a 14.31 a ab 0.22 a 0.23 b 0.24 ab 0.23 Pembahasan

17 Tabel 5. Pengaruh penambahan pupuk standar dan kombinasi dengan pupuk organik terhadap rataan bobot tongkol jagung dengan kelobot dan bobot brangkasan jagung per petak dan per hektar Perlakuan Bobot tongkol jagung dengan kelobot Bobot brangkasan jagung Bobot tongkol jagung dengan kelobot Bobot brangkasan jagung ……. kgpetak ……. ……. tha ……. Kontrol

3.00 b 2.50 b

2.50 b 2.08 b

Standar 14.33 a

16.33 a 11.94 a

13.61 a

0.5 S + 1 PO 15.67 a

14.33 a 13.06 a

11.94 a

0.5 S + 1.5 PO 13.83 a

14.33 a 11.53 a

11.94 a

0.75 S + 1 PO 15.83 a

15.83 a 13.19 a

13.19 a

0.75 S + 1.5 PO 15.33 a

15.50 a 12.78 a

12.92 a

1 S + 1 PO 17.17 a

18.67 a 14.31 a

15.56 a

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT dengan taraf 5. Tabel 5 menunjukkan bahwa rataan bobot tongkol jagung dengan kelobot serta rataan bobot brangkasan pada perlakuan pupuk standar dan kombinasi dengan pupuk organik nyata lebih tinggi daripada kontrol, tetapi antara perlakuan pupuk standar dengan perlakuan kombinasi dengan pupuk organik tidak berbeda nyata Tabel 5. Meskipun secara statistik tidak berbeda, perlakuan 1 S + 1 PO cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain termasuk standar.

4.1.4 Kadar Hara N, P, dan K Daun Jagung Manis

Hasil analisis ragam Tabel Lampiran 18, 19, dan 20 pengaruh pupuk standar dan kombinasi dengan pupuk organik tidak berpengaruh nyata untuk rataan kadar hara N- dan P-daun, sedangkan rataan kadar K-daun berpengaruh nyata. Hasil uji Duncan pada rataan kadar N-, P-, K- daun akibat penambahan pupuk standar dan kombinasi dengan pupuk organik disajikan pada Tabel 6. Penambahan pupuk standar dan kombinasi dengan pupuk organik tidak berpengaruh pada rataan kadar hara N dan P daun, sedangkan rataan kadar K-daun nyata lebih tinggi daripada kontrol, tetapi antara perlakuan pupuk standar dengan perlakuan pupuk organik tidak berbeda nyata Tabel 6. Meskipun secara statistik tidak berbeda, perlakuan 1 S + 1 PO menunjukkan hasil pada rataan kadar N-daun dan perlakuan 0.75 S + 1.5 PO pada hasil rataan kadar P-, dan K-daun cenderung 18 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pemupukan yang lain termasuk terhadap perlakuan standar. Tabel 6. Pengaruh penambahan pupuk standar dan kombinasi dengan pupuk organik terhadap rataan kadar N-, P-, dan K-daun jagung manis Perlakuan N-daun P-daun K-daun ……. ……. Kontrol 1.89 0.212 0.65 c Standar 1.97 0.217 1.61 ab 0.5 S + 1 PO 1.91 0.207 1.12 bc 0.5 S + 1.5 PO 1.91 0.208 1.72 ab 0.75 S + 1 PO 1.93 0.219 1.54 ab 0.75 S + 1.5 PO 2.01 0.244 2.19 a 1 S + 1 PO 2.08 0.221 1.51 ab Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT dengan taraf 5.

4.1.5 Sifat Kimia Tanah setelah Panen

Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan pemupukan berpengaruh nyata pada pH, tetapi tidak berpengaruh pada kadar N-total dan C-organik tanah Tabel Lampiran 21, 22, dan 23. Hasil uji Duncan pada rataan pH tanah dan rataan N- total dan C-organik akibat penambahan pupuk standar dan kombinasi dengan pupuk organik disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Pengaruh penambahan pupuk standar dan kombinasi dengan pupuk organik terhadap rataan pH tanah, N-total tanah, dan C-organik tanah Perlakuan pH N-total Tanah C-organik Tanah ……. …... Kontrol

5.0 ab 0.21

2.54 Standar

4.8 ab 0.22

2.71 0.5 S + 1 PO

5.0 ab 0.23

2.67 0.5 S + 1.5 PO

5.1 a 0.23

2.69 0.75 S + 1 PO

4.7 b 0.24

2.70 0.75 S + 1.5 PO

4.8 ab 0.23

2.73 1 S + 1 PO

4.8 ab 0.23

2.79 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT dengan taraf 5. 19 Pada Tabel 7 Pengaruh perlakuan yang berbeda nyata pada pH tanah hanya pada perlakuan 0.5 S + 1.5 PO nyata lebih tinggi daripada pengaruh perlakuan 0.75 S + 1 PO, sedangkan antar perlakuan lainnya tidak berbeda. Namun, meskipun rataan N-total dan C-organik tanah secara statistik tidak berbeda, penambahan pupuk organik cenderung menghasilkan N-total dan C- organik lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol.

4.1.6 RAE Relative Agronomic Effectiveness

Produksi yang digunakan untuk menghitung RAE adalah bobot tongkol jagung dengan kelobot Tabel 8. Hasil perhitungan RAE untuk setiap perlakuan, diketahui bahwa penambahan pupuk organik yang dikombinasikan dengan dosis anjuran pupuk standar menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan pupuk standar saja, kecuali pada perlakuan 0.5 S + 1.5 PO Tabel 8. Perlakuan 1 S + 1 PO menghasilkan nilai RAE 25 lebih tinggi dibandingkan dengan standar dan lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Oleh karena itu, pemberian pupuk organik efektif dalam meningkatkan produksi. Tabel 8. Pengaruh penambahan pupuk standar dan kombinasi dengan pupuk organik pada produksi bobot tongkol jagung dengan kelobot dan nilai RAE Perlakuan Bobot Tongkol Jagung dengan kelobot tonha RAE Standar 11.94 100 0.5 S + 1 PO 13.06 112 0.5 S + 1.5 PO 11.53 96 0.75 S + 1 PO 13.19 113 0.75 S + 1.5 PO 12.78 109 1 S + 1 PO 14.31 125 Namun demikian, perlakuan 0.5 S + 1.5 PO memberikan hasil RAE lebih rendah daripada perlakuan standar karena pada petak perlakuan 0.5 S + 1.5 PO diulangan kedua hasil bobot tongkol dengan kelobot lebih rendah daripada petak perlakuan 0.5 S + 1.5 PO diulangan satu dan tiga. Hal ini diduga pada petak diulangan kedua mengalami ketidak seimbangan hara atau ada faktor pembatas untuk mendapatkan produksi sebagaimana yang didapat di ulangan 1 dan 3. 20

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan serta analisis di laboratorium, secara umum perlakuan 1 S + 1 PO menunjukkan hasil tertinggi dan nyata lebih tinggi daripada kontrol rataan tinggi tanaman dan produksi jagung serta cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan standar rataan tinggi, produksi, kadar N-tanaman dan C-organik tanah serta nilai RAE 25 lebih tinggi daripada standar, sedangkan pada perlakuan 0.75 S + 1.5 PO menunjukkan rataan kadar P- dan K-daun lebih tinggi daripada kontrol dan standar. Meskipun dosis pupuk anorganik lebih rendah daripada dosis standar, penambahan pupuk organik masih dapat memberikan hasil yang cenderung lebih tinggi daripada perlakuan kontrol dan standar. Hasil penelitian menunjukkan kontrol tanpa pemberian pupuk memiliki tinggi serta produksi tanaman jagung, kadar NPK daun serta analisis tanah setelah panen paling rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini membuktikan bahwa tanaman membutuhkan unsur hara, khususnya NPK dalam jumlah cukup selama pertumbuhannya. Tanaman membutuhkan 16 unsur hara untuk pertumbuhan, yaitu: hara C, H, O, N, P, dan K diperlukan dalam jumlah banyak, hara Ca, Mg, dan S diperlukan dalam jumlah sedang, serta hara Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl diperlukan dalam jumlah sedikit. Hara N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl dapat ditambahkan dengan pemupukan sedangkan C, H, dan O berasal dari air dan udara yang diperoleh dari hasil fotosintesis Leiwakabessy et al., 2003. Penggunaan pupuk anorganik yang dikombinasikan dengan pupuk organik memberikan pengaruh yang baik bagi pertumbuhan dan hasil tanaman, terutama perlakuan kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik dosis rekomendasi atau perlakuan 1 S + 1 PO memberikan hasil yang cenderung lebih tinggi dari pada perlakuan lainnya termasuk standar pupuk anorganik saja. Hal ini diduga karena kondisi tanah yang sangat mendukung bagi perkembangan perakaran maupun proses penyerapan hara pada petakan yang ditambah pupuk organik, selain itu adanya penambahan hara mikro dari pupuk organik diduga menunjang peningkatan pertumbuhanproduksi tanaman, karena kebutuhan hara baik makro maupun mikro relatif tercukupi selama pertumbuhannya, baik yang berasal dari 21 pupuk organik maupun anorganik. Perlakuan 1 S + 1 PO memberikan produksi lebih besar 19.85 2,37 tonha dibandingkan dengan perlakuan standar, dan lebih besar 472.4 11,81 tonha daripada perlakuan kontrol tanpa pemberian pupuk. Hasil ini mendukung penelitian yang menunjukkan bahwa pemberian bahan organik yang dikombinasi dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan produksi tanaman jagung Djuniwati et al., 2003; Banuwa et al., 2008; Idris et al., 2008. Pupuk organik secara umum mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Dengan kondisi tanah yang baik akan menciptakan lingkungan tumbuh yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman, yaitu tercermin pada penampilan tanaman seperti tinggi tanaman, bobot tongkol, serta bobot brangkasan tanaman yang lebih tinggi. Bahan organik yang dikandung oleh pupuk organik mampu memperbaiki sifat fisik memperbaiki struktur dan agregat tanah serta dapat meningkatkan KTK tanah sehingga mampu menyimpan unsur hara anorganik dan menyediakan pada saat tanaman memerlukannya Yunus, 1991. Dengan penambahan bahan organik maka sifat pupuk anorganik urea dan KCl yang mudah hilang akan diperkecil karena pupuk organik mampu mengikat unsur hara dan menyediakan unsur hara sesuai kebutuhannya, sehingga dengan adanya pupuk organik efektifitas dan efisiensi pemupukan menjadi lebih tinggi. 22 V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan