Gelombang Citra Landsat 7 ETM+

dapat menyebabkan abrasi pantai, intrusi air asin ke dalam estuaria dan akuifer, meningkatkan risiko banjir, hilangnya struktur pantai alami maupun buatan dan terganggunya ekologi pantai. Kerusakan ekologi dapat meliputi kerusakan batu karang, berkurangnya keanekaragaman hayati, rusaknya hutan mangrove, serta perubahan sifat biofisik dan biokimia zona pesisir Harmoni, 2005. Dampak dari kenaikan paras muka air laut di kawasan pantai semarang yang paling terkena dampak adalah infrastruktur dan jumlah penduduk. Selain itu, daerah pemukiman dan jasa pelayanan juga terkena dampak yang cukup besar Diposaptono et al., 2009. Dampak yang terjadi di Makasar dari meningkatnya paras air laut adalah berubahnya garis pantai yang semakin mengarah ke darat, kawasan pantai yang semakin berkurang, hilangnya sebagian kawasan hutan bakau serta terjadinya abrasi dan sedimentasi Kurdi, 2010.

2.3 Gelombang

Gelombang adalah fenomena naik turunya permukaan laut Pond and Pickard, 1983 dalam Rahayu, 2000. Gelombang adalah faktor penting yang sangat menentukan dalam proses dinamika pantai, baik berupa abrasi erosi atau pengikisan pantai maupun akresi sedimentasi atau penambahan pantai. Gelombang dapat menimbulkan arus dan transport sedimen dalam arah tegak lurus dan sepanjang pantai yang akhirnya akan mempengaruhi bentuk pantai Rahardjo, 2004. Gelombang yang terbentuk di permukaan laut pada umumnya karena adanya proses alih energi dari angin ke permukaan laut. Gelombang merambat ke segala arah membawa energi yang kemudian dilepaskan ke pantai dalam bentuk hempasan ombak. Rambatan gelombang ini dapat menempuh jarak ribuan kilometer sebelum mencapai suatu pantai. Gelombang yang mendekati pantai akan mengalami pembiasan refraction, dan akan memusat convergence jika mendekati semenanjung, atau menyebar divergence jika menemui cekungan Pariwono, 1992.

2.4 Citra Aster

ASTER adalah suatu sensor multispektral yang diluncurkan oleh NASA pada bulan Desember 1999. ASTER merupakan salah satu sensor dari satelit Terra. ASTER memiliki 14 Band yang terbagi dalam kanal visible, kanal infra merah dan kanal thermal infra merah. Seluruh band spectral dari Aster terbagi kedalam tiga radiometer yaitu VNIR, SWIR and TIR ERSDAC, 2003 dalam Trisakti, 2006. Resolusi spasial kanal visible Visible and Near Infrared Radiometer VNIR adalah 15 m lebih baik dari data LANDSAT-TM yang resolusi spasialnya 30 m. Kanal inframerah Short Wave Infrared Radiometer SWIR sama dengan LANDSAT-TM adalah 30 m dan kanal inframerahnya Thermal Infrared Radiometer TIR memiliki resolusi 90 m. Rincian spektral per kanal untuk data ASTER disajikan pada Tabel 1. Tabel 1.Karakteristik Sensor ASTER Sumber: ERSDAC 2003 Radiometer Band Panjang Gelombang µ m Resolusi Spasial Bilangan kuantum VNIR 1 0.52-060 15 m 8 bit 2 0.63-0.69 3N 0.78-0.86 3B 0.78-0.86 SWIR 4 1.600-1.700 30 m 8 bit 5 2.145-2.185 6 2.185-2.225 7 2.295-2.365 8 2.295-2.365 9 2.360-2.430 TIR 10 8.125-8.475 90 m 12 bit 11 8.475-8.825 12 8.925-9.275 13 10.25-10.95 14 10.95-11.65 Salah satu kelebihan dari citra TERRAASTER adalah resolusi spasial yang lebih tinggi dibandingkan dengan citra satelit pendahulu dan sekelasnya JERS-1 dan Landsat. Sebagai contoh perbandingan resolusi citra TERAASTER dengan satelit pendahulunya disajikan pada Gambar 1. TERRAASTER JERS-1 OPS Landsat TM Gambar 1. Perbandingan resolusi citra TERRAASTER dengan satelit pendahulunya sumber : www.Aster-indonesia.com

2.4.1 Aplikasi Citra ASTER

Beberapa contoh penerapan citra TERRAASTER untuk monitoring permukaan bumi antara lain karakteristik spektral terhadap mineral dan batuan, klasifikasi jenis tanah, monitoring aktifitas gunung berapi, pemetaan tumbuhan di daerah kering dan basah, monitoring suhu permukaan laut, monitoring hutan bakau mangrove, produk ASTER ortho dan DEM-Z, monitoring kebakaran hutan, monitoring suhu permukaan tanah dan korelasi DEM http:aster.indomicrowave.com. DEM dapat diperoleh mengaplikasikan data ini yang diturunkan dari citra TERRAASTER Level 1 dapat diperoleh informasi kontur permukaan bumi, dimana informasi ini dapat diterapkan untuk berbagai macam bidang, misalnya pertambangan, pembangkit listrik, perencanaan dam atau bendungan, penanggulangan banjir dan lain-lain. Selain itu sumber data DEM dapat diperoleh dengan FU stereo, data pengukuran lapangan dengan menggunakan GPS, theodolith, EDM, Total Station, Echosounder, peta topografi, dan linear array image. Karakteristik DEM yang dibuat dengan cara perolehan data yang berbeda disajikan pada Tabel 2. DEM adalah sumber data untuk menghasilkan informasi kondisi topografi lahan. DEM dapat menggunakan beberapa metode, salah satunya berdasarkan gambar satelit stereoscopic Stereoscopic Parallax Of Optic and SAR. PRISM sensor Panchromatic Remote-Sensing Instrument for Stereo Mapping dari Satelit ALOS dan sensor ASTER dari satelit TERA adalah sensor satelit yang berasal dari Jepang yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan gambar streoscopic Trisakti, 2009. Tabel 2. Karakteristik DEM yang dibuat dengan cara perolehan data yang berbeda. Metode Pengumpulan data ketinggian digital Sistem Pengumpulan data RMS SensorTeknik Akurasi Ketinggian Pengukuran lapangan DGPS x,y,z Teodolit DGPS Geodetik Laser Beacon DGPS Hingga 2 cm 10-5 cm Fotogrametri konvensional Dari peta topografi ketinggian dari kontur, survey lapangan, hipsografi Pengamatan stereoskopis USGS 7,5 Kamera film konvensional 7-15 cm, Maks 50 cm Penginderaan Jauh Sistem pasif Citra foto Stereopairsdigital Citra satelit Stereopair antar jalur terbang Stereopair sepanjang jalur terbang Sistem Aktif LiDAR Sisitem gelombang mikro SARSynthethic Apherture RADAR antar jalur terbang yang berurutan Interferometris INSARtwo-passes interferometry INSAR, IFSAR single pass Ortofoto BW SPOT, IRS JERS, ASTER Lasser canner Radarsat,ERS12 stereopair ERS12-JERS Radarsat Strid IFSAR star 3i, Topstar,SRTM 0,5-2,5 m ~20-50 m ~25m atau kurang 0,3 m-1m 10-50 m 5-10 m 0,5, 1, 2, 3 m, bervariasi Sumber : www.taufik.staff.ugm.ac.id VNIR Visible Near Infrared memiliki 2 band infra red yang mempunyai panjang gelombang hampir sama keduanya, yaitu 3N Nadir view dan 3B Backward view. Band 3B digunakan untuk mengambil pandangan dari belakang, dengan sudut kemiringan diantara backward view dan nadir view dengan sudut kemiringan 27,6 Ersdac, 2002 dalam Trisakti, 2006. Pandangan nadir dan backward digunakan untuk mendapatkan citra secara stereoscopic untuk menghasilkan DEM. Beberapa peneliti memiliki laporan akurasi dari ASTER dan PRISM DEM seperti yang disajikan pada Tabel 3. Akurasi dari stereo ASTER DEM bervariasi dari 7 m sampai 50 m tergantung metode, kondisi topografi, dan observasi penutupan lahan Trisakti, 2009. Tabel 3. Akurasi dari ASTER dan PRISM DEM Sensor satelit Referensi Akurasi m Aster Lang Welch1999 10-50 m Aster Toutin Cheng 2001 7,9 m Aster Hirano et al. 2002 7-15 m Aster Goncalves Oliveira 2004 9-11 m Less Vegetat Prism ALOS Chen T. et al. 2004 3 m 93 SRTM X-band Gesch D 2005 Ion 3-5 m SRTM X and C- band Yastikh et al. 2006 5-6-9,6 m Prism ALOS JAXA 2006 6,5 m Prism ALOS Bignone Umakawa 2008 2-5 m Prism ALOS Scneider et al. 2008 4 m Sumber : Trisakti, 2009 2.5 Citra Landsat 7 ETM+ Citra landsat 7 ETM+ yang digunakan pada penelitian ini adalah rekaman pada tanggal 15 Agustus 2003 dan 24 Maret 2009. Satelit Landsat 7 ETM+ merupakan radiometer pemindai multispektral yang memiliki posisi tetap, pengamatan nadir dan kemampuan menyediakan citra beresolusi tinggi berisi informasi permukaan bumi, baik dalam wilayah spektrum sinar tampak maupun infra merah. Landsat 7 ETM+ diluncurkan pada tanggal 15 April 1999, berada pada ketinggian 705 km dengan periode edar 99 menit, dan orbit polar sun- synchronous yang memotong garis khatulistiwa ke arah selatan setiap pukul 10.00 waktu setempat dengan waktu inklinasi 30 . Landsat 7 ETM+ mempunyai cakupan seluas 185 km melewati daerah yang sama setiap 16 hari. Karakteristik sensor satelit landsat 7 ETM+ mempunyai 8 kanal spektral dengan pengaturan gain tinggi, dan rendah secara terpisah Lapan, 2000 dalam Putra, 2007. Tampilan desain satelit Landsat 7 ETM+ yang diluncurkan pada tanggal 15 April 1999 ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2. Desain Satelit Landsat 7 ETM+ NASA, 2005 Citra landsat 7 ETM+ mempunyai resolusi spasial 30 x 30 m pada saluran multispektral yang relatif cukup untuk digunakan pada berbagai kajian tematik. Karakteristik satelit Landsat 7 ETM+ selengkapnya diperlihatkan pada Tabel 4. Tabel 4. Karakteristik Citra satelit Landsat 7 ETM Sensor Resolusi spektral Resolusi spasial Biru 0,450-0,515 30 Hijau 0,525-0,605 30 Merah 0,630-0,690 30 Infra merah dekat 0,750-0,900 30 Infra merah tengah 1,550-1,750 30 Infra merah Thermal 10,400-12,500 30 Infra merah Jauh 2,090-2,350 30 Panchromatik Hitam dan putih 0,520-0,900 15 Lebar sapuan 185 km Resolusi Temporal 16 hari233 orbit Ketinggian 705 km Resolusi radiometrik Best 8 of 9 bits Inklinasi Sun-synchronous,98,2 degrees Sumber : httpglovis.usgs.edu

2.6 Sistem Informasi Geografis