27 kemungkinan tersebut.
3 Pemerintah
Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut dan
pemerintah mempunyai badan- badan usaha yang harus selalu diawasi. Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda
kebangkrutan lebih awal supaya tindakan- tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.
4 Akuntan
Akuntan mempunyai
kepentingan terhadap
informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan
going concern suatu perusahaan. 5
Manajemen Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan lebih awal
maka tindakan- tindakan penghematan bisa dilakukan yang berkaitan dengan munculnya biaya kebangkrutan.misalnya dengan merger atau
restrukturisasi keuangan
sehingga biaya
kebangkrutan bisa
dihindari.Hanafi dan halim, 2000: 261.
D. Financial Distress
Kondisi financial distress perusahaan didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi di mana mengalami laba bersih net profit negatif
selama beberapa tahun, dan hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk
28 memenuhi kewajiban perusahaan Insolvency. Insolvency dapat dibedakan
dalam 2 kategori, yaitu: 1.
Technical Insolvency Bersifat sementara dan munculnya karena perusahaan kekurangan
kas untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek. 2.
Bankruptcy Insolvency Bersifat lebih serius dan munculnya ketika total nilai hutang
melebihi nilai total aset perusahaan atau nilai ekuitas perusahaan negatif. Banyak faktor yang dapat menyebabkan perusahaan menghadapi
financial distress yaitu antara lain kenaikan biaya operasi, ekspansi berlebihan, ketinggalan teknologi, kondisi persaingan, kondisi ekonomi,
kelemahan manajemen perusahaan dan penurunan aktifitas perdagangan industri. Dalam kondisi ekonomi yang tidak buruk, kebanyakan
perusahaan yang mengalami financial distress adalah akibat dari kelemahan manajemen.
E. Model Zmijewski X-Score
Zmijewski 1984 mensyaratkan satu hal yang krusial. Proporsi dari sampel dan populasi harus ditentukan di awal, sehingga didapat besaran
frekuensi prediksi financial distress perusahaan. Frekuensi ini diperoleh dengan membagi jumlah sampel yang mengalami financial distress dengan
jumlah sampel keseluruhan. Berdasarkan metode tersebut, maka Zmijewski 1984 menghasilkan model sebagai berikut:
29 Dimana :
X1 ROA = Laba bersihTotal aset X2 Debt Ratio TLTA = Total kewajibanTotal aset
X3 Current Ratio = Aset lancarKewajiban lancar Model Zmijewski memiliki nilai cut off sebesar 0, artinya jika skor
perusahaan kurang dari 0, maka perusahaan tersebut masuk dalam non financial distress. Sebaliknya, jika skornya lebih dari 0, maka perusahaan
diprediksi mengalami financial distress. Zmijewski 1984 telah mengukur akurasi modelnya sendiri, dan mendapatkan nilai akurasi 94,9.
14
Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai standar yang ditetapkan Zmijewski yaitu:
a. Jika nilai Z 0 maka perusahaan diprediksi sebagai perusahaan
yang sehat tidak berpotensi bangkrut. b.
Jika nilai Z 0 maka perusahaan diprediksi sebagai perusahaan yang berpotensi akan mengalami kebangkrutan.
14
Aprilia Safitri dan Ulil Hartono, “Uji Penerapan Prediksi Financial Distress Altman, Springate, Olhson dan Zmijewski Pada Perusahaan Sektor Keuang
an Di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 2 No 2, April 2014, hlm. 334.
30
F. Penelitian Terdahulu