50 dan Bukopin Syariah. Kedua bank umum syariah lainnya bersifat
fluktuatif disetiap tahunnya. Pada tahun 2012 nilai tertinggi ada pada Bank Panin Syariah
sebesar 1041.47 artinya, jumlah asset lancar sebanyak 1041.47 kali dari hutang lancar. Namun, Bank Panin Syariah mengalami penurunan
pada tahun 2014 dengan nilai sebesar 704.08 artinya, jumlah asset lancar sebanyak 704.08 kali saja dari hutang lancar. Pada akhir periode 2015
Bank Panin Syariah mengalami kenaikkan dari tahun sebelumnya dengan nilai 857.12. Sedangkan Bank Mega Syariah mengalami kenaikan dan
penurunan disetiap tahunnya. Jika rata-rata industri untuk current ratio adalah dua kali, maka
keadaan bank umum syariah selama kurun waktu empat tahun berada dalam kondisi baik. Karena disetiap tahun nilai rasio bank umum syariah
berada diatas nilai rata-rata industri.
B. Proses dan Hasil Analisis Data X-Score
Setelah diperoleh nilai-nilai rasio keuangan masing-masing perusahaan, maka langkah penelitian selanjutnya adalah melakukan
perhitungan X-Score dari hasil interpelasi nila rasio tersebut. Kemudian nilai X-Score tersebut dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan
Zmijewski agar dapat memprediksi kondisi kesehatan keuangan dari masing-masing bank umum syariah. Berdasarkan bank umum syariah
yang diteliti, yaitu BCA Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Bukopin Syariah, dan Bank Panin Syraiah.
51 Untuk mengetahui hasil nilai X-Score, rumus yang digunakan
adalah :
Dimana : X1 ROA = Laba bersihTotal aset
X2 Debt Ratio TLTA = Total kewajibanTotal aset X3 Current Ratio = Aset lancarKewajiban lancar
Zmijewski 1984 menyatakan bahwa perusahaan dianggap bangkrut jika probabilitasnya lebih besar dari 0 dengan kata lain, nilai X
nya adalah 0. Maka dari itu, nilai Cut-Off yang berlaku dalam model ini adalah 0. Hal ini berarti perusahaan yang nilai X-nya lebih besar dari atau
sama dengan 0 diprediksi akan mengalami Financial Distress di masa depan. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki nilai X lebih kecil dari 0
diprediksi tidak akan mengalami Financial Distress. Zmijewski 1984 telah mengukur akurasi modelnya sendiri, dan mendapatkan nilai akurasi
94,9.
52
Tabel 4.4 Nilai Cut Off Model Zmijewski
Nilai Skor Katerangan
Z 0 Menunjukkan perusahaan mengalami kesulitan keuangan
dan beresiko tinggi yang mengarah pada kebangkrutan Z 0
Menunjukkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat dan tidak berisiko pada kebangkrutan
Setelah menghitung variabel kemudian dimasukkan ke dalam rumus X-Score. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil nilai X-
Score yang dimiliki oleh bank umum syariah selama periode 2012-2015.
53
Tabel 4.5 Hasil X-Score Bank Umum Syariah
No. Bank Umum Syariah
X-Score Rata-rata Prediksi
2012 2013
2014 2015
1. BCA Syariah
-10.143 -11.505 -13.218 -15.179 -12.511
Aman 2.
Bank Mega Syariah -7.394
-8.563 -7.164
-9.740 -8.215
Aman 3.
Bank Bukopin Syariah -0.882 -7.974
-10.482 -11.228 -7.641
Aman 4.
Bank Panin Syariah -14.751 -14.512 -11.112 -12.763
-13.284 Aman
Sumber : Data Diolah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai X-Score pada Bank Umum Syariah pada periode tahun penelitian 2012-2015 tidak
menunjukkan kriteria dari model Zmijewski X-Score masuk kedalam kategori buruk yang berarti perusahaan akan mengalami kebangkrutan.
Hasil dari data diatas nilai X-Score dari masing-masing bank umum syariah dibawah nilai cut off yaitu 0, maka bank umum syariah masuk
kedalam kategori aman dan cenderung stabil meskipun nilai X-Score bersifat fluktuatif disetiap tahunnya.
Nilai rata-rata X-Score pada bank umum syariah selama masa penelitian tahun 2012-2015 adalah pada bank BCA Syariah senilai -
12.511, bank Mega Syariah sebesar -8.215, bank Bukopin Syariah dengan nilai -7.641 dan pada bank Panin Syariah sebesar -13.284. Bank umum
syariah tidak mengalami permasalahan keuangan yang berpotensi
54 mengalami kebangkrutan. Hal ini dikarenakan nilai rata-rata X-Score yang
ada pada bank umum syariah menunjukkan nilai X 0 yaitu perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat dan tidak beresiko pada kebangkrutan.
X-Score yang baik biasanya juga ditandai dengan rasio solvabilitas yang baik, yakni kemampuan perusahaan membayar seluruh kewajibannya, baik
jangka pendek maupun jangka panjang.
C. Interpretasi Hasil Penelitian