dishidros dan dimasukkan nilai amplitudo dan fase tiap anak pasang M 2 , S 2 , N 2 , K 1 , O 1 , M 4 , MS 4 , K 2 , P 1 k kedalam program pasut tides application programme yang dikeluarkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT.

3.3.1.6 Koreksi Pasang Surut Terhadap Citra

Koreksi pasang surut perlu dilakukan agar dapat memperkecil kesalahan dalam menganalisis perubahan garis pantai. Gambar 5 menunjukkan grafik pasang surut saat pereka berbeda ketinggiannya, ka surut ketika citra diambi pasang surut perekaman akan mempengaruhi kete Gambar 5 20 40 60 80 100 :0 1 :0 2 :0 T in g g i P a su t c m kaman citra, tinggi pasang surut kemungkinan bes , karena waktu pengambilan citra yang berbeda. bil ternyata tidak jauh berbeda Gambar 6, selisih an dengan MSL hanya berbeda 4,5 cm. Perbedaan ketelitian pada citra. r 5. Grafik pasang surut saat perekaman citra a 2 :0 3 :0 4 :0 5 :0 6 :0 7 :0 8 :0 9 :0 1 :0 1 1 :0 1 2 :0 1 3 :0 1 4 :0 1 5 :0 1 6 :0 1 7 :0 1 8 :0 1 9 :0 2 :0 2 1 :0 2 2 :0 2 3 :0 waktu 20 besar Pasang isih antara aan ini tidak b Gambar 6. Koreksi pasang surut terhadap citra a Sebelum dikoreksi dan b Setelah dikoreksi

3.3.1.7 Data gelombang