Lokasi dan Waktu Alat dan Bahan Rancangan Percobaan

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, selama 4 bulan mulai dari bulan Juni hingga September 2012. Namun, pengamatan secara visual masih dilakukan sampai bulan Desember 2012.

3.2 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini untuk membuat media adalah timbangan, botol kultur, oven, alumunium foil, karet gelang, pH meter, timbangan analitik, labu erlenmeyer, gelas piala, gelas ukur, pengaduk, pipet, pipet volumetrik, magnetik stirer, kompor, panci, timmer dan autoclave. Peralatan yang dibutuhkan untuk subkultur penanaman antara lain pinset, scalpel, laminar air flow cabinet, api spiritus, gunting, handsprayer, tisu kapas, cawan petri, wrap plastic, jas laboratorium, masker, serta rak-rak untuk menempatkan botol kultur. Selain itu, diperlukan alat selama pengamatan antara lain alat tulis, tally sheet, dan kamera. Media dasar berfungsi sebagai suplai nutrisi bagi eksplan. Media dasar yang digunakan adalah Murashige dan Skoog MS Lampiran 3. Bahan yang dibutuhkan untuk membuat media MS adalah unsur makro, mikro dan vitamin. Jenis media tanam berupa gel padat, menggunakan agar-agar khusus yang tidak berwarna dan bersifat netral gelrite. Gula digunakan sebagai cadangan makanan dan aquades sebagai pelarut seluruh media. Zat pengatur tumbuh yang digunakan adalah BAP Benzyl Adenin Purin dengan taraf 1 mgl, 2 mgl, dan 3 mgl, serta NAA Naphtalena Acetic Acid dengan konsentrasi 0.25 mgl, 0.5 mgl, dan 0.75 mgl. Selain itu, dibutuhkan HCl dan KOH untuk mendapatkan pH yang sesuai dalam pembuatan media. Bahan tanaman yang digunakan adalah kalus suweg JW 383 koleksi Laboratorium Kultur Jaringan PKT Kebun Raya Bogor dalam media MS 0 hasil kultur sebelumnya.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Sterilisasi alat

Alat-alat yang akan digunakan dalam kegiatan kultur jaringan seperti botol kultur, pinset, scalpel, cawan petri, pipet, pengaduk, gelas piala, labu takar dicuci bersih menggunakan sabun cair. Kemudian, alat-alat yang digunakan dalam penanaman disterilisasi dengan membungkus alat-alat tersebut menggunakan kertas tebal dan selanjutnya semua alat-alat tersebut dimasukkan ke dalam oven selama kurang lebih 24 jam.

3.3.2 Sterilisasi lingkungan kerja

Pembersihan laboratorium dilakukan setiap hari dengan membersihkan lantai. Pengepelan dan penyemprotan rak kultur dengan alkohol juga dilakukan secara berkala. Pembersihan tempat kerja laminar air flow cabinet dapat dilakukan dengan mengelap permukaan atau meja kerja menggunakan kapas atau tisu yang telah disemprot alkohol 70. Lalu, sebelum dan selama pemakaian, blower atau peniup udara dalam laminar air flow cabinet harus dinyalakan untuk menghindari adanya kontaminan yang masuk ke dalam botol kultur ketika penanaman. Kemudian sebelum melakukan pekerjaan maka dilakukan penyemprotan dengan alkohol 70 terhadap kedua telapak tangan, botol kultur, ataupun alat-alat yang akan digunakan dalam penanaman.

3.3.3 Pembuatan media tanam

Pembuatan media tanam dilakukan dengan mencampur seluruh bahan yang sudah ditimbang ke dalam satu liter aquades, kemudian diaduk hingga merata. Langkah selanjutnya mengukur pH menggunakan pH meter, hingga didapatkan pH ±5.7. Kemudian masukkan agar gelrite 2.01 gramliter dan panaskan hingga mendidih, selama proses pemanasan larutan harus tetap diaduk agar semua bahan tercampur dengan sempurna. Pemberian BAP dan NAA sesuai dengan taraf yang direncanakan, larutan BAP yang digunakan adalah 0 mgl, 1 mgl, 2 mgl dan 3 mgl, sedangkan NAA yang digunakan adalah 0 mgl, 0.25 mgl, 0.5 mgl, dan 0.75 mgl. Pencampuran antara media dasar dengan hormon diaduk hingga merata. Penuangan dilakukan menggunakan wadah tuang yang berujung lancip untuk memudahkan masuknya larutan ke dalam botol. Volume penuangan kurang lebih 15 ml setiap botol. Botol yang telah terisi media segera ditutup menggunakan alumunium foil dengan ukuran 10 cm x 10 cm kemudian ikat dengan karet untuk mencegah kontaminasi, pengikatan dengan karet sebaiknya tidak terlalu rapat untuk mencegah pecahnya tutup botol saat proses sterilisasi dengan tekanan dan suhu tinggi. Proses sterilisasi media dilakukan menggunakan autoclave pada suhu 121 ⁰C -126⁰C dan tekanan 1.5 atm selama 15 menit. Media yang sudah steril ditempatkan pada ruang media kemudian disimpan selama 3 hari untuk memastikan media tidak mengalami kontaminasi.

3.3.4 Penanaman Subkultur

Penanaman eksplan suweg dilakukan di dalam laminar air flow cabinet. Eksplan berupa kalus kemudian dipotong dan dimasukkan ke dalam botol kuljar yang sudah terdapat media perlakuan. Setelah selesai penanaman eksplan, botol kultur diletakan pada rak di ruang kultur.

3.4 Rancangan Percobaan

Percobaan ini dilakukan pada tahap subkultur dengan jenis eksplan kalus. Adapun rancangan percobaan ini dirancang dengan menggunakan percobaan faktorial dua faktor dengan dasar rancangan acak lengkap RAL. Faktor pertama adalah konsentrasi BAP dengan empat taraf yaitu 0 mgl, 1 mgl, 2 mgl, dan 3 mgl. Faktor yang kedua yakni konsentrasi NAA dengan empat taraf yaitu 0 mgl, 0.25 mgl, 0.5 mgl, dan 0.75 mgl. Dengan demikian terdapat 4 2 = 16 perlakuan dan setiap perlakuan terdiri dari tiga ulangan sehingga seluruhnya terdapat 240 satuan percobaan. Setiap ulangan terdiri dari lima botol yang berisi satu eksplan. Berikut merupakan gambaran interaksi antar faktor dari percobaan yang dilaksanakan : Tabel 1 Interaksi faktor jenis zat pengatur tumbuh dengan konsentrasinya BAP mgl NAA mgl

0.25 0.5

0.75 A1 A2 A3 A4 1 A5 A6 A7 A8 2 A9 A10 A11 A12 3 A13 A14 A15 A16 Keterangan: A1= Kontrol

3.5 Pengambilan Data

Dokumen yang terkait

Pengaruh Berbagai Level Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L Dan Pupuk Kandang Domba Terhadap Produksi Dan Pertumbuhan Legum Stylo (Stylosanthes Gractlis)

0 34 66

Pengaruh Pemberian Pupuk Stadya Daun Dan Zat Pengatur Tumbuh Atonik 6,5 L Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma Cacao L.)

0 41 96

Pengaruh Berbagai Level Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L dan Pupuk Kandang Domba Terhadap Kualitas Legum Stylo (Stylosanthes gracilis)

1 56 64

Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik dan Dosis Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jahe Muda (Zingiber officinale Rosc.)

4 51 92

Komposisi Media Pembibitan tl-m Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L Mempengaruhi Pertumbuhan Bibit Enten Tanaman Durian (Durio zibhethinus M u n*) Dibawah Naungan Tanaman Pepaya.

0 61 50

Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Akar Dan Media Tanam Terhadap Keberhasilan Dan Pertumbuhan Setek Kamboja Jepang (Adenium Obesum)

8 73 80

Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Asam Giberelat (GA3) dan Pupuk NPK pada Penyambungan Tanaman Mangga (Mangifera indica L.)

3 30 93

Pengaruh Gibberellin (GA3) dan Ukuran Umbi terhadap Pembuangan Tanaman Suweg (Amorphophallus paeoniifolius) Dennst. Nicolson

0 3 72

Perbanyakan Iles-Iles (Amorphophallus mulleri Blume) Secara Kultur In-Vitro Dengan Pemberian Zat Pengatur Tumbuh NAA (Naphtalene Acetic Acid) dan BAP (6-Benzylaminopurin)

0 23 75

Pemupukan tanaman Suweg (amorphophallus paeoniifolius (dennst.) Nicolson) Dan iles-iles (amorphophallus muelleri blume.) Pada sistem tumpangsari

0 5 90