Ekstrak kasar Ekstrak Komponen Bioaktif Keong Ipong-Ipong

ipong. Proses ekstraksi yang dilakukan merupakan ekstraksi bertingkat menggunakan pelarut kloroform p.a. non polar, etil asetat p.a. semi polar dan metanol p.a. polar.

4.2.1 Ekstrak kasar

Proses evaporasi filtrat dari masing-masing hasil maserasi pelarut akan menghasilkan ekstrak kasar keong ipong-ipong yang kental dan berbeda tingkat kepolarannya. Ketiga ekstrak tersebut memiliki warna coklat tua berbentuk pasta kental dan memiliki bau yang khas. Hasil ekstraksi menggunakan tiga jenis pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang berbeda-beda, akan menghasilkan rendemen ekstrak yang berbeda-beda pula. Rendemen ekstrak merupakan perbandingan jumlah ekstrak yang dihasilkan dengan jumlah sampel awal yang diekstrak. Rendemen ekstrak dinyatakan dalam persen, sama halnya dengan nilai rendemen bahan. Nilai rendemen ekstrak dari masing-masing pelarut dapat dilihat pada diagram batang pada Gambar 11. Proses perhitungan rendemen ekstrak dari masing-masing pelarut dapat dilihat pada Lampiran 4. Gambar 11. Rendemen ekstrak kasar keong ipong-ipong Diagram batang di atas menunjukkan bahwa perbandingan ekstrak kasar dari ketiga pelarut berdasarkan tingkat kepolarannya dari daging dan jeroan keong ipong-ipong. Berdasarkan diagram di atas untuk daging dan jeroan, ekstrak kloroform memiliki rendemen terkecil, yaitu secara berurutan 0,24 dan 1,98. sedangkan ekstrak metanol merupakan ekstrak yang memiliki rendemen yang terbesar antara daging dan jeroan, yaitu secara berurutan 10,77 dan 13,66. akan tetapi secara umum antara daging dan jeroan, dari ketiga pelarut tersebut, ekstrak kasar dari jeroan memiliki nilai rendemen yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan ekstrak kasr dari daging keong ipong-ipong. Data tersebut menunjukkan bahwa komponen bioaktif yang paling banyak terkandung dalam jeroan maupun daging keong ipong-ipong merupakan komponen bioaktif yang memiliki sifat polar karena dapat larut dalam pelarut polar, yaitu metanol. Komponen bioaktif keong ipong-ipong yang bersifat non polar dan semi polar terdapat dalam jumlah yang lebih sedikit. Hasil ekstrak yang diperoleh akan sangat bergantung pada beberapa faktor antara lain kondisi alamiah senyawa tersebut, metode ekstraksi yang digunakan, ukuran partikel sampel, kondisi dan waktu penyimpanan, lama waktu ekstraksi, serta perbandingan jumlah pelarut terhadap jumlah sampel Harborne 1984. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Salamah et al. 2008 menunjukkan bahwa maserasi dengan jenis pelarut yang berbeda akan menghasilkan rendemen ekstrak yang berbeda pula. Pernyataan tersebut mendukung hasil penelitian ini, dimana kadar komponen komponen bioaktif yang bersifat polar, semi polar dan non polar terdapat dalam jumlah yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan pelarut yang berbeda akan melarutkan senyawa-senyawa yang berbeda-beda bergantung tingkat kepolarannya dan tingkat ketersediannya dalam bahan yang diekstrak. Menurut Susanto 2010, kandungan komponen bioaktif yang bersifat polar pada filum molusca umumnya terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan komponen-komponen bioaktif lain yang bersifat non polar dan semi polar. Hal ini terbukti dari hasil penelitian ini, dimana kadar ekstrak metanol polar keong ipong-ipong terdapat dalam jumlah yang paling banyak. Pernyataan diatas juga didukung oleh hasil penelitian Salamah et al. 2008 pada kijing taiwan Anandonta woodiana Lea. dan Nurjanah 2009 pada lintah laut Discodoris sp., Prabowo 2009 pada keong mata merah Cerithedia obtusa dan Susanto 2010 pada keong mas Pomachea cunaliculata Lamarck, yang mana ekstrak polar dari masing-masing komoditas tersebut terdapat dalam jumlah yang lebih banyak jika dibandingkan dengan ekstrak semi polar dan non polar.

4.2.2 Komponen bioaktif pada ekstrak kasar