Warna kalus Pengaruh Pemberian BAP dan NAA

kultur bagian bawah kemudian menjadi kecoklatan di sekitar eksplan dan seluruh media kultur Gambar 4c. Selain itu, menurut Santoso dan Nursandi 2001 pencoklatan browning terjadi karena media dan suplemen media yang beragam, penggunaan bahan sterilisasi, pengirisan, dan penggunaan api. a b c Gambar 4 Kondisi eksplan a Kontaminasi oleh bakteri, b Kontaminasi oleh jamur, dan c Pencoklatan browning.

4.2 Pengaruh Pemberian BAP dan NAA

Pemberian BAP dan NAA mempengaruhi keberhasilan hidup eksplan terhadap warna kalus, tekstur kalus, jumlah akar, dan jumlah tunas.

4.2.1 Warna kalus

Pemilihan kalus tidak dilakukan berdasarkan warna kalus, karena warna kalus tidak menunjukkan keadaan kalus tersebut mati atau hidup. Warna awal eksplan ketika penanaman terdiri dari satu warna dan kombinasi warna Gambar 5. a b c d Gambar 5 Warna eksplan pada awal penanaman a Cokelat tua, b Putih, c Hijau muda, dan d Kombinasi cokelat dan hijau muda. Media kontrol 0 mgl BAP + 0 mgl NAA memberikan perubahan warna yang tidak jauh berbeda dengan warna kalus saat awal penanaman. Perubahan warna pada media kontrol terjadi pada 5 MST. Awal penanaman kalus berwarna cokelat muda, di tengah pengamatan menjadi warna cokelat tua dan cokelat muda hingga akhir pengamatan berwarna cokelat tua Gambar 6. a b Gambar 6 Warna eksplan pada a 5 MST dan b 12 MST. Eksplan pada perlakuan tanpa BAP pada umumnya menghasilkan warna cokelat muda dan tua. Sedangkan Eksplan dengan 1 mgl BAP + 0.25 mgl NAA, 2 mgl BAP + 0.5 mgl NAA, dan 3 mgl BAP + 0.75 mgl NAA menghasilkan warna yang beragam yang menunjukkan adanya pertumbuhan sifat-sifat embriogenik Gambar 7 . Hal ini dapat terjadi karena BAP berfungsi untuk pembelahan sel, sehingga berpengaruh terhadap morfogenesis kalus baru Santoso Nursandi 2001. Menurut Zulkarnain dan Lizawati 2011 warna kalus didominasi oleh warna putih,kuning muda, krem dan coklat yang menandakan adanya indikasi sifat-sifat embriogenik yang mengarah kepada perkembangan embrio somatik. Pada penelitian Zulkarnain dan Lizawati 2011 ditemukan kalus berwarna hitam maka kalus tersebut mati. Namun, pada hasil pengamatan kalus suweg berwarna hitam tidak dapat diidentifikasi sebagai kalus mati karena warna kalus yang hitam masih dapat tumbuh yang dicirikan dengan perubahan warna di waktu selanjutnya. Kalus suweg dikatakan mati jika kalus tersebut lembek dan mengempis jika ditekan. a b Gambar 7 Eksplan pada perlakuan a 0 mgl BAP + 0.5 mgl NAA, dan b 3 mgl BAP + 0.75 mgl NAA. Kemampuan eksplan dalam menyerap makanan berbeda tergantung dari umur kalus, kalus yang digunakan dalam penelitian merupakan hasil subkultur sebelumnya sehingga umurnya berbeda-beda. Semakin lama umur eksplan maka semakin banyak membutuhkan makanan dan fasenya berbeda. Peletakan botol eksplan disimpan dalam rak secara memanjang dan dalam ruang kultur terdapat air conditioner AC untuk mengatur suhu. Botol eksplan yang diletakan dekat AC dengan suhu ± 24 C warna eksplan kebanyakan menjadi cokelat tua dan hitam. Sedangkan eksplan yang diletakkan jauh dari AC menghasilkan warna eksplan yang bervariasi antara lain cokelat muda, hijau muda, pink dan putih. Pada suhu ruang 28 C - 30 C, warna eksplan lebih bervariasi seperti putih, merah muda, cokelat muda, dan hijau muda. Hal ini dimungkinkan karena suweg dapat hidup di alam dengan suhu antara 25-35 C Deptan 2002.

4.2.2 Tekstur kalus

Dokumen yang terkait

Pengaruh Berbagai Level Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L Dan Pupuk Kandang Domba Terhadap Produksi Dan Pertumbuhan Legum Stylo (Stylosanthes Gractlis)

0 34 66

Pengaruh Pemberian Pupuk Stadya Daun Dan Zat Pengatur Tumbuh Atonik 6,5 L Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma Cacao L.)

0 41 96

Pengaruh Berbagai Level Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L dan Pupuk Kandang Domba Terhadap Kualitas Legum Stylo (Stylosanthes gracilis)

1 56 64

Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik dan Dosis Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jahe Muda (Zingiber officinale Rosc.)

4 51 92

Komposisi Media Pembibitan tl-m Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L Mempengaruhi Pertumbuhan Bibit Enten Tanaman Durian (Durio zibhethinus M u n*) Dibawah Naungan Tanaman Pepaya.

0 61 50

Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Akar Dan Media Tanam Terhadap Keberhasilan Dan Pertumbuhan Setek Kamboja Jepang (Adenium Obesum)

8 73 80

Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Asam Giberelat (GA3) dan Pupuk NPK pada Penyambungan Tanaman Mangga (Mangifera indica L.)

3 30 93

Pengaruh Gibberellin (GA3) dan Ukuran Umbi terhadap Pembuangan Tanaman Suweg (Amorphophallus paeoniifolius) Dennst. Nicolson

0 3 72

Perbanyakan Iles-Iles (Amorphophallus mulleri Blume) Secara Kultur In-Vitro Dengan Pemberian Zat Pengatur Tumbuh NAA (Naphtalene Acetic Acid) dan BAP (6-Benzylaminopurin)

0 23 75

Pemupukan tanaman Suweg (amorphophallus paeoniifolius (dennst.) Nicolson) Dan iles-iles (amorphophallus muelleri blume.) Pada sistem tumpangsari

0 5 90