Penyulingan Penentuan Rendemen Uji Bioaktivitas dengan Brine Shrimp Lethality Test BSLT

c. Kayu teras dan gubal Teras dan gubal dipisahkan menggunakan mesin serut, sehingga dapat diperoleh hasil berupa kayu sisa serutan dengan panjang 1-4 cm, lebar 1-2 cm dengan tebal 1-5 mm. Masing-masing bagian pangkal, tengah, dan ujung, selanjutnya ditimbang sebanyak 1,5 kg untuk satu kali pemasakan.

3.3.2 Penyulingan

Bahan baku yang sudah siap selanjutnya dimasukkan dalam alat penyulingan. Proses penyulingan menggunakan metode air dan uap, yaitu menggunakan air kemudian dipanaskan sehingga menghasilkan uap air yang panas. Uap ini dapat menguapkan minyak atsiri pada bahan baku, yang selanjutnya diembunkan pada kondensor. Hasil pengembunan ini berupa air yang bercampur dengan minyak atsiri kemudian ditampung pada labu kondensat. Kondensat yang diperoleh dimasukkan kedalam funnel separator dan diendapkan selama 1-2 jam atau hingga air dan minyak terpisah. Air yang terpisah pada funnel dikeluarkan atau dibuang, sehingga tersisa minyak atsiri. Minyak tersebut diukur volumenya dan dimasukkan kedalam botol kecil yang ditutup rapat.

3.3.3 Penentuan Rendemen

Rendemen minyak atsiri yang dihasilkan dari tiap-tiap proses penyulingan dihitung terhadap berat kering tanur, dengan menggunakan rumus: Rendemen = OutputInput x 100 Keterangan: Output = berat minyak atsiri g Input = berat kering tanur bahan baku g

3.3.4 Uji Bioaktivitas dengan Brine Shrimp Lethality Test BSLT

Telur udang ditetaskan di dalam tabung kaca dengan ukuran 3 L, diisi oleh air laut sebanyak 1 L dan dilengkapi dengan aerator dan lampu penerangan, dalam 24 jam telur akan menetas menjadi larva udang. Sebanyak 20 mg minyak atsiri ditimbang lalu diencerkan menggunakan DMSO 5 tetes dan dilarutkan dengan air laut hingga 10 mL. Dari larutan tersebut diambil sebanyak 1 ml dan dilarutkan dengan air laut hingga 10 mL, maka diperoleh konsentrasi 100 µgmL, kemudian diambil masing-masing 2 mL dan 1,5 mL, untuk memperoleh konsentrasi 20 dan 15 µgmL. Sebanyak 5 mL larutan diambil dari tabung konsentrasi 20 µgmL, dan dilarutkan hingga 10 mL maka diperoleh konsentrasi 10 µgmL. Dari tabung konsentrasi 5 µgmL diambil sebanyak 5 mL sehingga konsentrasinya menjadi 5 µgmL. Larutan pada tabung 20, 15, 10, dan 5 µgmL, diambil masing-masing 2,5 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Pada tabung uji tersebut kemudian dimasukkan larva udang sebanyak 20 ekor dan ditambah air laut hingga 5 ml, hingga diperoleh konsentrasi pada masing-masing tabung adalah 10; 7,5; 5; 2,5 µgmL. Larutan dibiarkan selama 24 jam, kemudian udang yang mati dihitung dan dianalisis untuk menentukan LC 50 Menghitung mortalitas teramati menggunakan rumus: dengan derajat kepercayaan 95. Setiap konsentrasi diuji dalam dua kali ulangan dengan kontrol. Kontrol hanya menggunakan larutan DMSO 5 tetes dan air laut, tanpa penambahan minyak atsiri. MA : Mortalitas teramati Nilai mortalitas teramati yang didapat kemudian dikoreksi dengan kontrol. Nilai mortalitas terkoreksi ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus dari Abbot 1925 dalam Sari 2002 yaitu: Keterangan : MT = Mortalitas teramati terkoreksi mortalitas Kontrol Ma = Mortalitas teramati Mk = Mortalitas kontrol

3.3.5 Analisis Data