di Sumatera Utara sudah berjumlah ±2.000.000 orang yang semakin meningkat dari tahun ke tahunnya. Sedangkan untuk
daerah Kota Medan sebesar 30 dari jumlah tersebut yaitu ±600.000
orang. Selain bergerak di bidang dakwah dan pendidikan, Al Washliyah juga bergerak di bidang ekonomi seperti
yang dapat dilihat dari Bank Perkreditan Rakyat Syariah yang mereka dirikan. Dengan memberikan pinjaman tanpa agunan
sehingga memberi keringanan kepada orang-orang yang melakukan pinjaman dan mempunyai pengaruh yang cukup besar
bagi para peminjam. Badan Perkreditan Rakyat BPR diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pedagang kecil dalam
mengembangkan usahanya dari segi permodalan. Seperti BPRS Al- Washliyah yang berada di kota Medan. Pinjaman yang diberikan
kepada anggota dari BPR tersebut yaitu seperti pinjaman tanpa agunan dan pembayarannya dapat di cicil oleh si peminjam.
Diharapkan dengan adanya program tersebut maka para anggotanya dapat meningkatkan produktifitas dan pendapatan
mereka.
2.3 Pembangunan Manusia
Menurut UNDP 1990, pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihan- pilihan bagi manusia a process of enlarging people’s
choices. Defenifi pembangunan manusia tersebut pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas. Defenisi ini lebih luas dari defenisi
pembangunan yang hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi. Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta
dipahami dari sisi manusiawinya, bukan hanya dari sisi pertumbuhan ekonominya.
Pembangunan manusia pada dasarnya mempunyai empat komponen utama yaitu produktifitas productivity, pemerataan equity, kesinambungan
sustainability, dan pemberdayaan empowoment. Melalui peningkatan keempat komponen tersebut secara maksimal maka pembangunan manusia
akan dapat berhasil dengan baik, yang dicirikan oleh peran manusia sebagai agen pembangunan yang efektif.
Sehingga untuk mencapai hal itu maka penduduk suatu negara atau daerah paling tidak harus memiliki peluang berumur panjang dan sehat, memiliki
tingkat pendidikan yang memadai, serta peluang untuk merealisasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan yang produktif sehingga memiliki
pendapatan yang cukup dan memiliki daya beli serta kemauan untuk melakukan konsumsi bagi pemenuhan kebutuhannya. Nur Feriyanto, 2014:
217
2.4 Kemiskinan
Kemiskinan identik dengan suatu masalah. Untuk memahami masalah kemiskinan, kita perlu memandang kemiskinan dari dua aspek, yakni
kemiskinan sebagai suatu kondisi dan kemiskinan sebuagai suatu proses. Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau
sekelompok orang hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sementara sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya
daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan
hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia.
Dalam konteks ini, ada kalanya faktor internal seperti pengetahuan, keterampilan, etos kerja danatau prinsip hidup seseorang atau sekelompok
orang memiliki daya dukung yang cukup untuk menjadikannya mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak masuk kedalam perangkap
kemiskinan. Kondisi yang sebaliknya mungkin pula terjadi, dimana faktor internal seperti pengetahuan, keterampilan, etos kerja danatau prinsip hidup
seseorang atau sekelompok orang tidak memiliki daya dukung yang cukup untuk menjadikannya mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga pada
satu titik waktu masuk ke dalam perangkap kemiskinan. Demikian halnya dengan faktor eksternal, seperti keadaan dan kualitas alam, struktur sosial
maupun kebijakan pemerintah ada kalanya memiliki daya dukung yang cukup untuk menjadikan seseorang atau sekelompok orang itu mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya, sehingga tidak masuk ke dalam perangkap kemiskinan. Keadaan yang berbeda dapat pula terjadi, dimana faktor eksternal seperti
keadaan dan kualitas alam, struktur sosial maupun kebijakan pemerintah
justru tidak memiliki daya dukung yang cukup untuk menjadikan seseorang atau sekelompok orang itu mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga
masuk ke dalam perangkap kemiskinan. Matias Siagian, 2012:4 Menurut Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan
Worldfactbook, BPD dan Woldbank ditingkat dunia, penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia termasuk yang tercepat dibandingkan dengan
pencapaian negara lainnya. Tercatat pada rentang tahun 2005- 2009 Indonesia mampu menurunkan laju rata- rata penurunan jumlah penduduk miskin
pertahun sebesar 0,8 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian negara lain semisal Kamboja, Thailand, Cina, dan Brasil yang hanya berada
di kisaran 0,1 pertahun. Bahkan India mencatat hasil minus atau terjadi penambahan penduduk miskin. www.tpn2k.go.id
Garis kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk menentukan miskin atau tidaknya seseorang. Penduduk miskin adalah mereka yang memiliki rata-
rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan. Pada Maret 2014 garis kemiskinan Sumatera Utara sebesar Rp 318.398,- per kapita per
bulan. Untuk daerah perkotaan, garis kemiskinannya sebesar Rp 338.234,- per kapita per bulan, dan untuk daerah perdesaan sebesar Rp 299.145,- per kapita
per bulan. Dibanding September 2013, garis kemiskinan Sumatera Utara pada Maret 2014 naik 2,36 persen. Garis kemiskinan di perkotaan naik 2,33 persen
dan garis kemiskinan di perdesaan naik 2,38 persen. Sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2014, perkembangan garis kemiskinan ditunjukkan pada Tabel .
Badan Pusat Statistik, 2014: 4
Tahun 1
Perkotaan 2
Pedesaan 3
Kota + Desa 4
Maret 2004 142 966
114 214 122 414
Juli 2005 175 152
117 578 143 095
Mei 2006 184 694
142 095 155 810
Maret 2007 205 379
154 827 178 132
Maret 2008 218 333
171 922 193 321
Maret 2009 234 712
189 306 210 241
Maret 2010 247 547
201 810 222 898
Maret 2011 271 713
222 226 246 560
September 2011 288 023
239 208 263 209
Maret 2012 286 649
238 368 262 102
September 2012 295 080
249 165 271 738
Maret 2013 307 352
263 061 284 853
September 2013 330 517
292 186 311 063
Maret 2014 338 243
299 145 318 398
Sumber: Diolah dari data survei Sosial Ekonomi Nasional susenas Sedangkan jumlah dan persentase penduduk miskin di kota Medan pada
tahun 2010 terdapat 212,30 jumlah penduduk miskin dan 10,05 persentase dari penduduk miskin tersebut. Pada tahun 2011 terdapat 204,19 jumlah
penduduk miskin dan 9,63 persentase dari penduduk miskin. Dan pada tahun 2012 terdapat 198,03 jumlah penduduk miskin sedangkan persentasenya yaitu
9,33 data dari Badan Pusat Statistik. Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa tingkat kemiskinan yang terjadi di kota Medan mengalami penurunan
dari tahun ke tahun, yang mana itu merupakan dampak yang baik bagi kota Medan.
2.5 Penelitian terdahulu