39
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang, benda- benda, dan ukuran lain, yang menjadi objek perhatian atau
kumpulan seluruh objek yang menjadi perhatian. Polpulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan bank syariah.
Sampel merupakan bagian dari populasi. Dengan menggunakan sampel, maka dapat diperoleh suatu ukuran yang dinamakan statistik.
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah Sampel Purposive Purposive Sampling. Penarikan sampel Purposive adalah
penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut didasarkan pada kepentingan atau tujuan penelitian.
Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Bank syariah yang dipilih adalah bank yang sudah berdiri menjadi
Bank Umum Syariah sejak tahun 2012-2015. 2.
Bank Umum Syariah mempunyai kelengkapan data laporan keuangan yang telah di audit dan dipublikasikan dari tahun 2012-2015.
3. Bank Umum Syariah yang assetnya hampir setara pada tahun 2012-
2015.
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik angka. Dalam penelitian ini
menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan perusahaan yang
40 diambil dan dikutip dari data-data yang sudah ada kemudian diolah dan
dianalisis. Semua data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan oleh Bank Umum Syariah. Penelitian ini menggunakan laporan keuangan pada periode tahun 2012-
2015.
D. Teknik Pengumpulan Data
Di dalam penelitian ini diperlukan metode-metode yang digunakan untuk mendapatkan data atau bahan keterangan yang digunakan untuk
perhitungan ketepatan prediksi kebangkrutan, yaitu berupa Metode Dokumentasi.
Metode ini mencakup penghimpunan informasi dan data, melalui metode studi pustaka dan eksplorasi literature-literatur. Laporan keuangan
publikasi dan buku-buku berkaitan.
E. Operasional Varibel Penelitian
Penelitian ini menggunakan model analisis Zmijewski X-Score untuk memprediksi kebangkrutan. Variabel-variabel yang digunakan
terdapat 3 rasio yaitu Return On Assets ROA, Debt to Asset,Current Ratio.
1.
X1 = Return On Assets
Return On Asset ROA adalah rasio perbandingan antara pendapatan tahun berjalan terhadap total aktiva. Semakin tinggi nilai rasio
41 ini menunjukkan pendapatan bank syariah yang meningkat karena
pengelolaan asset yang baik. Rumus rasio ROA ini adalah:
Return On Assets =
Laba bersih Total asset
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 623DPNP tahun 2004 diperoleh standar untuk nilai rasio ROA yaitu:
Tabel 3.2 Kriteria Nilai ROA
Peringkat Kreteria Penilaian
Predikat
1 ROA 1,5
Sangat Sehat 2
1,25 ROA ≤ 1,5 Sehat 3
0,5 ROA ≤ 1,25 Cukup Sehat 4
0 ROA ≤ 0,5 Kurang Sehat
5 ROA ≤ 0,5
Tidak Sehat
Sumber : SE Bank Indonesia No.924DPbS tahun 2007 2.
X2 = Debt Ratio
Rasio ini merupakan perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva. Semakin rendah rasio ini menunjukkan bahwa semakin baik
keadaan keuangan perusahaan. Standar industri untuk rasio ini menurut Kasmir 2008:164 adalah sebesar 35. Rumus Debt Ratio :
Debt Ratio =
Total kewajiban Total asset
3. X3 = Current Ratio
Rasio umum yang digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah ratio lancar current ratio, working capital ratio atau disebut
42 banker’s ratio yang memberikan ukuran kasar tentang tingkat likuiditas
perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukkan. Kasmir 2008:143 standar industri current
ratio adalah sebanyak 2 kali. F.
Metode Analisis Data
Analisis dilakukan dari data laporan keuangan berupa laporan neraca dan laporan laba rugi. Data atau hasil perhitungan rasio-rasio
tersebut kemudian dianalisis lebih jauh dengan menggunakan rasio-rasio yang ada dalam metode X-Score. Formula yang digunakan pada penelitian
ini merupakan formula untuk perusahaan sektor keuangan, adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :
Dimana : X1 ROA = Laba bersihTotal aset
X2 Debt Ratio TLTA = Total kewajibanTotal aset X3 Current Ratio = Aset lancarKewajiban lancar
Rasio-rasio Zmijewski X-Score yaitu :
1. X1 Return On Assets = Laba bersih Total aset
Return on assets ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari
aktiva yang digunakan. Return on assetsmerupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak EBIT dengan total aktiva yang dimiliki
43 perusahaan. Return on assets ROA yang positif menunjukkan bahwa dari
total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila return on
assets yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu
perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan. Tetapi jika total
aktiva yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan
akan mengalami
kerugian dan
akan menghambat
pertumbuhan.
2. X2 Debt Ratio = Total kewajiban Total aset
Rasio ini merupakan perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana kewajiban dapat
ditutupi oleh aktiva. Total kewajiban itu sendiri dari penjumlahan kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Rasio ini
merupakan rasio yang memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimilki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin rendah rasio ini
menunjukkan bahwa semakin baik keadaan keuangan perusahaan. Standar industri untuk rasio ini menurut Kasmir 2008:164 adalah sebesar 35.
3. X3 Current Ratio = Aset lancar Kewajiban lancar
Rasio umum yang digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah ratio lan
car current ratio, working capital ratio atau disebut banker’s ratio yang memberikan ukuran kasar tentang tingkat likuiditas perusahaan.
44 Current ratio diperoleh dengan jalan membagi aktiva lancar current
assets dengan hutang jangka pendek current liabilities. Semakin tinggi
rasio berarti semakin terjamin hutang-hutang perusahaan kepada kreditur. Bagi kreditur semakin tinggi rasio lancar semakin bagus, akan
tetapi untuk perusahaan tertentu dapat berarti lain. Apabila rasio ini tinggi dapat diartikan perusahaan kelebihan aktiva lancarnya atau ada yang tidak
optimal. Apabila perhitungan metode X-Score telah dilakukan dengan
serangkaian rasio-rasio keungan yang dimasukkan dalam suatu persamaan diskriminan maka akan menghasilkan suatu angka atau skor tertentu.
Angka ini memiliki penjelasan atau nilai cut off tertentu.
45
Tabel 3.3 Nilai Cut Off Model Zmijewski
Nilai Skor Katerangan
Z 0 Menunjukkan perusahaan mengalami kesulitan keuangan
dan beresiko tinggi yang mengarah pada kebangkrutan Z 0
Menunjukkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat dan tidak berisiko pada kebangkrutan
4. Penarikan Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis data, selanjutnya penulis akan melakukan penarikan kesimpulan umum yang berkaitan dengan teori
yang mendasari penelitian yaitu analisis Zmijewski X-Score yang diperoleh dari perhitungan. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan apakah
perusahaan yang diteliti akan mengalami kebangkrutan atau tidak sesuai dengan kriteria yang diinterpretasikan dalam model Zmijewski X-Score.
46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Proses dan Hasil Analisis Data Variabel X
Dalam model prediksi Zmijewski X-Score terdapat tiga indikator dari rasio- rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat
perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut, yaitu : laba bersih dibagi total asset ROA, total kewajiban dibagi total aset
Debt Ratio, dan aset lancar dibagi kewajiban lancar Current Ratio. 1
Laba bersihTotal aset X1 Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan nilai return on asset
yang telah dimiliki oleh bank umum syariah periode 2012-2015 :
Tabel 4.1 Hasil
Return On Asset Bank Umum Syariah No.
Bank Umum Syariah Tahun Dalam
Rata- rata
Prediksi 2012
2013 2014
2015
1. BCA Syariah
0.52 0.62
0.43 0.53
0.52 Cukup sehat
2. Bank Mega Syariah
2.26 1.63
0.22 0.21
1.08 Cukup sehat
3. Bank Bukopin Syariah 0.47
0.45 0.16
0.47 0.38
Kurang sehat 4.
Bank Panin Syariah 1.73
0.52 1.14
0.75 1.03
Cukup sehat
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan penilaian rentabilitas dari sisi ROA pada tahun 2012 nilai rasio tertinggi ada pada Bank Mega Syariah dengan nilai 2.26 dan
nilai rasio terendah ada pada Bank Bukopin Syariah dengan nilai 0.47. Pada tahun 2013 nilai rasio ROA tertinggi ada pada Bank Mega Syariah
dengan nilai 1.63 dan nilai rasio terendah ada pada Bank Bukopin
47 Syariah dengan nilai 0.45. Pada tahun 2014 nilai rasio tertinggi ada
pada Bank Panin Syariah dengan nilai 1.14 dan nilai rasio terendah ada pada Bank Bukopin Syariah dengan nilai 0.16. Pada tahun 2015 nilai
rasio tertinggi ada pada Bank Panin Syariah dengan nilai 0.75 dan nilai rasio terendah ada pada Bank Mega Syariah dengan nilai 0.21.
Hasil dari data pada tabel di atas, nilai rasio ROA yang dihasilkan oleh rata- rata BUS masih tergolong rendah, padahal semakin tinggi nilai
rasio ini berpotensi semakin besar bank umum syariah dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaaan aktiva yang dimiliki. Bank
umum syariah dikategorikan mempunyai ROA yang baik jika nilai ROA berada di atas 1.5.
Selama kurun waktu empat tahun terakhir pada periode 2012-2015 nilai ROA tertinggi ada pada tahun 2012 yaitu Bank Mega Syariah dengan
nilai 2.26, artinya Bank Mega Syariah mampu menghasilkan pendapatan sebesar 2.26 dari total aktiva yang digunakan. Rasio ROA terendah ada
pada tahun 2014 yaitu Bank Bukopin Syariah dengan nilai 0.16, artinya Bank Bukopin Syariah hanya mampu menghasilkan pendapatan sebesar
0.16 saja dari total aktiva yang digunakan dan itu masuk ke dalam kategori yang kurang baik karena masih dibawah nilai 1.5.
2 Total kewajibanTotal aset X2
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan nilai Debt Ratio yang telah dimiliki oleh bank umum syariah periode 2012-2015 :
48
Tabel 4.2 Hasil
Debt to Asset Ratio Bank Umum Syariah
No. Bank Umum Syariah
Tahun Dalam 2012
2013 2014
2015
1. BCA Syariah
16.02 13.47
10.83 9.04
2. Bank Mega Syariah
25.93 20.88
18.46 16.80
3. Bank Bukopin Syariah 92.44
23.38 16.01
15.03 4.
Bank Panin Syariah 9.77
9.93 14.29
11.79
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan penilaian dari tabel diatas nilai debt to asset ratio yang paling tinggi tahun 2012 ada pada Bank Bukopin Syariah dengan
nilai 92.44. Artinya lebih dari 50 pendanaan pada Bank Bukopin Syariah dibiayai dengan hutang. Namun pada tahun 2014 dan 2015 Bank
Bukopin Syariah nilai debt rationya semakin kecil, artinya hutang yang dimiliki oleh Bank Bukopin Syariah semakin kecil dan bisa meningkatkan
total aktiva. Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka hutang yang dimiliki perusahaan semakin
besar. Total hutang semakin besar berarti rasio financial atau rasio kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi.
Dan sebaliknya apabila debt ratio semakin kecil maka hutang yang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil dan ini berarti risiko financial
perusahaan mengembalikan pinjaman juga semakin kecil. Hasil dari tabel diatas menunjukkan bahwa, nilai debt ratio tiga
dari empat bank umum syariah yaitu BCA Syariah, Bank Mega Syariah
49 dan Bank Bukopin Syariah setiap tahunnya semakin kecil, artinya hutang
yang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil dan risiko financial perusahaan mengembalikan pinjaman juga semakin kecil. Sedangkan
Bank Panin Syariah setiap tahunnya nilai debt ratio semakin tinggi dan baru mengalami penurunan pada tahun 2015. Namun hal ini tidak
menunjukkan bahwa Bank Panin Syariah masuk ke dalam kategori perusahaan yang tidak baik, karena lebih dari 50 pendanaan pada Bank
Panin Syariah masih dibiayai oleh modal sendiri. 3
Aset lancarKewajiban lancar X3 Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan nilai Current Ratio
yang telah dimiliki oleh bank umum syariah periode 2012-2015 :
Tabel 4.3 Hasil
Current Ratio Bank Umum Syariah
No. Bank Umum Syariah
Tahun Dalam 2012
2013 2014
2015
1. BCA Syariah
618.83 740.87
898.50 1084.58
2. Bank Mega Syariah
391.19 483.05
335.13 583.82
3. Bank Bukopin Syariah 106.04
441.58 653.95
722.18 4.
Bank Panin Syariah 1041.47
1022.75 704.08
857.12
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan hasil dari tabel diatas menunjukkan bahwa 2 dari 4 bank umum syariah yang mengalami kenaikkan nilai current ratio setiap
tahunnya selama kurun waktu empat tahun hanya ada pada BCA Syariah
50 dan Bukopin Syariah. Kedua bank umum syariah lainnya bersifat
fluktuatif disetiap tahunnya. Pada tahun 2012 nilai tertinggi ada pada Bank Panin Syariah
sebesar 1041.47 artinya, jumlah asset lancar sebanyak 1041.47 kali dari hutang lancar. Namun, Bank Panin Syariah mengalami penurunan
pada tahun 2014 dengan nilai sebesar 704.08 artinya, jumlah asset lancar sebanyak 704.08 kali saja dari hutang lancar. Pada akhir periode 2015
Bank Panin Syariah mengalami kenaikkan dari tahun sebelumnya dengan nilai 857.12. Sedangkan Bank Mega Syariah mengalami kenaikan dan
penurunan disetiap tahunnya. Jika rata-rata industri untuk current ratio adalah dua kali, maka
keadaan bank umum syariah selama kurun waktu empat tahun berada dalam kondisi baik. Karena disetiap tahun nilai rasio bank umum syariah
berada diatas nilai rata-rata industri.
B. Proses dan Hasil Analisis Data X-Score