Tingkat Keberhasilan Kultur dan Gangguannya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tingkat Keberhasilan Kultur dan Gangguannya

Penanaman eksplan atau subkultur dilakukan secara bertahap dengan tiga kali ulangan dalam setiap perlakuan. Setiap ulangan terdiri dari 5 eksplan pada setiap perlakuan. Perlakuan yang digunakan sejumlah 16 sehingga terdapat 80 eksplan setiap ulangan, dan total eksplan yang diamati adalah 240 eksplan. Selama pengamatan 12 minggu terhadap kalus suweg diperoleh keberhasilan eksplan hidup sebesar 94.17 atau 226 eksplan. Gangguan pada kultur jaringan sering terjadi akibat media kultur, eksplan dan lingkungan yang kurang steril. Gangguan tersebut dapat mengakibatkan kontaminasi dan pencoklatan browning. Kontaminasi yang ditemukan dalam penelitian terdiri dari kontaminasi oleh jamur dan bakteri. Kontaminasi oleh bakteri dan jamur sebesar 2.08 atau 5 eksplan, serta pencoklatan browning sebesar 3.75 atau sebanyak 9 eksplan. Kontaminasi oleh bakteri memiliki ciri yaitu adanya cairan berwarna bening seperti lendir Gambar 4a. Kontaminasi oleh bakteri sulit untuk ditangani karena belum diketahui jenis bakterinya dan sulit untuk mempertahankan jaringan untuk tetap hidup Mayasari 2007. Kontaminasi oleh jamur dicirikan dengan adanya bintik-bintik hitam disekitar eksplan kemudian terdapat benang-benang halus berwarna putih di sekitar eksplan Gambar 4b. Kontaminasi ini terjadi diduga karena kurang sterilnya lingkungan kerja saat penanaman dan jenis media kultur. Santoso dan Nursandi 2001 menyatakan bahwa kontaminasi dapat terjadi jika semakin kaya komponen unsur hara suatu media maka semakin besar peluang kontaminasi. Murasighe dan Skoog MS merupakan media kaya komponen unsur hara yang digunakan pada penelitian sehingga potensi kontaminasi semakin besar terjadi. Pencoklatan browning merupakan kejadian yang mungkin terjadi dalam kultur jaringan. Pencoklatan browning terjadi pada 8 minggu setelah tanam MST terhadap 9 eksplan. Bagian yang mengalami pencoklatan adalah media kultur bagian bawah kemudian menjadi kecoklatan di sekitar eksplan dan seluruh media kultur Gambar 4c. Selain itu, menurut Santoso dan Nursandi 2001 pencoklatan browning terjadi karena media dan suplemen media yang beragam, penggunaan bahan sterilisasi, pengirisan, dan penggunaan api. a b c Gambar 4 Kondisi eksplan a Kontaminasi oleh bakteri, b Kontaminasi oleh jamur, dan c Pencoklatan browning.

4.2 Pengaruh Pemberian BAP dan NAA

Dokumen yang terkait

Pengaruh Berbagai Level Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L Dan Pupuk Kandang Domba Terhadap Produksi Dan Pertumbuhan Legum Stylo (Stylosanthes Gractlis)

0 34 66

Pengaruh Pemberian Pupuk Stadya Daun Dan Zat Pengatur Tumbuh Atonik 6,5 L Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma Cacao L.)

0 41 96

Pengaruh Berbagai Level Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L dan Pupuk Kandang Domba Terhadap Kualitas Legum Stylo (Stylosanthes gracilis)

1 56 64

Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik dan Dosis Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jahe Muda (Zingiber officinale Rosc.)

4 51 92

Komposisi Media Pembibitan tl-m Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L Mempengaruhi Pertumbuhan Bibit Enten Tanaman Durian (Durio zibhethinus M u n*) Dibawah Naungan Tanaman Pepaya.

0 61 50

Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Akar Dan Media Tanam Terhadap Keberhasilan Dan Pertumbuhan Setek Kamboja Jepang (Adenium Obesum)

8 73 80

Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Asam Giberelat (GA3) dan Pupuk NPK pada Penyambungan Tanaman Mangga (Mangifera indica L.)

3 30 93

Pengaruh Gibberellin (GA3) dan Ukuran Umbi terhadap Pembuangan Tanaman Suweg (Amorphophallus paeoniifolius) Dennst. Nicolson

0 3 72

Perbanyakan Iles-Iles (Amorphophallus mulleri Blume) Secara Kultur In-Vitro Dengan Pemberian Zat Pengatur Tumbuh NAA (Naphtalene Acetic Acid) dan BAP (6-Benzylaminopurin)

0 23 75

Pemupukan tanaman Suweg (amorphophallus paeoniifolius (dennst.) Nicolson) Dan iles-iles (amorphophallus muelleri blume.) Pada sistem tumpangsari

0 5 90