Kultur Jaringan Karakteristik BAP dan NAA

Adapun tujuan yang diperoleh dari kultur kalus menurut Santoso dan Nursandi 2001, yaitu: 1. Menjamin kesinambungan kerja kultur 2. Sebagai upaya konservasi penyedia bank plasma nutfah yang efisien 3. Memproduksi senyawa metabolit sekunder.

2.2.3 Manfaat kultur jaringan

Manfaat kultur jaringan yang utama adalah menghasilkan tanaman dengan sifat fisiologis dan morfologi sama dengan induknya dalam jumlah banyak dan waktu relatif singkat. Menurut Santoso dan Nursandi 2001 manfaat kultur jaringan adalah 1 didapatkannya tanaman mutan yang penting dalam studi genetik 2 mendapatkan tanaman yang bebas dan bahkan tahan terhadap serangan bakteri dan virus 3 usaha produksi senyawa metabolit melalui kultur kalus terutama untuk senyawa metabolit penting. Menurut Zulkarnain 2009 manfaat kultur jaringan sebagai pelestarian plasma nutfah, memproduksi tanaman sepanjang tahun, dan memperbanyak tanaman yang sulit diperbanyak secara vegetatif konvensional seperti stek maupun cangkok.

2.3 Kultur Jaringan

Amorphophallus Penelitian mengenai kultur jaringan Amorphophallus yang telah dilakukan diantaranya oleh Hu dan Li 2007, Imelda et.al 2008, Mayasari 2007, dan Isnaini et al. 2012. Hu dan Li 2007 melakukan mikropropagasi A. albus dengan menggunakan zat pengatur tumbuh 0.5 mgl NAA dan 2.0 mgl BA, kalus menjadi padat setelah tujuh hari, dan tiga minggu kemudian muncul bakal tunas. Bakal tunas Amorphophallus muelleri berawal dari pembengkakan pada kalus yang membentuk tonjolan-tonjolan Imelda et al. 2008. Jumlah tunas dengan perpanjangan yang cepat dihasilkan pada media MS dengan penambahan BAP dan NAA walau jumlah tunas sedikit. Kombinasi 0.2 NAA mgl dan 2 mgl BAP menghasilkan 15 tunas. Perbanyakan iles-iles Amorphophallus mulleri Blume secara kultur in vitro dilakukan oleh Mayasari 2007 dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh NAA Naphtalena Acetic Acid dan BAP 6-Benzylaminopurin menghasilkan tunas sebanyak 111 dari 39 eksplan. Namun, penggunaan tunggal BAP 1.5 mgl menghasilkan jumlah tunas yang banyak yaitu sebesar 2.20. Selain itu, ZPT NAA 0.2 mgl dan BAP 1.5 mgl merupakan kombinasi terbaik untuk pertumbuhan kalus iles-iles yaitu sebesar 42.68 dengan jumlah 6 eksplan yang berkalus. Penelitian Amorphophallus dilakukan oleh Isnaini et al. 2012 dengan sumber eksplan berasal dari urat daun muda untuk perbanyakan famili Araceae terhadap Amorphophallus muelleri, A. paeoniifolius, dan A. variabilis. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, bakal tunas muncul pada minggu ke 11 setelah inkubasi untuk A. paeoniifolius JW 386b dan diikuti oleh A. muelleri JW 384 dengan sebelumnya membentuk kalus. Menurut Isnaini dan Yuzammi 2012 media MS dengan penambahan BAP 2 mgl dan NAA 0.5 mgl merupakan media terbaik untuk penggandaan tunas suweg, tetapi jumlah tunas yang dihasilkan belum optimal.

2.4 Karakteristik BAP dan NAA

Auksin didefinisikan sebagai zat tumbuh yang mendorong elongasi jaringan koleoptil pada percobaan-percobaan bio-assay dengan avena atau tanaman lainnya Wattimena 1988. NAA Naphtalena Acetic Acid adalah auksin sintetik yang memiliki keaktifan biologis seperti IAA, digunakan untuk pertumbuhan akar. Menurut Wattimena 1988, aktivitas auksin sintetik dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1. Kesanggupan senyawa tersebut untuk dapat menembus lapisan kutikula atau epidermis yang berlilin 2. Sifat translokasi di dalam tanaman 3. Pengubahan auksin menjadi senyawa yang tidak aktif di dalam tanaman destruksi atau pengikatan 4. Berinteraksi dengan hormon tumbuh lainnya 5. Spesies tanaman 6. Fase pertumbuhan 7. Lingkungan suhu, radiasi, dan kelembaban. NAA Naphtalena Acetic Acid merupakan auksin sintesis yang digunakan untuk meningkatkan pemanjangan sel, pembelahan sel, dan pembentukan akar adventif Zulkarnain 2009. Auksin berasal dari bahasa Yunani auxein yang berarti meningkatkan. Menurut Santoso dan Nursandi 2001 auksin dalam kultur in vitro dikenal untuk menginduksi terjadinya kalus, mendorong proses morfogenesis kalus membentuk akar atau tunas, mendorong embriogenesis, dan mempengaruhi kestabilan genetik sel tanaman. Sitokinin mempengaruhi proses fisiologi tanaman yaitu mendorong pembelahan sel sehingga aktivitas ini menggolongkan suatu zat menjadi kriteria utama sitokinin Wattimena 1988. Salah satu jenis sitokinin sintetik yaitu BAP Benzyl Amino Purin berperan untuk memacu pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur jaringan Santoso Nursandi 2001. Aktivitas utama sitokinin adalah sitokinesis atau pembelahan sel. Aktivitas ini yang menjadi kriteria utama untuk menggolongkan suatu zat pengatur tumbuh ke dalam sitokinin Wattimena 1988. Peranan sitokinin penting dalam kultur in vitro untuk menginduksi perkembangan dan pertumbuhan eksplan. BAP merupakan salah satu jenis sitokinin sintetik yang banyak digunakan dalam kultur in vitro. Interaksi antara sitokinin dan auksin dalam kultur in vitro terjadi untuk menginteraksikan senyawa-senyawa kimia dan dipengaruhi oleh lingkungan seperti cahaya dan suhu. Inisiasi akar, embriogenesis, dan induksi pembentukan kalus umumnya terjadi bila terdapat rasio yang tinggi antara auksin dan sitokinin.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, selama 4 bulan mulai dari bulan Juni hingga

Dokumen yang terkait

Pengaruh Berbagai Level Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L Dan Pupuk Kandang Domba Terhadap Produksi Dan Pertumbuhan Legum Stylo (Stylosanthes Gractlis)

0 34 66

Pengaruh Pemberian Pupuk Stadya Daun Dan Zat Pengatur Tumbuh Atonik 6,5 L Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma Cacao L.)

0 41 96

Pengaruh Berbagai Level Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L dan Pupuk Kandang Domba Terhadap Kualitas Legum Stylo (Stylosanthes gracilis)

1 56 64

Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik dan Dosis Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jahe Muda (Zingiber officinale Rosc.)

4 51 92

Komposisi Media Pembibitan tl-m Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L Mempengaruhi Pertumbuhan Bibit Enten Tanaman Durian (Durio zibhethinus M u n*) Dibawah Naungan Tanaman Pepaya.

0 61 50

Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Akar Dan Media Tanam Terhadap Keberhasilan Dan Pertumbuhan Setek Kamboja Jepang (Adenium Obesum)

8 73 80

Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Asam Giberelat (GA3) dan Pupuk NPK pada Penyambungan Tanaman Mangga (Mangifera indica L.)

3 30 93

Pengaruh Gibberellin (GA3) dan Ukuran Umbi terhadap Pembuangan Tanaman Suweg (Amorphophallus paeoniifolius) Dennst. Nicolson

0 3 72

Perbanyakan Iles-Iles (Amorphophallus mulleri Blume) Secara Kultur In-Vitro Dengan Pemberian Zat Pengatur Tumbuh NAA (Naphtalene Acetic Acid) dan BAP (6-Benzylaminopurin)

0 23 75

Pemupukan tanaman Suweg (amorphophallus paeoniifolius (dennst.) Nicolson) Dan iles-iles (amorphophallus muelleri blume.) Pada sistem tumpangsari

0 5 90