Potensi dan Peranan Zakat dalam Mengentaskan Kemiskinan di Kota Medan

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

080501022

A M A L I A

EKONOMI PEMBANGUNAN

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

Zakat merupakan salah satu solusi alternatif dalam mengurangi kemiskinan. dari hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa manfaat zakat yang didistribusikan cukup baik, tetapi belum optimal. walaupun dari tahun ke tahun dana ZIS meningkat namun realisasinya masih kurang dari potensi zakat yang ada. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat hubungan besar potensi dan pengaruh peranan zakat terhadap kemiskinan yang ada di Kota Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis korelasi Rank Spearman . Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan kuisioner yang disebarkan pada 5 Kecamatan dari 21 Kecamatan yang ada di Kota Medan dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang. Setelah data-data dikumpulkan, penulis menganalisis dan menginterpretasikannya sehingga menghasilkan kesimpulan.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Kota Medansangat setuju adanya pendistribusian dan pendayagunaan zakatterutama dalam bentuk pinjaman & modal yang bersifat Qadrul Hasan dan di sertai adanya pelatihan dan keterampilan yang diberikan untuk peningkatan kemajuan usaha.


(3)

ABSTRACK

Zakat is one of the alternative solutions to reduce poverty. the results of field studies indicate that the benefits of Zakat is distributed fairly good, but not optimal. although the year-over-year increase zakat but its realization is still less than the potential of the existing zakat. This research was conducted aimed to determine the potential level of relationship and influence the role of zakat to the poor in the city of Medan.

The method used in this study is the method of Spearman Rank correlation analysis. Data was collected by interview and questionnaires were distributed to District 5 of 21 district in the city of Medan with a total sample of 100 people.

Once the data is collected, the authors analyze and interpret resulting conclusions. From the research it can be concluded that most people agree the Medan distribution and utilization of zakat, especially in the form of loans and capital are Qadrul Hasan and accompanied the training and skills provided to increase business progress.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan dan kesehatan sehingga penulis dapat meyelesaikan penulisan skiripsi yang berjudul “Potensi dan Peranan Zakat Dalam Mengentaskan Kemiskinan di Kota Medan” ini dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang direncanakan, walaupun dalam uraian dan pembahasannya masih sederhana. Shalawat serta salam untuk junjunganNabi Besar Muhammad SAW berserta Keluarga, Sahabat serta orang orang yang selalu istiqomah di Jalan–Nya.

Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bantuan dan partisipasi dari semua pihak baik Moril maupun Materil, penulisan skiripsi ini tidak mungkin dapat di selesaikan dengan baik. Karena itu sudah sepatutnyalah penulis sampaikan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak. Ucapan terima Kasih, pertama tama disampaikan kepada:

1. Kedua orang tua, keluarga, serta saudara penulis tercinta yang telah banyak memberikan semangat, bimbingan dan dorongan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi Departamen Ekonomi Pembangunan dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara

5. Bapak Kasyfull Mahalli, SE, M.Si selaku dosen pembimbing penulis yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skiripsi ini, memberikan saran, masukan dan petunjuk yang berarti bagi penulis.

6. Ibu Ilyda Sudardjat, S.Si, M.Si selaku dosen pembaca penilai yang telah memberikan kritik, saran dan masukan dan masukan bagi penulis dalam penyusunan skiripsi ini.

7. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si Selaku dosen wali yang telah memeberikan saran dan masukan selama perkuliahan.

8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi USU khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan, yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.

9. Seluruh Staf Pegawai Administrasi Ekonomi Pembangunan dan Tata Usaha Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

10.Seluruh sahabat-sahabat penulis khususnya jurusan Ekonomi Pembangunan stambuk 2008 yang telah banyak memberikan motivasi, doa, dan dukungan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skiripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu sangat di harapkan kritik dan saran dari semua pihak guna kesempurnaan penulisan ini. Akhirnya kepada semua pihak yang telah


(6)

di sini, penulis ucapkan terima kasih. Semoga budi baik dan bantuannya di balas oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan pahala. Amin Ya Rabbal Alamin…..!

Medan, November 2012 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi zakat ... 8

2.1.1. Zakat Dalam Al-Qur’an dan Sunnah ... 8

2.1.2. Zakat Dalam Perspektif Sosial dan Ekonomi ... 15

2.2. Potensi zakat ... 18

2.3. Lembaga Zakat ... 20

2.4. Perkembangan Zakat Di Indonesia ... 21

2.5. Peranan dan Pengelolaan Zakat Terhadap Kemiskinan ... 23

2.6. Pengaruh Zakat Terhadap Kemiskinan ... 26

2.7. Kemiskinan di Kota Medan ... 28

2.8. Penelitian Terdahulu ... 28

2.9. Kerangka Konseptual ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 32

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

3.3. Ruang Lingkup Penelitian ... 32

3.4. Populasi dan Sampel... 33

3.5. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.6. Jenis dan Sumber Data ... 37

3.7. Pengolahan Data ... 37

3.8. Analisis Data ... 38

3.8.1. Uji Validitas dan Realibilitas ... 39

3.8.2. Rank Spearman Test ... 41

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Wilayah Kota Medan ... 42


(8)

4.1.2 Kependudukan ... 44

4.1.3 Agama ... 44

4.2. Analisis Data ... 45

4.2.1 Pengelolaan Zakat Badan Amil Zakat Sumut ... 45

4.3. Bantuan Pinjaman dan Modal ... 46

4.4. Pendayagunaan Zakat ... 47

4.5. Pelatihan dan Keterampilan ... 48

4.6. Karakteristik Responden ... 48

4.6.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 48

4.6.2 Karakteristik responden Berdasarkan Pekerjaan ... 49

4.6.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .... 50

4.7. Hasil Pengolahan Data ... 50

4.7.1 Uji Validitas dan Realibilitas ... 50

4.7.2 Hasil Metode Analisis Data ... 51

4.7.2.1 Deskripsi Variabel Penelitian ... 51

4.7.3 Pengolahan Data ... 62

4.7.3.1 Hubungan Antara Pengaruh Potensi Zakat Dengan Pengentasan Kemiskinan ... 62

4.7.3.2 Hubungan Antara Pengaruh Zakat Dengan Pengentasan Kemiskinan ... 64

4.7.3.3 Hubungan Antara Pinjaman dan Modal Dengan Pengentasan Kemiskinan ... 65

4.7.3.4 Hubungan Antara Pendayagunaan Zakat Dengan Pengentasan Kemiskinan ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 68

5.2. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1. Alur Penyalur Zakat Program Bantuan Pinjaman Dan


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel2.1. Produk Domestik Regional Bruto dan Potensi Zakat KotaMedan

Atas Dasar Harga Berlaku 2004-2005 (Milyar Rupiah) ... 19

Tabel3.1. Populasi Penelitian ... 34

Tabel3.2. Sampel Penelitian ... 35

Tabel4.1. Nama Keacamatan Se-Kota Medan dan Luasnya Serta JumlahKelurahan ... 43

Tabel4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 49

Tabel4.3. Bantuan Pinjaman dan Modal Badan Amil Zakat Sumut ... 49

Tabel4.4. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

Tabel4.5. Deskriftif Gambaran Umum Zakat Dalam PengentasanKemiskinan (Y) ... 52

Tabel4.6. Deskriftif Variabel Potensi Zakat(X1) ... 54

Tabel4.7. Deskriftif Variabel Pengaruh Zakat (X2) ... 56

Tabel4.8. Deskriftif Variabel Pengaruh BantuanPinjaman dan Modal (X3) 58 Tabel4.9. Deskriftif Variabel Pengaruh BantuanPendayagunaan Zakat(X4) 60 Tabel 4.10 Hubungan Antara Potensi Zakat Dalam Pengentasan kemiskinan63 Tabel 4.11 Hubungan Antara Pengaruh zakat Dengan Pengentasan Kemiskinan ... 65

Tabel 4.12 Hubungan Antara Pinjaman dan Modal Dengan Pengentasan Kemiskinan ... 66 Tabel 4.13 Hubungan antara Pengaruh Zakat dengan Pengentasan Kemiskinan 67


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No.Lampiran Judul Halaman


(12)

ABSTRAK

Zakat merupakan salah satu solusi alternatif dalam mengurangi kemiskinan. dari hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa manfaat zakat yang didistribusikan cukup baik, tetapi belum optimal. walaupun dari tahun ke tahun dana ZIS meningkat namun realisasinya masih kurang dari potensi zakat yang ada. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat hubungan besar potensi dan pengaruh peranan zakat terhadap kemiskinan yang ada di Kota Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis korelasi Rank Spearman . Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan kuisioner yang disebarkan pada 5 Kecamatan dari 21 Kecamatan yang ada di Kota Medan dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang. Setelah data-data dikumpulkan, penulis menganalisis dan menginterpretasikannya sehingga menghasilkan kesimpulan.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Kota Medansangat setuju adanya pendistribusian dan pendayagunaan zakatterutama dalam bentuk pinjaman & modal yang bersifat Qadrul Hasan dan di sertai adanya pelatihan dan keterampilan yang diberikan untuk peningkatan kemajuan usaha.


(13)

ABSTRACK

Zakat is one of the alternative solutions to reduce poverty. the results of field studies indicate that the benefits of Zakat is distributed fairly good, but not optimal. although the year-over-year increase zakat but its realization is still less than the potential of the existing zakat. This research was conducted aimed to determine the potential level of relationship and influence the role of zakat to the poor in the city of Medan.

The method used in this study is the method of Spearman Rank correlation analysis. Data was collected by interview and questionnaires were distributed to District 5 of 21 district in the city of Medan with a total sample of 100 people.

Once the data is collected, the authors analyze and interpret resulting conclusions. From the research it can be concluded that most people agree the Medan distribution and utilization of zakat, especially in the form of loans and capital are Qadrul Hasan and accompanied the training and skills provided to increase business progress.


(14)

1.1.Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah besar dan sejak lama telah ada, dan hal ini menjadi kenyataan di dalam kehidupan. Islam memandang bahwa masalah kemiskinan adalah masalah tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan primer secara menyeluruh. Syariat Islam telah menentukan kebutuhan primer itu (yang menyangkut eksistensi manusia) berupa tiga hal, yaitu sandang, pangan, dan papan.

Rasulullah saw. bersabda:

“Ingatlah, bahwa hak mereka atas kalian adalah agar kalian berbuat baik kepada mereka dalam (memberikan) pakaian dan makanan” (HR Ibnu Majah).

Dari ayat dan hadis di atas dapat di pahami bahwa tiga perkara (yaitu sandang, pangan, dan papan) tergolong pada kebutuhan pokok (primer), yang berkait erat dengan kelangsungan eksistensi dan kehormatan manusia. Apabila kebutuhan pokok (primer) ini tidak terpenuhi, maka dapat berakibat pada kehancuran atau kemunduran (eksistensi) umat manusia. Karena itu, Islam menganggap kemiskinan itu sebagai ancaman yang biasa dihembuskan oleh setan, sebagaimana firman Allah Swt. “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan” (QS al- Baqarah 2:268).

Dengan demikian, siapa pun dan di mana pun berada, jika seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok (primer)nya, yaitu sandang, pangan, dan papan,


(15)

garis besar dapat dikatakan ada tiga sebab utama kemiskinan. Pertama, kemiskinan alamiah, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh kondisi alami seseorang; misalnya cacat mental atau fisik, usia lanjut sehingga tidak mampu bekerja, dan lain-lain. Kedua, kemiskinan kultural, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM akibat kultur masyarakat tertentu; misalnya rasa malas, tidak produktif, bergantung pada harta warisan, dan lain-lain. Ketiga, kemiskinan stuktural, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh kesalahan sistem yang digunakan negara dalam mengatur urusan rakyat. Dari tiga sebab utama tersebut, yang paling besar pengaruhnya adalah kemiskinan stuktural. Sebab, dampak kemiskinan yang ditimbulkan bisa sangat luas dalam masyarakat.

Islam mempunyai perhatian yang tinggi utuk melepaskan orang miskin dan kaum dhuafa dari kemiskinan dan kelatarbelakangan. Islam sangat konsisten dalam mengentas kemiskinan, Islam sungguh memiliki konsep yang sangat matang untuk membangun keteraturan sosial berbasis saling menolong dan gotong royong. Yang kaya harus menyisihkan sebagian kecil hartanya untuk yang miskin dan golongan lainnya. Pemberian tersebut dapat berupa zakat, infaq dan sedekah.

Mengeluarkan zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mampu dan telah memenuhi syarat dengan ketentuan syari’at Islam. Bahkan salah satu rukun Islam yang lima. Tidak dapat di pungkiri bahwa zakat sangat berpotensi sebagai sarana yang efektif memberdayakan ekonomi umat. Allah SWT sudah menentukan rezeki bagi tiap-tiap hambanya, sebagian diberikan rezeki yang lebih dibandingkan sebagian yang lain bukan untuk


(16)

membeda-bedakan. Tetapi kelompok yang diberikan rezeki yang lebih memiliki tanggung jawab untuk membantu kelompok lain yang kekurangan secara Islam melalui zakat, infaq, dan sedekah. Allah SWT dengan tegas menetapkan adanya hak dan kewajiban antar 2 kelompok di atas (kaya dan miskin) dalam pemerataan distribusi harta kekayaan, yaitu dengan mekanisme zakat, sehingga keseimbangan kehidupan sosial manusia itu sendiri akan tercapai serta akan menghapus rasa iri dan dengki yang mungkin timbul dari kelompok yang kurang mampu. Selain itu di dalam harta orang-orang kaya sesungguhnya terdapat hak orang-orang miskin. Zakat bukanlah masalah pribadi yang pelaksanaannya diserahkan hanya atas kesadaran pribadi, zakat merupakan hak dan kewajiban.

Secara yuridis formal keberadaan zakat diatur dalam UU Nomor 38/1999 tentang Pengelolaan Zakat yang bertujuan untuk membantu golongan fakir dan miskin, untuk mendorong terlaksananya undang-undang ini pemerintah telah memfasilitasi melalui Baznas dan Bazda yang bertugas untuk mengelola zakat, infaq, dan sedekah. Melihat dari sebagian besar penduduk Indonesia yang mayoritas menganut agama islam maka sesungguhnya zakat merupakan sektor ekonomi yang memiliki potensi untuk dikembangkan.

Meski demikian, upaya untuk menggali potensi dan optimalisasi peran zakat di Indonesia belum sepenuhnya tergarap dengan maksimal karena peran zakat belum terlaksana secara efektif dan efisien. Banyak faktor yang menyebabkan manfaat dari zakat ini belum terasa maksimal, diantaranya adalah lemahnya motivasi keagamaan dan kesadaran keislaman pada mayoritas masyarakat sehingga rendahnya kesadaran masyarakat dalam menunaikan


(17)

kewajiban membayar zakat, kurangnya pengawasan dari lembaga-lembaga pengelola zakat dalam pendistribusian zakat sehingga mungkin pihak-pihak yang semestinya mendapatkan zakat tidak mendapatkan haknya, zakat itu diberikan kepada delapan golongan jangan hanya diberikan kepada golongan fakir dan miskin saja, zakat yang diberikan kepada para mustahik sebagian besar digunakan untuk konsumsi sesaat sehingga tidak terjadi kegiatan ekonomi yang bisa mengembangkan harta si mustahik, dan seharusnya zakat yang diberikan oleh muzakki kepada mustahik jangan hanya dalam bentuk uang tetapi juga dalam bentuk modal usaha dan beasiswa pendidikan.

Membangun sebuah sistem pengentasan kemiskinan berbasis zakat tentu tidaklah mudah, perlu adanya kerja sama dengan berbagai pihak untuk memaksimumkan peran zakat dalam mengentaskan kemiskinan. Tugas ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah dan lembaga-lembaga yang mengelola zakat, tapi ini adalah tanggung jawab kita bersama sebagai seorang muslim untuk mensejahterakan muslim lain yang kekurangan.

Pembangunan sistem pengelolaan zakat yang melibatkan struktur kemasyarakatan yang paling dekat dengan masyarakat itu sendiri harus tetap dikerjakan dan dikembangkan walaupun membutuhkan waktu yang tidak singkat. Menggali dan mengembangkan potensi zakat memang membutuhkan waktu yang panjang tetapi masyarakat harus optimis bahwa sistem zakat ini mampu memberikan solusi bagi masalah kemiskinan yang sudah berlarut-larut. Potensi zakat yang sudah ada harus tetap dipertahankan dan kesadaran untuk membayar zakat harus semakin ditingkatkan sehingga peran zakat dalam proses


(18)

mengentaskan kemiskinan menjadi semakin diakui dan mendapat kepercayaan dari masyarakat luas (Firmansyah, 2009).

Potensi dan peran zakat yang ada diharapkanmenjadi sarana untuk mengentaskan kemiskinan dan mendapatkan perhatian besar, penuntasan penanggulangan kemiskinan harus segera dilakukan dan zakat di harapkan memiliki sumbangsi kepada kaum miskin khususnya yang membutuhkan perhatian dari semua pihak. Seperti usaha yang di lakukan dalam pengembangan potensi zakat melalui upaya Pinjaman Modal Usaha, Pembibitan Ikan, Pembibitan Pertanian, Peternakan, dan Pendayagunaan zakat fakir miskin untuk Pemberdayaan Keluarga Muslim dan pelatihan serta keterampilan agar nantinya masyarakat miskin memiliki bekal berupa pengalaman yang dapat digunakan untuk merubah hidupnya menjadi lebih baik.

Dilatar belakangi oleh kondisi tersebut, penulis mencoba menganalisis berbagai variabel yang menentukan besarnya potensi dan pengaruh zakat terhadap terhadap pengentasan kemiskinan di kota Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka ada beberapa rumusan masalah yang dapat di ambil sebagai dasar kajian dalam penelitian yang di lakukan, yaitu :

1. Seberapa besar potensi zakat yang ada di Kota Medan?

2. Bagaimanakah pengaruh peranan zakat terhadap pengentasan kemiskinan di Kota Medan?


(19)

1.3. Hipotesa

Hipotesa merupakan jawaban sementara ataupun kesimpulan sementara yang di ambil untuk menjawab permasalahan yang terdapat dalam penelitian. Berdasarkan permasalahan di atas maka sebagai jawaban sementara penulis membuat hipotesa sebagai berikut:

1. Potensi zakat berpengaruh positif terhadap pengentasankemiskinan umat muslim di Kota Medan.

2. Perananzakat berpengaruh positif terhadap pengentasan kemiskinan umat muslim di Kota Medan.

1.4.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dari penulisan ini adalah :

1. Menjelaskan besarnya potensi zakat terhadap jumlah masyarakatmuslimmiskin di Kota Medan.

2. Menjelaskan pengaruhperanan zakat yang terkumpul terhadap jumlah penduduk muslim miskin di Kota Medan.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan ini adalah :

1. Sebagai penambah wawasan bagi penulis dan pembaca lainnya tentang potensi dan pengaruh zakat terhadap pengentasan kemiskinan.

2. Dapat digunakan sebagai bahan masukan yang berguna bagi pengambil keputusan di masa yang akan datang dan juga sebagai bahan referensi.


(20)

3. Dapat menjadi sebagai bahan informasi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan masalah ini.


(21)

2.1.Defenisi Zakat

2.1.1. Zakat Dalam Al-Qur’an dan Sunnah

Ditinjau dari segi bahasa, menurut lisan, kata Zakat merupakan kata dasar (masdar) dari zaka yang berarti suci, berkah, tumbuh dan terpuji, yang semua arti ini di gunakan dalam menerjemahkan al-Qur’an dan Hadist. Sedangkan dari istilah fiqih, zakat berartti “sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya, di samping berarti mengeluarkan zakat tertentu itu sendiri” (Qardhawi, 1999:34). Menurut terminologi syari’at, zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu pula yang di wajibkan oleh Allah untuk di keluarkan dan diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya (Muhammad M, 2002).

Hubungan antara makna bahasa dan istilah ini berkaitan erat sekali, yaitu bahwa setiap harta yang telah dikeluarkan zakatnya akan menjadi suci, bersih, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang. Dalam penggunaannya, selain untuk kekayaan, tumbuh dan suci disifatkan untuk jiwa orang yang menunaikan zakat. Maksudnya zakat itu akan menyucikan orang yang telah mengeluarkannya dan menumbuhkan pahalanya (QS. at-Taubah :103 dan ar-Rum :39).

Oleh karena itu, jika pengertian zakat dihubungkan dengan harta, maka menurut ajaran Islam, harta yang di zakati akan tumbuh berkembang, bertambah karena suci dan berkah (membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan bagi yang


(22)

harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat kepada orang-orang tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula(Ali 1988:39).

Sebagaimana diketahui,zakat terdiri dari zakat maal atau zakat harta dan zakat fitrah. Zakat maal adalah bagian dari harta kekayaan seseorang (termasuk juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu dan dalam jumlah minimal tertentu. Sedangkan zakat fitrah adalah pengeluaran yang wajib dilakukan oleh setiap muslim pada malam dan hari raya ‘Idul Fitri’ yang mempunyai kelebihan dari kebutuhan keluarga yang wajar (Ali:1988).

Perumusan tersebut senada dengan pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan Zakat yaitu :”Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya

Sebagaimana diketahui, zakat terdiri dari zakat maal atau zakat harta dan zakat fitrah. Zakat maal adalah bagian dari harta kekayaan seseorang (termasuk juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu dan dalam jumlah minimal tertentu. Sedangkan zakat fitrah adalah pengeluaran yang wajib dilakukan oleh setiap muslim pada malam dan hari raya ‘Idul Fitri’ yang mempunyai kelebihan dari kebutuhan keluarga yang wajar (Ali:1988).

Istilah lain yang sering digunakan dalamhal membelanjakan harta adalah infaq. Ditinjau dari defenisi, infaq adalah “mengorbankan sejumlah materi


(23)

tertentu bagi orang-orang yang membutuhkan” (Harun 1999:58). Dengan demikian infaq terlepas dari ketentuan ataupun besarnya ukuran, tetapi tergantung kerelaan masing masing. Sehingga kewajiban memberikan infaq tidak hanya bergantung pada mereka yang kaya saja, tetapi ditunjukkan kepada siapapun yang mempunyai kelebihan dari kebutuhannya sehari hari.

Dari uraian di atas tentang perbedaan antara konsep zakat, infaq dan shadaqah ditinjau dari segi hukum dan ketentuannya, jelas bahwa zakat hanya di wajibkan bagi orang kaya yang sudah memiliki tingkat kekayaan tertentu. Sedangkan infaq dan shadaqah biasa dilakukan siapa saja tergantung keikhlasan dan tingkat keimanan seseorang.

Secara garis besar Al-Qur’an berisikan tentang keimanan, akhlakh, janji, ancaman buruk, kisah sejarah, syari’at (hukum), ilmu pengetahuan dan tekhnologi, dan lain-lain. Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT telah menyebutkan tentang zakat dan shalat sejumlah 82 ayat. Dari sini disimpulkan bahwa setelah shalat, zakat merupakan rukun Islam terpenting. Zakat dalam shalat dan Al-Hadist dijadikan sebagai perlambang keseluruhan ajaran islam. Pelaksanaan shalat melambangkan baiknya hubungan seseorang dengan Tuhannya, sedangkan zakat adalah lambang harmonisnya hubungan antar sesama manusia. Oleh karena itu zakat dan shalat merupakan pilar-pilar berdirinya bangunan islam. Jika keduanya hancur islam sulit untuk bisa tetap bertahan.

Dalam Al-Qur’an dan hadist diterangkan dengan jelas tentang perintah wajib zakat termasuk orang-orang yang berhak menerimanya. Dijelaskan pula bahwa kepada mereka yang memenuhi kewajiban ini dijanjikan pahala yang


(24)

berlimpah di dunia dan di akhirat kelak. Sebaliknya bagi mereka yang menolak membayar zakat akan diancam dengan hukuman keras sebagai akibat kelalaiannya.

Selain disebutkan di dalam ayat-ayat Al-Qur’an, zakat juga banyak di contohkan oleh Sunnah Rasulullah SAW yang di ungkapkan dalam kitab-kitab Hadist. Karena sunnah adalah sumber utama kedua dalam Islam menguatkan Al-Qur’an dengan cara membahas semua sisi kewajiban Islam yang pokok ini, yaitu zakat, serta aturan-aturannya.

Sejumlah terjemahan hadist di bawah ini membuktikan uraian di atas a. Hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar diterangkan, bahwa :

Islam didirikan diatas lima dasar : mengikrarkan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan berhaji bagi siapa saja yang mampu (Hadist Muttafaq’alaih)

b. Hadist yang di riwayatkan oleh Thabrani :

Allah mewajibkan zakat pada harta orang kaya dari kaum muslimin sejumlah yang dapat melapangi orang-orang miskin di antara mereka. Fakir miskin itu tidaklah akan menderita mengahadapi kelaparan dan kesulitan sandang, kecuali karena perbuatan golongan yang kaya. Ingatlah Allah akan mengadili mereka nanti secara tegas dan menyiksa mereka dengan pedih.


(25)

c. Hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim

Barang siapa yang diberi Allah harta tetapi tidak mengeluarkan zakatnya maka harta itu akan dirupakan pada hari kiamat sebagai seekor ular jantan yang amat berbisa, dengan kedua matanya yang dilindungi warna hitam kelam, lalu dikalungkan ke lehernya. Maka ular itu akan memegang rahangnya dan mengatakan kepadanya “Saya ini adalah simpananmu, harta kekayaanmu!”. Kemudian Rasulullah membaca ayat yang artinya “Janganlah orang-orang yang kikir mengenai karunia yang di berikan Allah kepada mereka menyangka bahwa ... dan seterusnya”.

Dalil yang dikemukakan di atas adalah pokok-pokok hadist yang menjelaskan tentang pentingnya zakat serta hikmahnya dalam Islam, memperkuat nashAl-Qur’an tentang orang yang tidak mau mengeluarkan zakat akan mendapatkan siksaan yang pedih. Perlu adanya campur tangan penguasa untuk memungut dan membayar zakat agar harta zakat bisa dikelola secara benar.

Perintah wajib zakat turun di Madinah pada bulan Syawal tahun kedua hijrah Nabi Muhammad SAW. Kewajibannya terjadi setelah kewajiban puasa Ramadhan dan zakat fitrah. Zakat mulai diwajibkan di Madinah karena masyarakat Islam sudah terbentuk, dan kewajiban ini dimaksudkan untuk membina masyarakat Muslim. Adapun ketika umat Islam masih berada di Mekkah Allah SWT menegaskan di dalam Al-Qur’an tentang pembelanjaan harta yang belum dinamakan zakat, tetapi kewajibaninfaq yaitu bagi mereka yang mempunyai kelebihan wajib membantu yang kekurangan. Besarnya tidak


(26)

dipastikan, tergantung pada kerelaan masing-masing, yang tentunya kerelaan itu berkaitan erat dengan kualitas iman yang bersangkutan.

Pensyari’atan zakat dalam Islam menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan masalah-masalah kemasyarakatan terutama nasib mereka yang lemah. Sehingga mendekatkan hubungan kasih sayang antara sesama manusia. Salah satu tujuan zakat yang terpenting adalah mempersempit ketimpangan ekonomi dalam masyarakat hingga pada batas yang seminimal mungkin. Tujuannya adalah menjadikan perbedaan ekonomi di antara masyarakat secara adil dan seksama, sehingga yang kaya tidak semakin kaya (dengan mengeksploitasi anggota masyarakat yang miskin) dan yang miskin tidak semakin miskin.

Adapaun tujuan dan hikmah zakat adalah sebagai berikut :

a. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup dan penderitaan;

b. Membantu pemecahan persoalan yang dihadapi oleh gharimin, ibnu sabil dan mustahiq lainnya;

c. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat islam dan manusia pada umumnya;

d. Menghilangkan sifat kikir dari pemilik harta kekayaan;

e. Membersihkan sifat dengki, iri (kecemburuan sosial) dari hati orang-orang miskin;

f. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin di dalam masyarakat;


(27)

g. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama pada mereka yang memiliki harta;

h. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya;dan

i. Sebagai sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keadilan sosial.

Selain itu zakat juga mengandung hikmah (makna yang dalam, manfaat) yang bersifat rohaniah dan filosofis. Hikmah tersebut terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadist, di antara hikmah-hikmah itu adalah (Ali, 1988) :

a. Mensyukuri karunia Illahi, menumbuh suburkan harta dan pahala serta memebersihkan diri dari sifat kikir, dengki, iri serta dosa;

b. Melindungi masyarakat dari kemiskinan dan kemelaratan;

c. Mewujudkan rasa solidaritas dan kasih sayang antar sesama manusia; d. Mengurangi kefakir-miskinan yang merupakan masalah sosial; e. Menerima dan mengembangkan stabilitas sosial;

f. Salah satu jalan mewujudkan keadilan sosial.

Dari uraian tujuan dan hikmah di atas memberikan makna bahwa zakat merupakan suatu konsep ajaran Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, dan kekayaan adalah amanah Allah SWT dan berfungsi sosial. Penunaian kewajiban zakat dipandang sebagai suatu bentuk hubungan vertikal yang mengandung dua dimensi hablum minallaah dan hablum minannaas.


(28)

2.1.2. Zakat Dalam Perspektip Sosial dan Ekonomi

Zakat menurut Al-Qur’an tidak boleh di berikan kepada sembarang orang. Surat at-Taubah ayat 60 telah merinci delapan golongan yang berhak menerima zakat. Sungguhpun demikian menurut kesepakatan para ulama yang menjadi sasaran penerima utama zakat adalah fakir miskin. Hal ini menandakan bahwa pengentasan kemiskinan di bidang ekonomi lebih diprioritaskan.

Dalam istilah ekonomi, zakat merupakan suatu tindakan pemindahan harta kekayaan dari golongan yang kaya kepada golongan miskin. Transfer kekayaan berarti juga transfer sumber-sumber ekonomi. Rahardjo (1987) menyatakan bahwa dengan menggunakan pendekatan ekonomi, zakat bisa berkembang menjadi konsep kemasyarakatan (muamalah), yaitu konsep tentang bagaimana cara manusia melakukan kehidupan bermasyarakat termasuk di dalamnya bentuk ekonomi. Oleh karena itu ada dua konsep ada dua konsep yang selalu di kemukakan dalam pembahasan mengenai sosial ekonomi Islam yang saling berkaitan yaitu pelarangan riba dan perintah membayar zakat (Q. S al-Baqarah/2:276)

Zakat ditinjau dari pendekatan etnis dan pemikiran rasional ekonomis adalah sebagai kebijaksanaan ekonomi yang dapat mengangkat derajat orang-orang miskin, sehingga dampak sosial yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Hal ini dapat terwujud apabila dilakukan pendistribusian kekayaan yang adil.

Zakat mungkin didistribusikan secara langsung kepada orang-orang yang berhak, baik kepada satu atau lebih penerima zakat maupun kepada organisasi


(29)

sosial yang mengurusi fakir miskin. Namun hendaknya kita mencari orang-orang yang benar membutuhkan. Untuk menghindari pemberian zakat kepada orang yang salah, maka pembayar zakat hendaknya memastikan dulu.

Dalam kita hukum fiqh Islam, harta kekayaan yang wajibdizakati digolongkan dalam kategori :

a. Emas, perak dan uang (simpanan) b. Barang yang di perdagangkan c. Hasil peternakan

d. Hasil Bumi

e. Hasil tambang dan barang temuan

Adapun di Indonesia ukuran dan kadar tentang zakat di atur berdasarkan Instruksi Mentri Agama Nomor 5 Tahun 1991.

Zakat Emas, Perak dan Uang

Ketiga jenis harta, yaitu, emas, perak dan uang zakatnya dikeluarkan setelah dimiliki secara pasti selama satu tahun. Besar nishab dan jumlah yang dikeluarkan berbeda-beda. Nishab pertama emas adalah 20 dinar, lebih kurang sama dengan 94 gram emas murni. Nishab kedua yaitu perak adalah 200 dirham, kurang lebih sama dengan 672 gram. Nishab ketiga yaitu uang, baik uang giral maupun uang kartal adalah senilai 94 gram emas. Masing-masing di keluarkan zakatnya 2,5%.

Barang yang Diperdagangkan

Besarnya nishab senilai 94 gram emas. Dikeluarkan zakatnya sebesar 2. 5%, yaitu setiap tutup buku setelah perdagangan berjalan satu tahun lamanya,


(30)

jumlah uang dan semua barang yang ada dihitung harganya. Untuk masa sekarang, zakat perdagangan ini diperluas pada perusahaan atau badan usaha lainnya.

Hasil Peternakan

Yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah binatang ternak yang telah dipelihara selama satu tahun di tempat penggembalaan dan tidak tidak dipekerjakan sebagai tenaga pengangkutan dan sebagainya, dan sampai nishabnya. Kadar zakatnya berbeda-beda. Ternak yang dizakati di Indonesia adalah kambing atau biri-biri, sapi, dan kerbau. Masing-masing ternak memiliki nishab sebagai berikut :

a. Nishab kambing atau biri-biri adalah 40 ekor. Setiap 40-120 ekor zakatnya 1 ekor kambing, 121-200 ekor zakatnya 2 ekor, 201-300 ekor zakatnya 3 ekor.

b. Nishab sapi adalah 30 ekor, 30-39 ekor zakatnya 1 ekor sapi berumur satu tahun lebih. 40-59 ekor zakatnya 1 ekor sapi berumur 2 tahun lebih. 60-69 ekor zakatnya 2 ekor sapi berumur 1 tahun lebih, 70-79 ekor zakatnya 2 ekor sapi berumur satu tahun dan 2 tahun lebih.

c. Nishab kerbau sama dengan sapi. Hasil Bumi

Pengeluaran zakatnya tidak harus menunggu satu tahun dimiliki, tetapi harus dilakukan setiap kali panen atau menuai. Nishabnya kurang lebih sebesar 1350 kg gabah atau 750 kg beras. Kadar zakatnya 5% untuk hasil bumi yang diairi atas usaha penanaman sendiri dan 105 kalau pengairannya tadah hujan tanpa


(31)

usaha yang menanam. Hasil bumi yang dizakati hanyalah yang menjadi makanan pokok dan tahan lama.

Hasil Tambang dan Barang Temuan (Ma’din dan Rikaz)

Dalam kitab hukum (fiqih) Islam, barang tambang dan barang temuan yang wajib dizakati hanyalah emas dan perak saja. Nishab barang tambang adalah sama dengan nishab emas (94 gram), dan perak (672 gram), kadarnya pun sama yaitu 2,5 %. Untuk barang tambang zakatnya dikeluarkan setiap kali barang tambang itu selesai diolah.

2.2Potensi Zakat

Potensi zakat adalah kemampuan zakat dalam upaya pemanfaatan zakat untuk digunakan dan dimanfaatkan secara optimal. Potensi zakat apabila digunakan dengan pemanfaatan dan mekanisme yang tepat tentu dapat digunakan untuk mengentaskan kemiskinan dikalangan umat muslim. Potensi zakat dimasing-masing daerah akan berbeda sesuai dengan struktur dan tingkat kemajuan suatu daerah tersebut. Semakin maju suatu daerah maka akan semakin besar potensi zakat yang dapat digali. Untuk mengetahuibesar potensi zakat digunakan metode perkiraan potensi zakat yang digunakanberdasarkan asumsi dimana kadar zakat minimal 2,5% dari masing-masing sektor ekonomi daerah (PDRB) seperti berikut :

1. Kadar zakat pertanian adalah 2,5% dari nilai PDRB sektor pertanian

2. Kadar zakat pertambangan adalah 2,5 % dari nilai PDRB sektor pertambangan


(32)

3. Kadar zakat sektor lainnya adalah masing-masing 2,5%

Berdasarkan asumsi di atashasil perkiraan potensi zakat tertinggi yang pernah dicapai Kota Medan pada tahun 2005 mencapai sebesar 281,79 dan pada tahun-tahun lain relatif turun karena adanya perubahan nilai PDRB. Dari tabel terlihat bahwa sektor ekonomi yaitu sektor perdagangan, tranportasi dan telekomunikasi yang memiliki potensi zakat terbesar di daerah ini.

Tabel. 2.1

Produk Domestik Regional Bruto dan Potensi Zakat Kota Medan atas dasar Harga Berlaku 2004-2006 (Milyar Rupiah)

Jenis Lapangan Usaha Tahun

2004 2005 2006

Sektor / Lapangan Usaha PDRB

Potensi

Zakat PDRB

Potensi

Zakat PDRB

Potensi zakat

1.Pertanian 1.012,23 25,30 1.306,92 32,67 1.447,70 36,19

2.Pertambangan dan Penggalian 2,20 0,05 2,60 0,06 3,28 0,082

3.Industri Pengolahan 5.602,44 140,06 7.094,92 117,37 7960,00 199,00

4.Listrik,Gas dan Air Bersih 899,98 22,49 917,53 22,93 1.093,03 27,32

5.Konstruksi 2.908,82 72,72 3.502,80 87,57 4.795,79 119,89

6.Perdagangan,Hotel dan Restaurant 8.945,38 223,63 11.271,82 281,79 12.679,93 316,99 7.Transportasi dan Telekomunikasi 5.689,87 142,24 7.979,78 119,49 9.024,10 225,60 8.Keuangan dan Jasa Perusahaan 4.564,51 114,11 6.036,88 150,92 6.673,03 166,82

9. Jasa-Jasa 3.399,95 84,98 4.652,21 116,30 5.245,42 131,13

PDRB 33.025,38 825,58 42.765,46 929,10 48.922,28 1.223,02


(33)

2.3. Lembaga Zakat

Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga yang diajarkan sejak zaman Rasulullah SAW. Dengan demikian menurut sejarah zakat telah berkembang seiring dengan laju perkembangan Islam itu sendiri. Gambaran tersebut meliputi sejarahnya pada masa awal Islam dan perkembangan pemikiran zakat pada tatanan hukum Islam masyarakat Indonesia dalam kerangka modern.

Pada masa awal Islam, yakni masa Rasulullah SAW dan para sahabat, prinsip-prinsip Islam telah dilaksanakan secara demonstratif, terutama dalam hal zakat yang merupakan rukun Islam ketiga syahadat dan shalat. Secara nyata zakat telah menghasilkan perubahan ekonomi yang menyeluruh dalam masyarakat Muslim. Hal itu sebagai akibat pembangunan kembali masyarakat yang didasarkan kepada perintah Allah, baik dalam perkataan maupun perbuatan.

Pada saat itu Rasulullah mendidik dan menanamkan dalam hati dan fikirannya untuk taat kepada Allah dan Rasulnya. Rasulullah juga mendidik mereka agar terbebas dari dominasi dan perbudakan oleh milik pribadi. Keberhasilan Rasulullah SAW dalam mendidik masyarakat muslim tak lepas dari suri tauladan beliau yang hidup berdasarkan prinsip-prinsip yang dibawanya dan berakhlakh luhur dalam menjalankan aturan-aturannya, baik ketika sendiri maupun di depan umum.

Pengumpulan zakat ketika masa Rasulullah SAW dilakukan dengan cara mengumpulkan zakat perorangan dan membentuk panitia pengumpulanzakat. Rasulullah juga memerintahkan kepada mereka (para pejabat) bagaimana berperilaku dan mempermudah urusan masyarakat. Banyak diceritakan dalam


(34)

hadistnya agar para pengelola zakat bekerja dengan baik dan tidak serakah hanya mengutamakan kepentingan diri dengan melupakan kepentingan fakir miskin. Pesan terakhir yang disampaikan beliau untuik umatnya adalah agar menjaga shalat dan zakat serta berbuat baik kepada budak belian.

Dalam sejarah peradaban Islam, bahwa keberhasilan pemerintahan Islam yang mencapai puncaknya sewaktu dipimpin oleh khalifah Umar bin Abdul Aziz. Khalifah keturunan bani Umayah ini menghapus sisa gagasan yang salah, yaitu prioritas kekayaan di tangan bani Umayyah. Lalu dalam masa singkat pemerintahannya kembali kepada situasi normal dan meraih kembali semua kejayaan. Kejayaan dan tanah yang diambil keturunan Umayyah secara tidak sah dikembalikan ke Baitul Maal

2.4. Perkembangan Zakat di Indonesia

Sejak Islam datang ke tanah air, zakat telah menjadi salah satu sumber dana untuk kepentingan pengembangan agama Islam. Dalam perjuangan bangsa Indonesia ketika menentang penjajahan Barat dahulu, zakat terutama bagian sabilillah-nya merupakan sumber dana perjuangan. Setelah mengetahui hal ini, pemerintah Hindia Belanda berusaha untuk melemahkan (dana) kekuatan rakyat yang bersumber dari zakat itu, yakni melarang semua pegawai pemerintah dan priyai prbumi ikut serta membantu pelaksanaan zakat, sehingga pelaksanaan zakat mengalami hambatan.

Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya, zakat kembali menjadi perhatian para ekonom dan ahli fiqih bersama pemerintah dalam menyusun


(35)

ekonomi Indonesia. Hal ini terbukti dengan dicantumkannya pasal-pasal dalam UUD 1945 yang berhubungan dengan kebebasan menjalankansyari’at agama (pasal 29) dan pasal 34 UUD 1945 yang menyatakan bahwa fakir miskin dan anaka-anak terlantar dipelihara oleh negara.

Sejalan dengan berdirinya negara Republik Indonesia, banyak sekali dukungan yang menginginkan zakat dimasukkan sebagai salah satu komponen sistem perekonomian keuangan Indonesia, baik itu dari pemerintah maupun dari kalangan anggota parlemen. Mereka menginginkan agarmasalah zakat diatur dengan peraturan perundang-undangan dan diurus langsung oleh pemerintah dan negara.

Dalam penyusunan ekonomi Indonesia, di samping komponen yang telah ada dalam sistem adat kita yaitu gotong royong dan tolong menolong, pengertian zakat seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an besar manfaatnya kalau dipahami dengan seksama. Mengenai pelaksanaannya, diperlukan perubahan sehingga memenuhi keperluan masa kini dan keadaan di Indonesia.

Perhatian pemerintah terhadap lembaga zakat ini, secara kualitatif, mulai meningkat pada tahun 1968. Pada tahun itu pemeritah mengeluarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 4 tentang pembentukan Badan Amil Zakat No. 5/1968 tentang pembentukan Baitul Maal (Balai Harta Kekayaan) di Tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kotamadya. Setahun sebelumnya yakni pada tahun 1967 pemerintah telah menyiapkan RUU Zakat yang akan dimajukan kepada DPR untuk disahkan menjadi undang-undang. Rencana Undang-Undang Zakat yang disiapkan oleh Menteri Agama ini, diharapkan akan didukung oleh Menteri Sosial


(36)

(karena erat hubungannya dengan pelaksanaan pasal 34 UUD 1945) dan Menteri Keuangan.

2.5. Peran dan Pengelolaan Zakat Terhadap Kemiskinan

Zakat dianggap mampu dalam pengentasan kemiskinan, karena zakat merupakan sarana yang dilegalkan agama dalam pembentukan modal. Pembentukan modal semata-mata tidak hanya berasal dari pengolahan dan pemanfaatan sumber daya alam saja, tetapi melalui upaya penyisihan sebagian harta bagi yang mampu, yang wajib di bayarkan kepada pengelola zakat. Zakat di anggap akan mampu memaksimalkan kualitas SDM melalui pengadaan sarana dan prasarana bagi masyarakat, meningkatkan produktifitas, serta meningkatkan pendapatan masyarakat secara umum. Agar zakat dapat berfungsi secara optimal, maka zakat harus di kelola dan di atur pada kebijakan yang tepat, agar hasilnya tepat pada sasaran yaitu untuk mensejahterakan masyarakat umumnya kaum muslim, dan mampu mengurangi kemiskinan.

Kebijakan pengelolaan zakatyang di teliti oleh penulis adalah Pengelolaan yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat DaerahSumatera Utara (BAZDASU), hal ini disebabkan karena pemusatan pengumpulan zakat dan pemberdayaan zakat banyak dilakukan oleh BAZDASU. BAZDASU adalah lembaga yang dibentuk oleh pemerintah tentang pengelolaan zakat. Sebagai lembaga pengelola zakat, eksistensinya begitu penting, tidak saja mempunyai tugas pokok mengumpulkan, menyalurkan dan mendayagunakan zakat sesuai dengaan ketentuan agama, tetapi lebih daripada itu BAZDASU dituntut juga menjadi lembaga yang benar-benar


(37)

berperan dalam mensejahterakan dan mengentaskan perekonomian umat Islam Sumatera Utara.

BAZDASU dari tahun ke tahun senantiasa menggulirkan program kerja yang terarah dan terpadu dalam visi menjadi lembaga pengelola zakat yang amanah, professional dan transparan untuk meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi umat dalam rangka membangun kepercayaan kepada masyarakat sehingga masyarakat Islam menyadari betapa pentingnya membayar ke BAZDASU.

Penyaluran zakat oleh BAZDASU dilkukan secara konsumtif (penyaluran tahunan) pada problema kehidupan sosial yang terkait dengan kemiskinan, BAZDASU menyelesaikannya dengan mengutamakan tiga kategori, yaitu :

1. Miskin Harta, yakni fakir miskin, anak yatim miskin, muslim lanjut usia, orang sakit, ibn sabil dan gharim.

2. Miskin ilmu pengetahuan, BAZDASU memberikan beasiswa bagi tingkat Aliyah, Mahasiswa tingkat BA, MA dan Ph. D.

3. Miskin aqidah, BAZDASU memberikan bantuan pembangunan sarana ibadah seperti masjid, langgar dan musholla. Membantu da’i pedesaan untuk membina desa-desa dengan tugas pokok melaksanakan kewajiban sholat jum’at dan menjaga fardu khifayah, dan memberikan pengajian. Da’I juga bertugas mebantu kegiatan keagamaan para pemuda dan remaja Islam seperti organisasi masyarakat Islam, pesantren kilat dan sebagainya. Penyaluran zakat bisa bersifat konsumtif dan produktif. Penyaluran zakat konsumtif diberikan kepada :


(38)

1. Fakir miskin, seperti : Bantuan orang jompo, bantuan anak yatim miskin, bantuan untuk orang sakit/cacat kurang mampu, bencana alam dan lainnya. 2. Shabilillah, sperti gaji (honor), da’i, bantuan untuk masjid/langgar dan mushalla Kab/Kota se-Sumatera Utara. Bantuan untuk pembinaan Tahfizul Qur’an/Qori, Qoriah, Kaligrafi al-Qur’an, TPA-TKA dan lainnya.

3. Ibnu Sabil, gharim dan muallaf.

4. Bantuan beasiswa, seperti Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Aliyah, Mahasiswa (BA), Pascasarjana (MA dan Ph. D).

5. Bantuan pula disalurkan kepada kegiatan-kegiatan keagamaan. Bantuan biaya pula bagi pembinaan dan evaluasi BAZDASU, bantuan kegiatan bulan Ramadhan, bantuan penyuluhan dan pengembangan, seperti lokakarya produktif potensi penerbitan risalah dan info BAZDASU. Bantuan juga bagi pembentuk transport motivator, informasi, publikasi, dokumentasi dan komunikasi BAZDASU, kesejahteraan/ intensif pengurus dan pegawai dan lainnya.

Zakat produktif disalurkan sebagai berikut :

1. Pinjaman modal usaha pedagang kecil dan pegawai yang kurang mampu. 2. Penambahan dana abadi BAZDASU di berbagai Bank Syariah.

3. Biaya klinik layanan kesehatan dhuafa BAZDASU.

4. Penambahan saham BAZDA Sumut pada Bank Syariah (BPRS).

Kebijakan penggunaan anggaran dan pembiayaan bagi sasaran tersebut, di tetapkan melalui musyawarah kerja BAZDASU. Setiap awal BAZDASU mesti


(39)

membuat laporan tahunan kepada pemerintah di Sumatera Utara, DRPD Sumatera Utara dan kepada muzakki.

2.6.Pengaruh Zakat Terhadap Kemiskinan

Jika dilihat Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah umat muslimterbesar di dunia harus memiliki peran aktif dalam perwujudan kesejahteraan masyarakat dengan pengoptimalan potensi zakat. Potensi ini tentu sajadi anggap jelas mampu mewujudkan pengentasan kemiskinan, tetapi melalui pengelolaan dan mekanisme yang tepat danmempunyai hasil baik. Potensi Zakat yang bisa dikembangkan untuk mengentaskan kemiskinan adalah zakat yang memiliki sifat produktif.

Zakat produktif adalah pemberian zakat yang dapat membuat para penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus-menerus, dengan harta zakat yang telah diterimanya. Dengan kata lain zakat dimana harta atau dana zakat yang diberikan kepada para mustahik tidak dihabiskan akan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus menerus.

Pendayagunaan zakat produktif melalui cara atau usaha dalam mendatangkan hasil dan manfaat yang lebih besar serta lebih baik. Pendayagunaan zakat diharapkan dapat menghasilkan manfaat, sehingga zakat mendatangkan mafaat bagi yang menerimanya. Ada dua bentuk pendayagunaan dana zakat antara lain :


(40)

1. Bentuk sesaat, dalam hal ini berarti bahwa zakat hanya diberikan kepada seseorang satu kali atau sesaat saja. Dalam hal ini juga berarti bahwa penyaluran kepada mustahiq tidak disertai target terjadinya kemandirian ekonomi dalam diri mustahiq. Hal ini di karenakan mustahiq yang bersangkutan tidak mungkin lagi mandiri, seperti pada diri orang tua yang sudah jompo, orang cacat. Sifat bantuan sesaat ini idealnya adalah hibah. 2. Bentuk Pemberdayaan, merupakan penyaluran zakat yang disertai target

merubah keadaan penerima dari kondisi kategori mustahiq menjadi kategori muzakki. Target ini adalah target besar yang tidak dapat dengan mudah dan dalam waktu yang singkat. Untuk itu, penyaluran zakat harus disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang ada pada penerima.

Apabila permasalahannya adalah permasalahan kemiskinan, harus diketahui penyebab kemiskinan tersebut sehingga dapat dicari solusi yang tepat demi tercapainya target yang telah dicanangkan.

Pemanfaatan zakat harta sangat targantung pada pengelolaannya. Apabila pengelolaannya baik, pemanfaatannya akan dirasakan oleh masyarakat. Pemanfaatan zakat ini, biasanya berbeda dari satu daerah ke daerah lain. Dari penelitian lapangan yang dilakukan diketahui bahwa pada umumnya bahwa penggunaan zakat harta diantaranya untuk pemberdayaan ekonomi mayarakat seperti; dipergunakan untuk usaha pertanian, peternakan dan usaha kecil lainnya.


(41)

2.7. Kemiskinan di Kota Medan

Kemiskinan merupakan masalah dan tantangan dalam pembangunan. Kemiskinan akan melahirkan keterbelakangan sosial maupun ekonomi. Oleh karena itu salah satu faktor kunci keberhasilan penanggulangan kemiskinan adalah dengan pendekatan pengelolaan zakat. Penduduk di kota Medan mayoritas beragama Islam. Ini menyebabkan banyak rumah ibadah didirikan ; seperti masjid, surau. Pembangunan kota Medan memperlihatkan potensinya melalui perkembangan struktur dan infrastruktur. Realitas ini merupakan indikasi dari berkembangnyapembangunan dan juga meningkatnya pendapatan masyarakatnya, yang menjadi potensi besar bagi sumber zakat. Dengan terkumpulnya zakat di harapkan angka kemiskinan di Kota Medan dapat berkurang.

2.8. Penelitian Terdahulu

a. Penelitian Niken Fidyah Ramadhani (2011)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani (2011) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengumpulan Zakat, Infaq dan Shodaqoh pada Badan Amil Zakat Daerah SUMUT” menunjukkan bahwa perkembangan pengumpulan zakat, infaq dan shodaqoh mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengumpulan tersebut adalah moment bulan keagamaan, pendapatan dan usia Muzakki. Alasan Muzakki lebih membayar zakat, infaq dan shodaqoh di Badan Amil Zakat Sumatera Utara karena BAZDA SUMUT adalah institusi yang resmi atau legal milik pemerintah. Dan sebagian besar Muzakki menyatakan puas


(42)

terhadap pelayanan dan manfaat yang di peroleh sehingga Muzakki tetap membayarzakat, infaq dan shodaqoh di BAZDA SUMUT setiap tahunnya. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berzakat, berinfaq dan bershodaqoh, BAZDA SUMUT harus terus melakukan sosialisasi zakat secara kompherenship melalui kegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan.

b. Devialina Puspita (2008)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Devialina Puspita yang berjudul “Pengaruh Pendayagunaan Zakat Terhadap Keberdayaan dan Pengentasan Kemiskinan Rumah Tangga” (Kasus : Program Urban Masyarakat Mandiri, Kelurahan Bidaracina, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur) menunjukkan bahwa dana zakat melalui program Urban Masyarakat Mandiri belum dapat memberdayakan rumah tangga miskin untuk menjadi sejahtera melainkan hanya sampai pada meberdayakan rumah tangga untuk dapat melanjutkan usahanya. Hal tersebut dapat dilihat dari pendayagunaan bantaun hanya sampai bagaimana responden harus memutar modal mereka setiap harinya, belum sampai pada tahap bagaimana responden harus mengembangkan usaha dan mensejahterakan mereka dengan menaikkan pendapatannya.

Selain itu, dana zakat melalui program Urban Masyarakat Mandiri Bantuan Masyarakat Mandiri belum berpengaruh nyata terhadap usaha pengentasan kemiskinan. Hal ini terlihat dari masih rendahnya pendapatan mitra yang berimplikasi kepada belum tercapainya, mitra yang sejahtera.


(43)

Dari kerangka konseptual di atas dapat dilihat bahwa tujuan dari pengelolaan dana zakat adalah mengurangi kemiskinan. Bersamaan dengan keberhasilan mengurangi kemiskinan tersebut, jumlah orang yang membayar zakat (muzakki) diharapkan meningkat. Keberhasilan pengentasan kemiskinan melalui pemanfaatan potensi zakat yang ada dan pendayagunaan zakat yang terkumpul digunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan masyarakat, khusunya masyarakat muslim. Proses pengentasan kemiskinan juga didukung oleh lembaga pengelola zakat kepada orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahik) untuk menjalankan usaha yang bersifat produktif.

Pengelolaan Zakat

Pengurangan Kemiskinan Melalui Potensi Zakat dan

Peranan Zakat Untuk Masyarakat

Bantuan Pinjaman & Modal

Pendayagunaan Zakat

Keterampilan dan Pelatihan


(44)

Dukungan yang diberikan berupa bantuan permodalan, pelatihan, dan peralatan. Lembaga pengelola zakat yang sudah besar biasanya menggunakan lembaga Intermediary, lembaga Pengelola zakat seperti Baitul Mal wa Tamwil untuk memberdayakan mustahik dan jika usahanya berkembang diharapkan kemiskinan akan berkurang.


(45)

Metode penelitian adalah langkah-langkah sistematik atau prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Adapun metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskrpitif kuantitatif, yaitu “desain penelitian yang diarahkan untuk bisa memaparkan berbagai temuan dengan dukungan statistik penelitian berdasarkan hasil kuesioner penelitian”. (Suharyadi, Purwanto, 2003).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lokasipenelitian ini dilakukan di Badan Amil Zakat Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan di Jalan Sei Rumah Sakit Haji Medan Estate ini di karenakan pemberdayaan zakat dipusatkan pada Lembaga Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara.

3.3Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian dilakukan di Kota Medan dimana masyarakatnya yang heterogen, beragam budaya, suku dan agama, dengan


(46)

menganalisa persepsi masyarakat penerima zakat tentang potensi dan peranan zakat dalam mengentaskan kemiskinan yang ada di Kota Medan.

3.4. Populasi dan Sampel

Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Kota Medan secara keseluruhan dari 21 kecamatan adalah 2.097.610 jiwa yang terdiri dari 1.036.926 jiwa laki-laki dan 1.060.610 jiwa perempuan. Jumlah penduduk paling banyak ada berada di Kecamatan Medan Deli dengan jumlah penduduk 166.793 jiwa, Kecamatan Medan Helvetia dengan jumlah penduduk 144.257 jiwa dan Kecamatan Medan Denai dengan jumlah penduduk 141.395. Jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat pada Kecamatan Medan Baru dengan jumlah penduduk 39.516 jiwa, Kecamatan Medan Maimun dengan jumlah penduduk 39. 581 jiwa dan Kecamatan Medan Polonia 52.794 jiwa.

Mayoritas penduduk kota Medan sekarang adalah suku Jawa dan Batak, tetapi di kota ini banyak tinggal pula orang keturunan India dan Tionghoa. Keanekaragaman etnis di Kota Medan terlihat dari jumlah masjid, gereja dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota.

Dilihat dari komposisi penduk berdasarkan agama pada tahun 2010, mayoritas penduduk Kota Medan beragama Islam yaitu sebesar 58,45 % (1.226.053 jiwa), disusul dengan Kristen Protestan 23,30 % (488.743 jiwa), Kristen Katolik 4,51 % (94.602 jiwa), Hindu 1,21 % (25.381 jiwa) dan Budha 12,53 % (262.831 jiwa)


(47)

a. Populasi

Populasi adalah himpunan yang lengkap dari satuan satuan atau individu-individu yang karakteristiknya ingin kita ketahui (Jalil, 1997 : 4). Populasi dalam penelitian ini yang dipilih oleh penulis adalah masyarakat di Kota Medan pada 10 kecamatan yang ditetapkan dengan jumlah penduduk pada 10 kecamatan tersebut jumlah penduduknya sebanyak 944.521 orang, hal ini dikarenakan di 10 kecamatan tersebut banyak terdapat masyarakat miskin.

Tabel3. 1 Populasi Penelitian

No. Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Medan Belawan 48.889 46.617 95.506 2 Medan Tembung 65.391 68.188 13.579 3 Medan Labuhan 56.676 54.497 111.173 4 Medan Maimun 19.411 20.170 39.581 5 Medan Marelan 48.889 46.617 95.506

6 Medan Area 47.813 48.713 96.544

7 Medan Denai 71.181 70.214 141.395 8 Medan Helvetia 70.705 73.552 144.257 9 Medan Timur 52.635 55.998 108.663 10 Medan Selayang 49.293 50.024 98.317

Total 530.883 534.590 944.521

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan

b. Sampel

Sampel adalah anggota populasi yang memberikan keterangan atau data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dengan kata lain, sampel adalah himpunan bagian dari populasi. (Jalil, 1997 : 4). Pada keadaan ini dibutuhkan sebagian dari populasi yang mewakili keseluruhan objek penelitian tanpa mengurangi mutu penelitian yaitu penelitian sampel.


(48)

Ukuran sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2004 : 108) yaitu :

n = � (1+��2)

Dimana :

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan sampel yang masihdapat ditolerir.

Maka jumlah sampel yang diperolehdari jumlah populasi tersebut dengan tingkat kelonggaran 10% adalah :

n = 944.521

(1+944.521×0,12) = 99, 98~ 100

Berdasarkan hasil perhitungan terrsebut, sampel yang diperoleh berjumlah 100 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui Purposive Sampling, yaitu penentuan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian. Setiap kecamatan diambil sampel dalam jumlah yang sama. Dimana sampel yang diperoleh dibagi sama rata untuk setiap kecamatan, yaitu masing masing 10 orang setiap kecamatan.


(49)

Tabel 3. 2 Sampel Penelitian

No. Kecamatan Sampel

1 Medan Belawan 10

2 Medan Tembung 10

3 Medan Labuhan 10

4 Medan Maimun 10

5 Medan Marelan 10

6 Medan Area 10

7 Medan Denai 10

8 Medan Helvetia 10

9 Medan Timur 10

10 Medan Selayang 10

Jumlah 100

Sumber: Data diolah (2012)

Dalam menentukan sampel, penulis menggunakan metode pengambilan cluster sampling (area sampling). Teknik area sampling digunakan, disebabkan karena objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Dari 21 kecamatan yang ada di kota Medan, penulis mengambil 10 kecamatan sebagai sampel dan dipilih secara random.

3.5.Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah Non-probabilitas yaitu suatu teknik pengambilan sampel dimana setiap anggota sample yang diambil populasi memiliki peluang yang sama untuk dijadikan anggota sampel. Teknik pengambilan sampelnya adalah Purposive Sampling (Judgment Sampling) yaitu teknik pengambilan sample berdasarkan penilaian karakteristik anggota sample yang disesuaikan dengan tujuan peneliti. (Suharyadi, 2004:325).


(50)

Pengumpulan datadilakukan penulis dengan teknik pengumpulan data primer dan sekunder sebagai berikut:

1. Primer

a. Kuisioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan pertanyaan-partanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden yaitu orang yang menerima zakat.

b. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan. c. Direct Interview, melakukan wawancara atau tanya jawab langsung

kepada responden 2. Sekunder

Data sekunder adalah data yang di peroleh dari BAZDASU, Badan Pusat Statistik (BPS), buku, literatur, internet, jurnal, tesis serta bacaan lain yang berhubungan dengan penelitian yang digunakan sebagai data penunjang.

3.6. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primeradalah data yang didapat dari sumber pertama maupun kelompok, yaitu kuisioner yang diberikan kepada para penerima bantuan zakat dengan jumlah responden 100 orang.

3.7. Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengolahan data dengan bantuan program SPSS 16.


(51)

3.8.Analisis Data

Analisis yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan skala likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:

Sangat setuju = 5

Setuju = 4

Netral = 3

Tidak setuju = 2 Sangat tidak setuju = 1

Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda. Sehingga diperoleh berbagai gambaran informasi mengenai pengentasan kemiskinan yang ada di Kota Medan yang dilakukan oleh Lembaga Badan Amil Zakat.

3.8.1.Uji Validitas danReliabilitas

Uji validitas dan uji reabilitas merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Uji validitas dan reabilitas digunakan untuk kuesioner yang menggunakan skala Likert.


(52)

a. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk menguji sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Untuk mengumpulkan data kuantitatif dengan mempergunakan tes sebagai alat pengukur, validitasnya dapat diukur dengan perhitungan statistik berupa teknik korelasi (Azwar, 2000). Pendekatan korelasi yaitu dengan cara mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan dengan skor totalnya. Bila nilai korelasinya positif maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

Rumus :

r

{

}{

}

(

)

(

)

                    − =

N N N y x xy

y

y

x

x

2 2 2 2

Dimana :

r :Koefisien validitas item yang dicari N :Jumlah Subyek

X :Skor item Y :Skor total

∑X :Jumlah skor items ∑Y :Jumlah skor total ∑X2 :

Jumlah kuadrat skor item ∑Y2 :


(53)

Kriteria pengambilan keputusan adalah :

1. Jika rhitung > rtabel, maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid

2. Jika rhitung < rtabel, maka pertanyaan tersebut tidak dinyatakan valid

b. Uji Reliabilitas

Uji reabilitas merupakan uji untuk mengukur tingkat ketetapanalat tersebut dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu, walaupun dilakukan dalam waktu yang berbeda-beda. Butir pertanyaan yang dinyatakan valid akan ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika rpositif> rtabel, maka pertanyaan reliabel

2. Jika rnegatif atau < rtabel, maka pertanyaan tidak reliabel

Dalam penelitian ini, uji reabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik Formula Alpha Cronbach sebagai berikut:

α = 

  

  ∑ − S x

j S k

k

2 2

1 1 Dimana :

α=koefisien reliabilitas alpha k=jumlah item

Sj=varians responden untuk item I Sx =jumlah varians skor total


(54)

3.8.2.Rank Spearman Test

Metode yang dipakai dalam menganalisis data penelitian bersifat korelasi (hubungan) maka dapat di analisadengan analisa non parametrik menggunakan Rank SpearmanTest, yaitu sebuah ukuran hubungan antara dua variabel.

Rumus RankSpearman Test : ρ = 1- 6 ��

2

�(2 1)

Dimana :

d = perbedaan antara rangking n = jumlah sampel

Uji hipotesis :

ρ= 0 tidak ada hubungan antara X dan Y ρ> 0 ada hubungan antara X dan Y

Untuk dapat mengetahui kuat lemahnya tingkat derajat atau derajat keeratan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti, digunakan tabel kriteria pedoman untuk koefisien korelasi sesuai pendapat Sugiyono (2008:257).

Pedoman untuk memberikan intrepretasi Koefisien Kolerasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0, 00 – 0,25 Korelasi sangat Lemah

>0, 25 – 0,5 Korelasi Cukup

>0,5-0,75 Korelasi Kuat


(55)

4.1. Gambaran Umum Wilayah Kota Medan 4.1.1. Kondisi Geografis

Kota Medan adalah salah satu ibukota provinsi yang terbesarpenduduknya di Indonesia. Kota Medan terletak antara 20.27´- 20.47´ Lintang Utara, 980 .35´-980.44´ Bujur Timur. Secara geografis, luas areal Kota Medan adalah 26. 510 Ha (26.510 km2) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara dan berada pada ketinggian antara 2,5-37, 5 meter di atas permukaan laut, dengan topografi datar. Suhu udara pertahun berkisar antara 270C-290C dari luas wilayah keseluruhan Kota Medan, dimana 9.225 Ha untuk pemukiman, 1.862 Ha untuk sektor jasa 740 Ha untuk dicadangkan bagi penetapan lokasi perusahaan dan industri. Sisanya seluas 14.693 Ha merupakan areal non-urban, dan 7000 Ha diantaranya akan dimanfaatkan sebagai lahan pengembangan untuk sektor pertanian tanaman pangan.

Posisi dan letak kota Medan berada di dataran Pantai Timur Sumatera Utara, di antara Selat Malaka dan jajaran pegunungan vulkanis yang membujur dari Barat Lautsampai wilayah Tenggara ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut, dengan kelembaban dan curah hujan yang relatif tinggi. Wilayah Kota Medan di bagi menjadi 21 kecamatan dan 151 kelurahan. Secara geografis letak Kotamadya Medan dibatasi oleh :


(56)

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Deli Tua dan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kotamadya Binjai

4. Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Percut Sei Tuan dan Tanjung Morawa, kabupaten Deli Serdang.

Tabel 4. 1

Nama Kecamatan se-Kota Medan dan Luasnya serta Jumlah Kelurahan No Nama Kecamatan Luas Wilayah (Km) Jumlah Kelurahan

1 Medan Tuntungan 20. 68 9

2 Medan Selayang 12. 81 6

3 Medan Johor 14. 58 6

4 Medan Amplas 11. 19 7

5 Medan Denai 9. 05 6

6 Medan Tembung 7. 99 7

7 Medan Kota 5. 84 12

8 Medan Area 5. 52 12

9 Medan Baru 5. 84 6

10 Medan Polonia 9. 01 5

11 Medan Maimun 2. 98 6

12 Medan Sunggal 15. 44 6

13 Medan Helvetia 13. 16 7

14 Medan Barat 6. 82 6

15 Medan Petisah 5. 33 7

16 Medan Timur 7. 76 11

17 Medan Perjuangan 4. 09 9

18 Medan Deli 20. 84 6

19 Medan Labuhan 36. 67 6

20 Medan Marelan 23. 82 5

21 Medan Belawan 26. 25 6


(57)

4.1.2. Kependudukan

Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk kota Medan sebesar 2.097.610 dan telah terjadi pertambahan sebesar 193.337 Jiwa (10,15%) apabila dibandingkan dengan Sensus Penduduk 2000. Kepadatan penduduk Kota Medan mencapai 7.913 jiwa/km2. Jumlah penduduk perempuan lebih besar dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Penduduk Kota Medan umumnya telah menyebar secara merata diseluruh wilayah kota Medan.

4.1.3. Agama

Penduduk Kota Medan terdiri dari banyak suku, agama, dan budaya. Dari perspektif agama yang dianuti terdiri dari agama Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha. Dilihat dari komposisi penduk berdasarkan agama pada tahun 2010, mayoritas penduduk Kota Medan beragama Islam yaitu sebesar 58,45% (1.226.053 jiwa), disusul dengan Kristen Protestan 23,30% (488.743 jiwa), Kristen Katolik 4,51% (94.602 jiwa), Hindu 1,21 % (25.381 jiwa) dan Budha 12,53% (262.831 jiwa).

Penduduk Kota Medan Mayoritas beragama Islam. Ini menyebabkan banyak rumah-rumah ibadah didirikan; seperti masjid, surau dan langgar. Jumlah masjid di kota Medan lebih kurang 650,524, langgar dan surau. Pembangunan Kota medan memperlihatkan potensinya. Ini terbukti pesatnya perkembanganpembangunan infrastuktur, yaitu gedung-gedung bertingkat, plaza dan supermarket, perumahan-perumahan baru, fasilitas transportasi, pabrik-pabrik dan perusahaan besar. realitas ini merupakan indikasi dari berkembangnya


(58)

pembangunan dan juga meningkatnya pendatan masyarakatnya, ini menjadi satu potensi bagi sumber zakat.

4.2. Badan Amil Zakat Sumatera Utara

Badan Amil Zakat adalah organisasi pengelolaan zakat yang dibentuk oleh pemerintah, terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah dengan tugas mengumpulkan, menyalurkan dan mempergunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama (Pasal 1 KMA).

Badan Amil Zakat terdiridari BAZ Nasional, BAZ Provinsi, BAZ Kabupaten/Kota, dan BAZ Kecamatan. Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, BAZ disemua tingkat membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ).

Susunan Pengurus Badan Amil Zakat terdiri dari unsur ulama, cendikiawan, tokoh masyarakat, tenaga professional, dan wakil pemerintah. Orang yang ikut serta dalam mengurus BAZ, harus memenuhi persyaratan; yaitu memiliki sifat amanah, adil, berkeupayaan, professional dan sanggup bekerja sama.

4.2.1 Pengelolaan Zakat BAZDA Sumatera Utara

Dalam proses pengumpulan zakat, diatur dalam pasal 12 dan 14 UU. No. 38/1999, dilakukan oleh BAZ dengan cara menerima pemberitahuan oleh muzakki. Setelah pemberitahuan diterima diadakan perhitungan, sama ada olehmuzakki sendiri menghitungnya atau oleh BAZ. Harta yang diberikan pada


(59)

BAZ adalah harta yang dapat dikurangkan dari laba/pendapatan sisa dari wajib pajak.

BAZDA Kota Medan, selain jenis dan bentuk harta yang disebutkan diatas, sumber-sumber penerimaan lain adalah infaq Pegawai Negeri Sipil, infaq nikah, infaq haji, sadaqah, bagi hasil Bank Syariah dan sebagainya.

4.3. Bantuan Pinjaman dan Modal oleh BAZ

Dalam pelaksanaannya penyaluran zakat melalui Pinjaman Modal Usaha peniaga kecil dan Pegawai dilakukan dengan memberikan pinjaman bebas bunga (Qadrul Hasan) kepada mustahik yang ingin memiliki usaha atau ingin berwira usaha. Proses penyaluran zakat melalui program Bantuan Pinjaman dan Modal dapat dilihat pada gambar 4. 1. Pelaksanaaan kegiatan ini dimulai dari pengajuan dari masyarakat kepada BAZ Sumatera Utara untuk mendapatkan bantuan modal. Terdapat beberapa syarat bagi mustahik untuk mengajukan bantuan qadrul hasan, adapun ajuan tersebut adalah :

1. Asli Warga Kota Medan

2. Membawa surat permohonan kepada ketua BAZ Sumatera Utara 3. Menyerahkan Fotocopy KTP

4. Menyerahkan Fotocopy Kartu Keluarga

5. Menyerahkan Surat keterangan warga tidak mampu dari kelurahan setempat


(60)

Gambar 4. 1

Alur Penyaluran Zakat Program Bantuan Pinjaman dan Modal BAZ

Selain berupa bantuan pinjaman dan modal usaha, bantuan produktif berupa penambahan dana abadi BAZDA Sumut di berbagai Bank Syariah, Biaya Klinik layanan kesehatan dhuafa BAZDA Sumut, dan penambahan BAZDA Sumut pada Bank Syariah.

4.4 Pendayagunaan Zakat

Pendayagunaan zakat adalah upaya penanggulangan kemiskinan melalui pengelolaan zakat secara professional sehingga mampu memberikan konstribusi

Calon mustahik mengajukan bantuan modal produktif

Pihak BAZ Sumatera Utara menerima dan melakukan survei

Keputusan usaha yang dijadikan layak diberi bantuan/tidak beserta penentuan bantuan

Jika dinyatakan layak, kemudian terjadi akad antara kedua belah pihak


(61)

yang berarti terhadap upaya pengentasan kemiskinan. BAZDA perlu memberikan prioritas pendayagunaan zakat pada fakir miskin untuk usaha produktif seperti bantuan modal, usaha, peralatan, bantuan langsung untuk pengembangan pertanian, dan peternakan yang lebih memberikan dampak langsung pada penciptaan para mustahik.

4.5 Keterampilan dan Pelatihan

Badan Amil Zakat (BAZ) menyalurkan dana zakat yang dihimpun dari masyarakat melalui kegiatan ekonomi produktif. Bantuan yang diberikan yaitu bibit pertanian beserta uang untuk membeli perlengkapan kepada 20 orang dari 20 kecamatan di Kota Medan. Selain itu traktor, peralatan dan modal awal kepada 10 orang dari 10 kecamatan serta fasilitas dan biaya mengikuti pelatihan kepada 10 orang dari 10 kecamatan. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan warga, diharapkan pemberian bantuan dapat memberikan sarana usaha agar mampu bekerja mandiri, memberikan bekal keterampilan menjahit bagi generasi muslim, media dakwah Islam melalui bidang ekonomi. Diharapkan bantuan dapat memberikan motivasi berwirausaha kepada penerima bantuan.

4.6Karakteristik Responden

4.6.1Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil penelitian 100 orang penerima zakatdi Medan yang menjadi sampel penelitian, maka diperoleh data tentang usia responden yang dapat dilihat pada tabel berikut:


(62)

(63)

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Umur (Tahun) Jumlah Responden (orang)

Persentase (%)

1 < 20 8 8

2 21-30 24 24

3 31-40 18 18

4 41-50 20 20

5 51-60 16 16

6 > 61 14 14

Jumlah 100 100%

Sumber : Hasil Olahan (2012)

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa penerima zakat di Medan paling banyak berumur 21-30 tahun.

4.6.2.Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian 100 responden dari penerima zakat yang menjadi sampel penelitian, maka diperoleh data tentang jenis pekerjaan responden yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 3

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan No Jenis Pekerjaan Jumlah Responden

(orang)

Persentase (%)

1 Buruh 17 17

2 Petani 8 8

3 Pedagang 25 25

4 Penjahit 5 5

5 Mahasiswa/Pelajar 20 20

6 Jompo 14 14

7 Lain-lain 11 11

Jumlah 100 100


(64)

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa bahwa penerima zakat yang lebih banyak adalah yang bekerja sebagai pedagang kecil. Ini menunjukkan bahwa zakat mampu mengembangkan perekonomian bangsa, karena dengan adanya pembiayaan terhadap pedagang kecil akan mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan negara.

4.6.3.Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian 100 penerima zakat di Kota Medan yang menjadi sampel penelitian, maka diperoleh data tentang jenis kelamin responden yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 4

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Laki-laki 40 40

2 Perempuan 60 60

Jumlah 50 100 %

Sumber : Hasil Olahan (2012)

Dari data diatas dapat dilihat bahwa yang paling banyak penerima zakat di Kota Medan adalah perempuan. Hal ini sangat membantu dalam pengembangan kaum perempuan.

4.7.Hasil Pengolahan Data

4.7.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Berdasarkan pengujian validitas dengan metode Product Moment, didapat bahwa semua variabel yang diteliti menghasilkan korelasi lebih besar daripada nilai r tabel pada α =


(65)

instrument tersebut dapat dikatakan valid. Sedangkan untuk hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa semua faktor yang mempegaruhi penggunaan kereta api menghasilkan koefisien Alpha Cronbach’s≥ 0, 6 atau nilai r hitungnya lebih kecil dari nilai r tabel (r hitung ≤ 0 , 887). Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran terhadap variabel penelitian ini telah reliabel dan dapat memberikan hasil yang konsisten, apabila dilakukan pengukuran kembali terhadap subyek yang sama.

4.7.2.Hasil Metode Analisis Data 4.7.2.1.Deskripsi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah kemiskinan sebagai variabel yang dipengaruhi dan variabel yang mempengaruhi adalah potensi zakat dan pengaruh zakat, bantuan pinjaman & modal, dan bantuan pendayagunaan zakat. Data-data dari variabel ini diungkap menggunakan kuesioner sebanyak 20 pertanyaan. Gambaran dari masing-masing variabel dilakukan dengan analisis deskriptif persentase. Berikut ini disajikan hasil analisis deskriptif persentase tiap variabel.

a. Tanggapan Penduduk Terhadap Zakat Dalam Pengentasan Kemiskinan (Y)

Variabel yang digunakan adalah zakat dalam pengentasan kemiskinan. Hal ini digunakan untuk mengetahui tanggapan penduduk terhadap zakat dalam pengentasan kemiskinan. Data-data dari variabel ini diungkap menggunakan kuesioner sebanyak 4 pertanyaan. Gambaran dari masing-masing variabel dilakukan dengan analisis deskriptif persentase. Berikut ini disajikan hasil analisis deskriptif persentase variabel.


(66)

Tabel 4. 5

Tanggapan Penduduk Terhadap Zakat Dalam Pengentasan Kemiskinan (Y)

No Atribut

Kinerja

Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Zakat merupakan sumber materiil yang utama bagi penanggulangan

kemiskinan dan mengatasi keresahan yang dialami oleh orang-orang Islam.

Sangat Setuju 46 46

Setuju 50 50

Netral 4 4

Tidak Setuju - -

Sangat Tidak Setuju - -

2 Di dalam Islam masyarakat Islam membentuk suatu individu yang hidup menjadi kelompok gotong royong, saling tolong menolong dalam mewujudkan kesejahteraan dan menanggulangi penderitaan.

Sangat Setuju 86 86

Setuju 10 10

Netral 4 4

Tidak Setuju - -

Sangat Tidak Setuju - -

3 Hak bagi setiap muslim di dalam masyarakat untuk mendapatkan kecukupan bagi tuntutan kebutuhan hidupnya yang pokok baik untuk dirinya maupun beserta orang yang menjadi tanggungannya, terutama orang mukmin yang ada disekitar kita.

Sangat Setuju 20 20

Setuju 76 76

Netral 4 4

Tidak Setuju - -

Sangat Tidak Setuju - -

4 Selain peran agama, peran pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengentaskan kemiskinan.

Sangat Setuju 25 25

Setuju 75 75

Netral - -

Tidak Setuju - -

Sangat Tidak Setuju - -

Sumber : Hasil Olahan (2012)

Dari pertanyaan yang terkait terhadap variabel Zakat Dalam Pengentasan Kemiskinan dapat ditarik kesimpulan :


(67)

menjawab setuju yaitu sebanyak 50%. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa responden setuju zakat merupakan sumber materiil yang utama bagi penanggulangan kemiskinan dan mengatasi keresahan yang dialami oleh orang-orang Islam.

2. Dari pernyataan no 2 sebanyak 86% responden menjawab sangat setuju, sebanyak 10% menjawab setuju, dan 4% netral. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa responden setuju bahwa di dalam Islam masyarakat Islam membentuk individu yang hidup menjadi kelompok gotong royong, saling tolong menolong dalam mewujudkan kesejahteraan dan menanggulangi penderitaan.

3. Dari pernyataanno 3 sebanyak 20% responden menjawab sangat setuju, sebanyak 76% menjawab setuju dan 4% menjawab netral. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa responden setuju hak bagi setiap muslim di dalam masyarakat untuk mendapatkan kecukupan bagi tuntutan kebutuhan hidupnya yang pokok baik untuk dirinya maupun beserta orang yang menjadi tanggungannya, terutama orang miskin yang ada disekitar kita.

4. Dari pertanyaan no 4 sebanyak 25% responden menjawab sangat setuju, sebanyak 75% menjawab setuju. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwas responden setuju selain peran agama, peran pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan dalam mengentaskan kemiskinan.


(1)

Website :

Axiku. 2009. Peran Zakat Dalam Ekonomi Makro. http:// axiku. wordpress. com Ismail, Hasan R, 2012. Bentuk Penyaluran Zakat. http://hasanismailr. blogspot. com http://hizbut-tahrir. or. id/2009/04/06/syariat islam dan masalah kemiskinan/ http://sescipb. blogspot. com/2012/05/peran zakat dalam memberantas kemiskinan http://www. imz. or.

id/new/article/1131/zakat-masyarakat-dan-negara-dalam-pengentasan-kemiskinan-2/ Skripsi :

Puspita, Deviani. 2008. Skripsi. Pengaruh Pendayagunaan Zakat Terhadap Keberdayaan dan Pengentasan Kemiskinan Rumah Tangga. Medan

Ramadhani, Niken Fidyah. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Zakat, Infaq dan Shadaqah Pada badan Amil Zakat Daerah SUMUT. Medan

Wasino. 2011. Skripsi. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Pengumpulan Zakat Fitrah Di Kota Medan. Medan


(2)

LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

POTENSI DAN PERANAN ZAKAT DALAM MENGENTASKAN KEMISKINAN DI KOTA MEDAN

Assalamu ‘ alaikum Wr , Wb .

Dalam rangka menunjang kegiatan penelitian yang akan saya lakukan untuk meraih gelar Sarjana Program Strata-1 Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, saya sangat mengharapkan Bapak/Ibu/Saudara/saudari bersedia meluangkan waktu untuk

memberikan pendapat mengenai Potensi dan Peranan Zakat dalam

Mengentaskan Kemiskinan di Kota Medan melalui kuesioner yang telah disediakan.

Bapak/Ibu/Saudara/Saudari kami harapkan bisa memberikan informasi yang sebenarnya secara jujur sesuai dengan kenyataan yang ada (kerahasiaan identitas dan jawaban Bapak/Ibu/Saudara/ Saudari saya jamin sepenuhnya), sehingga dapat memberikan sumbangan yang berarti pada penelitian ini.

Atas bantuan dan kerjasama yang telah Bapak/Ibu/Saudara/saudari berikan, kami mengucapkan banyak terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Hormat Saya,

A m a l i a I. IDENTITAS RESPONDEN


(3)

 Untuk pertanyaan dibawah ini, anda cukup memilih salah satu jawaban dengan

memberi tanda silang (X).

1. Jenis kelamin

a. Pria b. Wanita 2. Umur

a. 15-30 Tahun d. 60-75 Tahun

b. 30-45 Tahun e. 75-90 Tahun

c. 45-60 Tahun f. 90-100 Tahun 3. Kecamatan tempat tinggal

a. Medan Johor d. Medan Helvetia

b. Medan Denai e. Medan Tembung

c. Medan Baru

II. KUESIONER

Cara menjawab pertanyaan dibawah ini adalah dengan memberikan tanda benar (√ ) pada kotak jawaban yang merupakan pendapat anda.

KETERANGAN :

SS =Sangat Setuju Skor =5

S =Setuju Skor =4

N =Netral Skor =3

KS =Kurang Setuju Skor =2


(4)

1. Gambaran Umum Zakat Dalam Pengentasan Kemiskinan yang Ada Di Kota Medan

No Pernyataan SS S N KS TS

1 Zakat merupakan sumber materiil yang utama bagi penanggulangan kemiskinan dan mengatasi keresahan yang di derita oleh orang-orang miskin dalam Islam.

2 Di dalam Islam setiap masyarakat muslim menghendaki membentuk suatu individu yang hidup menjadi satu kelompok gotong royong,saling tolong menolong dalam mewujudkan kesejahteraan dan menanggulangi penderitaan.

3 Hak bagi setiap muslim didalam masyarakat untuk mendapat kecukupan bagi tuntutan kebutuhan kehidupannya yang pokok, baik untuk dirinya maupun beserta orang yang menjadi tanggungannya, terutama orang yang miskin yang ada disekitar kita.

4 Selain peran agama, peran pemerintah dan masyarakat sangat di perlukan dalam mengentaskan kemiskinan

2. Gambaran Umum Potensi Zakat

No. Pernyataan SS S N KS TS

1 Zakat merupakan salah satu potensi terbaik dalam upaya pengentasan orang-orang dari kemiskinan. 2 Menggali dan mengembangkan potensi zakat

membutuhkan waktu yang panjang, tetapi masyarakat optimis system zakat mampu memberikan solusi bagi masalah kemiskinan yang sudah berlarut-larut.

3 Potensi zakat yang sudah ada harus tetap dipertahankan dan kesadaran untuk membayar zakat harus semakin ditingkatkan sehingga peran


(5)

mendapat kepercayaan luas dari masyarakat. 4 Meningkatnya pendapatan perkapita suatu daerah,

akan memberikan peningkatan pada potensi zakat.

3. Gambaran Umum Pengaruh Zakat

No. Pernyataan SS S N KS TS

1 Dengan adanya zakat yang diterima, akan sangat membantu masyarakat terutama dalam penggunaan zakat produktif yang digunakan untuk membantu pengembangan usaha masyarakat khususnya kaum muslim.

2 Dengan meningkatnya pendapatan perkapita maka jumlah orang yang membayar zakat meningkat, dan zakat nantinya akan merubah penerima dari kondisi kategori mustahik menjadi muzakki.

3 Pendayagunaan zakat yang diberikan dalam bentuk pelatihan dan keterampilan, lebih baik daripada bantuan dana & modal.

4 Bantuan zakat yang disalurkan nantinya akan membentuk kemandirian ekonomi di dalam diri mustahik.

4. Gambaran Umum Bantuan Pinjaman dan Modal

No. Pernyataan SS S N KS TS

1 Usaha yang dijalankan melalui prospek bantuan zakat sudah berjalan baik dan cepat menghasilkan.

2 Bantuan diutamakan pada usaha yang sudah ada dan perlu pelatihan untuk meningkatkan keterampilan usaha.

3 Perlu adanya pencatatan hasil usaha, agar lembaga terkait dapat memantau perkembangan usaha.

4 Diperlukan dana yang cukup untuk mencapai skala ekonomis suatu usaha.


(6)

5. Gambaran umum Pendayagunaan Zakat

No. Pernyataan SS S N KS TS

1 BAZDA seharusnya memfokuskan program

pada satu bidang yang diunggulkan yang ada di masyarakat untuk mengentaskan kemiskinan. 2 Pendayagunaan zakat harus diawasi,dikelola

dengan baik, agar pemanfaatannya dapat dirasakan oleh masyarakat

3 Pendayagunaan zakat yang diberikan dalam bentuk pelatihan dan keterampilan, lebih baik daripada bantuan dana & modal.

4 Bantuan zakat yang disalurkan nantinya akan membentuk kemandirian ekonomi di dalam diri mustahik.