Efektivitas Larutan Madu Manuka UMF 10 dengan Konsentrasi 50% sebagai Obat Kumur terhadap Akumulasi Plak

(1)

EFEKTIVITAS LARUTAN MADU MANUKA UMF 10

DENGAN KONSENTRASI 50% SEBAGAI

OBAT KUMUR TERHADAP

AKUMULASI PLAK

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

OLEH : SHELLY NIM: 100600099

PEMBIMBING: IRMANSYAH RANGKUTI, drg., Ph.D

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia Tahun 2014

Shelly

Efektivitas Larutan Madu Manuka UMF 10 dengan Konsentrasi 50% sebagai Obat Kumur Terhadap Akumulasi Plak

v + 36 halaman

Bahan-bahan natural untuk obat kumur mulai dikembangkan, seperti penggunaan madu Manuka. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa madu Manuka dapat mengurangi pembentukan plak dental dan dapat mengontrol deposit dari biofilm dental karena memiliki komponen antibakteri dan antiplak, yaitu methylglyoxal dan polifenol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya efek larutan madu Manuka UMF 10 dengan konsentrasi 50% sebagai obat kumur terhadap indeks plak. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental ulang (pre-posttest control group design) dengan metode double-blinded study. Tiga puluh dua orang subjek dipilih dari mahasiswa FKG USU angkatan 2012 sesuai kriteria inklusi dan eksklusi, kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan yang diberi obat kumur madu Manuka UMF 10 dengan konsentrasi 50% dan kelompok kontrol yang diberi plasebo. Dilakukan penskeleran terhadap semua subjek kemudian subjek diinstruksikan untuk berkumur dua kali sehari setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam. Pemeriksaan indeks plak dilakukan pada hari ke-1, hari ke-4 dan hari ke-7 menggunakan indeks plak Loe dan Sillness. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji T-tidak berpasangan untuk melihat perbedaan efek antara kelompok perlakuan dan kontrol, Uji Anova dilakukan untuk melihat perbedaan efek antara hari ke-1, 4 dan 7 pada kelompok perlakuan, serta perbedaan efek antara hari ke-1, 4 dan 7 pada kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan peningkatan indeks plak pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dan perbedaannya bermakna secara statistik (p<0.05). Sebagai kesimpulan, madu Manuka UMF 10 dengan konsentrasi 50% sebagai obat kumur memiliki efek terhadap akumulasi plak.


(3)

Faculty of Dentistry

Department of Periodontology Year 2014

Shelly

The Effect of 50% Manuka Honey UMF 10 Solution as a Mouthwash Towards Plaque Accumulation.

v + 36 pages

Natural ingredients for mouthwash was developed, as the use of Manuka honey. Some studies have shown that Manuka honey can reduce the formation of dental plaque and can control the deposit of dental biofilms because it has antibacterial and antiplaque component, such as methylglyoxal and polyphenol. The aim of this study is to determine the effect of 50% Manuka honey UMF 10 solution as a mouthwash towards plaque index. The design of this study is pre-posttest control group design with double

blinded method. Thirty two subjects from USU‟s Faculty of Dentistry students batch 2012 were selected based on inclusion and exclusion criteria. They were divided into two groups. Experimental groups were given 50% Manuka honey UMF 10 solution as a mouthwash dan the control group were given placebo. Scaling were done on all subjects, then the subjects were instructed to use the mouthwash twice daily after brushing their teeth, after breakfast and before bedtime. Loe and Sillness Plaque Index were recorded on day 1, day 4 and day 7. The data was analyzed by using unpaired T-test for the comparison of plaque accumulation between experimental group and control group, while the Anova test was used to see the comparison among day 1, day 4 and day 7 of experimental group, and the comparison among day 1, day 4 and day 7 of control group. The results showed that there are differences in increase of plaque index in experimental group and control group and the differences were statistically significant (p<0.05). As conclusion, 50% Manuka honey UMF 10 as a mouthwash has an effect towards plaque accumulation.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Efektivitas Larutan Madu Manuka UMF 10 dengan Konsentrasi 50%

sebagai Obat Kumur terhadap Akumulasi Plak”, yang merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Pada proses penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segenap keikhlasan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Irmansyah Rangkuti, drg., Ph.D selaku dosen pembimbing dan ketua departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan arahan dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

2. Ayah Andry Chandra dan Ibu Darmawati yang telah memberi perhatian, doa, kasih sayang, dukungan dan semangat kepada penulis.

3. Prof Nazruddin, drg., C.Ort, Ph.D, Sp.Ort selaku dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Dosen penguji proposal dan skripsi, seperti Krisna Murthy Pasaribu, drg., Sp.Perio, Zulkarnain, drg., M.Kes dan Pitu Wulandari, drg., S.Psi, Sp.Perio. 5. Seluruh staf pengajar Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak masukan, saran dan bimbingan kepada penulis.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Kedokteran Gigi USU yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menuntut ilmu.

7. Subjek-subjek penelitian angkatan 2012 yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.


(5)

8. Abang dan kakak senior koass di Fakultas Kedokteran Gigi USU, seperti Kak Ilice Collins Wijaya, kak Melinda Rabekka Purba dan Abang Fazirul Fazri yang turut membantu dalam penelitian selama 7 hari.

9. Teman-teman seperjuangan di Departemen Periodonsia, yaitu Izza, Brian, Hazwani, Widianto, Gebby, Arisma, Shinta, Nazim, Nastiti, Afiqah, Yolanda, Ayu dan seluruh teman seangkatan yang telah banyak memberikan inspirasi, motivasi dan semangat untuk menyelesaikan skripsi.

10.Sahabat-sahabat terbaik penulis, seperti Jeffrynardo, Ferianny, Fajarini, Mega, Cindy, Jessalyn, Stefanie, Sumery, Engelia, Winnie, Dessi, Kelvin Gohan dan banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala bantuan, motivasi, dukungan dan semangat yang diberikan selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini dan ucapan maaf apabila terdapat kesalahan. Semua saran akan dijadikan masukan yang sangat berharga. Harapan penulis adalah semoga penulisan skripsi ini diberkati Tuhan Yang Maha Esa dan dapat memberikan sumbangan ilmu yang berguna kepada fakultas dan masyarakat.

Medan, Maret 2014 Penulis,

Shelly NIM: 100600099


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI……… i

DAFTAR TABEL……… iii

DAFTAR GAMBAR………... iv

DAFTAR LAMPIRAN……… v

BAB 1 PENDAHULUAN……… 1

1.1Latar Belakang……… 1

1.2 Rumusan Masalah……… 3

1.3 Tujuan Penelitian………. 3

1.4 Hipotesis………... 3

1.5 Manfaat Penelitian……… 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……… 4

2.1 Plak Dental……… 4

2.2 Madu………. 10

2.2.1 Madu Manuka……… 16

2.3 Kerangka Teori………. 19

2.4 Kerangka Konsep………. 20

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN……… 21

3.1 Jenis Penelitian……… 21

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian……….. 21

3.2.1 Tempat Penelitian……….. 21


(7)

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian……… 21

3.3.1 Populasi Penelitian………. 21

3.3.2 Sampel Penelitian………... 22

3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi……….. 22

3.4 Variabel………. 23

3.4.1 Variabel Bebas……… 23

3.4.2 Variabel Terikat…..……… 23

3.4.3 Variabel Terkendali………. 23

3.4.4 Variabel Tidak Terkendali……… 23

3.5 Definisi Operasional……… 23

3.6 Alat dan Bahan……… 25

3.7 Prosedur Penelitian……….. 25

3.8 Skema dan Alur Penelitian……….. 26

3.9 Pengolahan dan Analisis Data……… 27

BAB 4 HASIL PENELITIAN……….. 28

BAB 5 PEMBAHASAN……….. 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan……….. 34

6.2 Saran……… 34


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi madu……… 10

2. Komposisi karbohidrat pada madu……… 11

3. Enzim-enzim pada madu……… 11

4. Protein dan asam amino pada madu……….. 12

5. Skor Indeks Plak Loe dan Sillness……… ……… 24

6. Data demografi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol………. 28

7. Data distribusi rerata indeks plak mahasiswa FKG USU 2012 pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol……… 29

8. Data distribusi rerata indeks plak pada kelompok perlakuan hari ke-1,4 dan 7……….. 31

9. Data distribusi rerata indeks plak pada kelompok kontrol hari ke-1,4 dan 7……... 31


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tahap terbentuknya biofilm pada permukaan gigi……… 5

2. Kolonisasi primer oleh bakteri fakultatif positif-gram.………. 6

3. Bakteri fakultatif positif-gram memperbanyak diri………...….. 6

4. Reseptor permukaan pada bakteri fakultatif positif-gram………. 7

5. Heterogenitas species bakteri bertambah seiring dengan bertambahnya umur dari plak dan maturitasnya... 7

6. Comb Honey... 12

7. Extracted Honey……….………. 13

8. Chunk Honey………..………. 13

9. Creamed Honey....………..………. 13

10.Grafik rerata indeks plak pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada hari ke-1, 4 dan 7………... 30


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner 2. Hasil SPSS


(11)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia Tahun 2014

Shelly

Efektivitas Larutan Madu Manuka UMF 10 dengan Konsentrasi 50% sebagai Obat Kumur Terhadap Akumulasi Plak

v + 36 halaman

Bahan-bahan natural untuk obat kumur mulai dikembangkan, seperti penggunaan madu Manuka. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa madu Manuka dapat mengurangi pembentukan plak dental dan dapat mengontrol deposit dari biofilm dental karena memiliki komponen antibakteri dan antiplak, yaitu methylglyoxal dan polifenol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya efek larutan madu Manuka UMF 10 dengan konsentrasi 50% sebagai obat kumur terhadap indeks plak. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental ulang (pre-posttest control group design) dengan metode double-blinded study. Tiga puluh dua orang subjek dipilih dari mahasiswa FKG USU angkatan 2012 sesuai kriteria inklusi dan eksklusi, kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan yang diberi obat kumur madu Manuka UMF 10 dengan konsentrasi 50% dan kelompok kontrol yang diberi plasebo. Dilakukan penskeleran terhadap semua subjek kemudian subjek diinstruksikan untuk berkumur dua kali sehari setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam. Pemeriksaan indeks plak dilakukan pada hari ke-1, hari ke-4 dan hari ke-7 menggunakan indeks plak Loe dan Sillness. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji T-tidak berpasangan untuk melihat perbedaan efek antara kelompok perlakuan dan kontrol, Uji Anova dilakukan untuk melihat perbedaan efek antara hari ke-1, 4 dan 7 pada kelompok perlakuan, serta perbedaan efek antara hari ke-1, 4 dan 7 pada kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan peningkatan indeks plak pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dan perbedaannya bermakna secara statistik (p<0.05). Sebagai kesimpulan, madu Manuka UMF 10 dengan konsentrasi 50% sebagai obat kumur memiliki efek terhadap akumulasi plak.


(12)

Faculty of Dentistry

Department of Periodontology Year 2014

Shelly

The Effect of 50% Manuka Honey UMF 10 Solution as a Mouthwash Towards Plaque Accumulation.

v + 36 pages

Natural ingredients for mouthwash was developed, as the use of Manuka honey. Some studies have shown that Manuka honey can reduce the formation of dental plaque and can control the deposit of dental biofilms because it has antibacterial and antiplaque component, such as methylglyoxal and polyphenol. The aim of this study is to determine the effect of 50% Manuka honey UMF 10 solution as a mouthwash towards plaque index. The design of this study is pre-posttest control group design with double

blinded method. Thirty two subjects from USU‟s Faculty of Dentistry students batch 2012 were selected based on inclusion and exclusion criteria. They were divided into two groups. Experimental groups were given 50% Manuka honey UMF 10 solution as a mouthwash dan the control group were given placebo. Scaling were done on all subjects, then the subjects were instructed to use the mouthwash twice daily after brushing their teeth, after breakfast and before bedtime. Loe and Sillness Plaque Index were recorded on day 1, day 4 and day 7. The data was analyzed by using unpaired T-test for the comparison of plaque accumulation between experimental group and control group, while the Anova test was used to see the comparison among day 1, day 4 and day 7 of experimental group, and the comparison among day 1, day 4 and day 7 of control group. The results showed that there are differences in increase of plaque index in experimental group and control group and the differences were statistically significant (p<0.05). As conclusion, 50% Manuka honey UMF 10 as a mouthwash has an effect towards plaque accumulation.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Plak merupakan deposit lunak bakteri yang melekat pada permukaan gigi yang dapat memicu terjadinya inflamasi pada jaringan gingiva. Plak merupakan etiologi utama terjadinya inflamasi gingiva dan penyakit periodontal. Plak dapat dibedakan menjadi plak subgingiva dan plak supragingiva. Telah diketahui ada hubungan antara plak supragingiva dan inflamasi gingiva kronis. Plak subgingiva yang berasal dari plak supragingiva juga berperan dalam memperparah lesi pada penyakit periodontal kronis.1,2 Pencegahan terhadap plak dapat dilakukan dengan kontrol plak, baik secara mekanis maupun khemis. Pencegahan secara mekanis dapat dilakukan dengan penyikatan gigi namun plak yang disingkirkan dengan penyikatan gigi hanya setengah dari jumlah plak seluruhnya sehingga dibutuhkan pencegahan secara khemis, dengan menggunakan obat kumur.1 Obat kumur yang terkenal dengan efek anti plak yang paling baik adalah khlorheksidin, tetapi penggunaan khlorheksidin tersebut memiliki efek samping, seperti perubahan warna gigi, pembengkakan kelenjar parotid, lesi deskuamatif, dll.3 Bahan-bahan natural yang memiliki efek antiplak, antikalkulus maupun efek antikaries mulai dikembangkan,3,4 misalnya produk-produk dari lebah, seperti madu, propolis, pollen, royal jelly, dan venom lebah. Penggunaan produk-produk lebah dikenal dengan istilah aphiterapi.5 Salah satu produk lebah, yaitu madu, telah digunakan selama lebih dari seratus tahun. Manfaat madu untuk menyembuhkan dan kandungan terapeutiknya telah digunakan dalam obat-obatan.6 Madu memiliki potensi antibakteri yang dapat mencegah bakteri terutama bakteri positif-gram,5 dan bakteri anaerob yang sering ditemukan pada infeksi oral.7 Potensi antibakteri pada madu yang utama disebabkan adanya hidrogen peroksida yang terbentuk akibat aktivitas enzim glucose oxide yang akan menghambat pertumbuhan bakteri. Selain itu, madu juga memiliki kandungan pigmen bunga, yaitu flavonoid yang mempunyai sifat antibakteri. Konsentrasi gula hipertonik pada madu juga akan menghambat


(14)

pertumbuhan bakteri, glukosa yang tinggi akan membunuh bakteri akibat adanya proses osmosis antara cairan dalam sel bakteri dengan lingkungan luar. Madu memiliki pH rendah yang disebabkan oleh beberapa jenis asam organik, yaitu sekitar 3,2-4,5 sehingga bakteri tidak bisa bertahan hidup.5,7 Namun, dengan pH yang rendah, madu tidak menyebabkan karies oleh karena madu memiliki sifat antikariogenik.7

Salah satu jenis madu yang terkenal dengan kandungan antibakteri yang berbeda dengan jenis madu lainnya adalah madu Manuka yang ditemukan di New Zealand dari tumbuhan Manuka (Leptospermum scoparium). Tidak semua madu Manuka memiliki efek antibakteri yang sama besar. Madu Manuka yang memiliki komponen UMF (Unique Manuka Factor) yang memiliki kemampuan dalam melawan infeksi dan komponen UMF inilah yang menentukan potensi antibakteri dari madu Manuka.7 Komponen UMF menunjukkan bahwa madu Manuka memiliki aktivitas antibakteri alami non peroksida unik yang hanya dapat ditemukan pada beberapa madu Manuka. Madu Manuka memiliki efek antibakteri yang lemah ketika komponen UMF berada antara 5 dan 9, memiliki efek antibakteri yang baik ketika komponen UMF berada antara 10 dan 15 dan memiliki efek antibakteri yang tinggi ketika komponen UMF berada pada 16 dan di atasnya.8 Berbeda dengan madu lainnya, hidrogen peroksida bukan merupakan komponen antibakteri madu Manuka yang utama, namun komponen nonperoksida menjadi komponen antibakteri yang utama pada madu Manuka. Penelitian oleh Badet dan Quero, 2010 menunjukkan bahwa madu Manuka yang digunakan sebagai obat kumur dapat mengurangi bakteri patogen pada plak dental dan dapat mengontrol deposit dari biofilm dental. Hal ini disebabkan karena madu Manuka memiliki komponen antibakteri dan antiplak, yaitu methylglyoxal dan polifenol.9 Pencegahan pembentukan plak perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit periodontal karena etiologi utama terjadinya penyakit periodontal adalah plak. Penyakit periodontal berasal dari akumulasi plak supragingival yang sudah melewati batas jumlah kritis pada masing-masing individu.6 Penyakit gingiva atau penyakit periodontal ditandai dengan adanya inflamasi gingiva, seperti perdarahan gingiva saat menyikat gigi, pembengkakan, perubahan warna dan sebagainya.


(15)

Pencegahan pertumbuhan plak perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit periodontal yang dapat berdampak pada kualitas hidup dan sistemik seseorang.10,11 Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk melihat berapa besar efek larutan madu Manuka UMF 10 dengan konsentrasi 50% yang digunakan sebagai obat kumur terhadap plak pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara stambuk 2012. Penelitian ini juga dilakukan dengan tujuan melanjutkan penelitian Pratiwi mengenai efektivitas anti bakteri madu Manuka (Scoparium Leptospernum) UMF 10 terhadap bakteri plak.

1.2 Rumusan Masalah

Berapa besar efek larutan madu Manuka UMF 10 dengan konsentrasi 50% sebagai obat kumur terhadap indeks plak.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui besarnya efek larutan madu Manuka UMF 10 dengan konsentrasi 50% sebagai obat kumur terhadap indeks plak.

1.4 Hipotesis

Larutan madu Manuka UMF 10 dengan konsentrasi 50% memiliki efek sebagai obat kumur terhadap indeks plak.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Menginformasikan kepada tenaga medis dalam bidang kedokteran gigi mengenai besarnya efek larutan madu Manuka UMF 10 dengan konsentrasi 50% sebagai obat kumur terhadap plak.

2. Menginformasikan kepada masyarakat mengenai besarnya efek larutan madu Manuka UMF 10dengan konsentrasi 50% sebagai obat kumur terhadap plak.

3. Sebagai data bagi peneliti-peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lainnya mengenai efeklarutan madu Manuka UMF 10 dengan konsentrasi 50% sebagai obat kumur terhadap plak.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plak Dental

Plak dental adalah deposit lunak bakteri yang melekat pada permukaan jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut. Plak dental mengandung polisakarida bakteri, protein-protein pada saliva dan debris makanan yang dapat memicu terjadinya inflamasi gingiva.2,11 Plak dental dapat berakumulasi pada daerah supragingiva, yaitu pada mahkota gigi dan daerah di bawah margin gingiva, misalnya daerah subgingiva pada sulkus atau poket. Dalam 1 mm3 plak dental dengan berat 1 mg terdapat lebih dari 108 bakteri.

Plak terbentuk pada gigi hanya dalam hitungan menit setelah dilakukan penyikatan gigi. Selama beberapa jam pertama setelah dilakukan penyikatan gigi, bakteri yang dapat melekat secara langsung ke pelikel akan melakukan perlekatan dan membentuk koloni kecil. Tahap terbentuknya plak biofilm (Marshall, 1992), antara lain (Gambar 2) :2

Tahap 1 : Molekul yang hidrofobik dan makromolekul akan mengalami adsorpsi ke permukaan gigi walaupun gigi dalam keadaan bersih. Hal ini berfungsi untuk membentuk lapisan yang dikenal dengan pelikel. Lapisan ini mengandung glikoprotein dari saliva (mucin) dan antibodi.

Tahap 2 : Pelikel akan mengubah energi permukaan yang akan meningkatkan efesiensi perlekatan bakteri. Beberapa jenis bakteri akan mengeluarkan struktur perlekatan yang spesifik seperti substansi polimerik ekstraselular dan fimbriae yang akan menyebabkan bakteri tersebut melekat dengan cepat ketika berkontak. Bakteri lainnya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melakukan perlekatan.

Tahap 3: Bakteri akan melakukan perubahan ketika mereka sudah melakukan perlekatan, seperti pertumbuhan selular yang aktif dan sintesis komponen membran luar yang baru. Massa dari bakteri akan terus meningkat untuk meningkatkan pertumbuhan bakteri yang sudah melekat.


(17)

Tahap 4 : Adhesi dari bakteri yang baru dan peningkatan massa bakteri akan meningkatkan ketebalan dari biofilm sehingga biofilm yang lebih matang dan lebih kompleks akan terbentuk.

Gambar 1. Tahap terbentuknya biofilm pada permukaan gigi2

Ketebalan biofilm yang terus meningkat akan menyebabkan difusi ke dalam dan ke luar biofilm menjadi sulit terjadi. Gradien oksigen akan terbentuk karena kebutuhan oksigen oleh bakteri pada permukaan superfisial dan difusi yang sulit untuk melalui matriks biofilm. Difusi yang sulit tersebut akan mengakibatkan terjadinya kondisi anaerob pada lapisan dalam dari deposit bakteri tersebut. Kadar oksigen yang berbeda akan mempengaruhi kemampuan berbagai jenis bakteri untuk berkembang.

Kolonisasi pertama didominasi oleh bakteri fakultatif anaerob coccus positif-gram yang melakukan adsorpsi pada permukaan pelikel dalam waktu yang singkat setelah penyikatan gigi. Plak yang terkumpul setelah 24 jam didominasi oleh Streptococcus, yaitu yang terbanyak adalah Streptococcus sanguis. Pada fase berikutnya, muncul bakteri positif-gram berbentuk batang yang pada awalnya memiliki jumlah yang sangat sedikit, kemudian jumlahnya meningkat, bahkan melebihi jumlah streptococcus (Gambar 2). Filamen bakteri positif-gram, seperti Actinomyces spp. merupakan bakteri yang dominan pada saat terjadinya perkembangan plak (Gambar 3). Reseptor permukaan pada bakteri positif-gram batang dan coccus menyebabkan bakteri

Permukaan yang bersih

Adsorpsi molekular (Fase 1)

Organisme tunggal (Fase 2)

Multiplikasi (Fase 3)

Adsorpsi sekuens organisme


(18)

negatif-gram melekat dengan kemampuan melekat yang sangat rendah dengan pelikel, seperti Veilonella, Fusobacteria dan bakteri anaerobik gram-negatif lainnya (Gambar 4). Heterogenitas plak meningkat dan jumlah bakteri gram-negatif juga ikut meningkat. Spesies bakteri yang kompleks merupakan akibat dari perkembangan plak. Pertukaran nutrien antar spesies bakteri dapat terjadi, tetapi interaksi negatif dapat juga terjadi (Gambar 5).

Gambar 2. Kolonisasi primer oleh bakteri fakultatif positif-gram. Streptococcus sanguis(Ss) merupakan bakteri yang paling dominan. Actinomyces spp (Av) juga dapat ditemukan pada plak selama 24 jam.2

Gambar 3.Bakteri fakultatif positif-gram memperbanyak diri.2 Biofilm


(19)

Gambar 4.Reseptor permukaan pada bakteri fakultatif positif-gram menyediakan tempat melekat bagi bakteri gram-negatif yang sulit melakukan perlekatan secara langsung pada pelikel, seperti Fusobacterium nucleatum (Fs) dan Prevotella intermedia (BI).2

Gambar 5. Heterogenitas spesies bakteri bertambah seiring dengan bertambahnya umur dari plak dan maturitasnya. Bakteri anaerob negatif-gram melakukan kolonisasi sekunder dan berkontribusi dalam meningkatkan patogenitas biofilm.2

Biofilm


(20)

Struktur plak yang berbeda tergantung dari faktor lokal, seperti lokasi tempat plak berada. Akumulasi plak pada margin gingiva akan menyebabkan terjadinya reaksi inflamasi pada jaringan lunak. Munculnya reaksi inflamasi tersebut dipengaruhi oleh ekologi lokal, seperti tersedianya darah dan komponen pada cairan gingiva yang akan meningkatkan pertumbuhan spesies bakteri negatif-gram dapat meningkatkan potensi terjadinya penyakit periodontal. Hal ini dibuktikan dengan sampel yang diambil dari lesi gingivitis menunjukkan banyaknya spesies bakteri negatif-gram.2

Bakteri pada plak dental merupakan patogenesis terjadinya karies (Axelsson &Lindhe 1977), merupakan etiologi utama terjadinya gingivitis kronis (Ash et al. 1964; Loe et al. 1965) dan memiliki peranan dalam memperparah lesi periodontitis kronis (Slots 1977 ; van Palenstein Helderman 1981). Karies maupun periodontitis kronis, keduanya merupakan penyebab utama terjadinya kehilangan gigi (Waerhaug 1971 ; Genco & Zander 1982).14

Loe et al menyatakan adanya hubungan antara plak dental dengan terjadinya gingivitis. Plak dental pada gingiva akan menyebabkan terjadinya inflamasi yang memiliki manifestasi klinis gingivitis dan menyebabkan perubahan-perubahan pada gingiva. Karakteristik terjadinya gingivitis yang diakibatkan oleh plak (Mariotti, 1999), yaitu adanya plak pada margin gingiva, gingivitis berawal dari margin gingiva, perubahan warna gingiva, perubahan kontur gingiva, perubahan temperature sulkular, meningkatnya eksudat gingiva, perdarahan ketika dirangsang, tidak adanya kehilangan perlekatan, tidak adanya kehilangan tulang, bersifat reversibel jika plak dihilangkan. Pasien dengan gingivitis akan mengeluhkan adanya perdarahan saat menggosok gigi dan adanya bau mulut atau halitosis.15

Gingivitis dapat dicegah dengan cara mengontrol plak supragingiva.11 Kontrol plak merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah gingivitis dan diasumsikan dapat mencegah terjadinya periodontitis kronis.14 Penelitian klinis menyatakan bahwa mengontrol akumulasi plak atau melindungi gigi dari efek plak merupakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit dental yang terjadi karena plak.2,14 Menyikat gigi dengan pasta gigi merupakan metode yang paling umum digunakan untuk membersihkan gigi, tetapi hal tersebut tidak cukup untuk


(21)

menyingkirkan plak karena kebanyakan orang menunjukkan kemampuan menyikat gigi yang tidak efektif, terutama untuk permukaan gigi yang sulit dibersihkan, seperti permukaan lingual gigi, fisur pada permukaan oklusal dan daerah interproksimal yang tidak dapat dijangkau dengan baik oleh filamen sikat gigi. Oleh karena itu, alat dan bahan pembersih lainnya dibutuhkan, seperti benang gigi, sikat interdental dan obat kumur. Penggunaan obat kumur dilakukan setelah penyikatan gigi karena biofilm memiliki kemampuan untuk melindungi bakteri dari bahan antibakteri sehingga perawatan secara khemis dengan obat kumur saja tidak cukup, penyikatan gigi harus dilakukan terlebih dahulu untuk membersihkan plak secara mekanis.2 Obat kumur termasuk dalam kontrol plak secara khemis. Bahan khemis yang digunakan dalam obat kumur memiliki beberapa cara kerja, antara lain:1,3,14

1. Menghalangi perlekatan bakteri ke permukaan gigi dengan menggunakan bahan anti-adhesif. Cara kerja bahan anti-adhesif adalah dengan mengubah komponen hidrofobik permukaan karena bagian hidrofobik bakteri akan melekat pada permukaan gigi dan bagian hidrofilik bakteri akan terpapar. Oleh karena itu, dengan memblokir interaksi hidrofobik antara bakteri dan permukaan gigi yang akan mencegah terjadinya perlekatan bakteri.

2. Mencegah proliferasi bakteri pada permukaan gigi dengan bahan antibakteri. Bahan antibakteri yang paling baik dalam mencegah pertumbuhan plak adalah dikationik bisbiguanide antiseptik klorheksidin. Klorheksidin dijadikan sebagai gold standard obat kumur karena kemampuan anti plak dan anti gingivitis. Hal ini berhubungan dengan komponen bakteriostatik dan bakterisidal yang dimilikinya. Namun, penggunaan khlorheksidin dalam jangka panjang akan menimbulkan efek samping lokal berupa terganggunya sensasi rasa terutama rasa asin, pembengkakan kelenjar parotid, rasa terbakar pada mulut, lesi deskuamatif yang sakit dan pembentukan kalkulus supragingiva yang berlebihan akibat mengendapnya protein saliva pada permukaan gigi sehingga pelikel menjadi tebal atau mengendapnya garam inorganik pada lapisan pelikel. Penggunaan klorheksidin biasanya digunakan pada jangka pendek.

3. Membersihkan plak yang terbentuk. Penyikatan gigi dapat dilakukan sebagai salah satu cara membersihkan gigi dari plak yang sudah terbentuk.


(22)

2.2 Madu

Terapi dengan produk-produk dari lebah dikenal dengan istilah apiterapi. Istilah apiterapi berasal dari bahasa latin, yaitu „apis‟ yang berarti lebah. Penggunaan produk -produk dari lebah dapat berupa madu, propolis, pollen, royal jelly dan venom dari lebah. Madu adalah cairan manis yang dihasilkan oleh lebah dari nektar bunga yang dikumpulkan dan disimpan oleh lebah sebagai makanan. Karakteristik fisikokemikal pada madu seperti komposisi, rasa manis, warna, bau, dan pH sangat bervariasi antara spesies lebah yang satu dengan yang lainnya. Lokasi dan iklim tempat hidup bunga yang digunakan lebah juga menentukan variasi dari karakteristik tersebut.Secara umum, komposisi dari madu terdiri dari air, protein, zat sisa dan karbohidrat yang merupakan komposisi utama (Tabel 1).

Tabel 1. Komposisi madu7 Komposisi Persentase

Air 22.0

Karbohidrat 79.7

Protein 0.2

Zat sisa 0.1

Komposisi karbohidrat terdiri dari fruktosa, glukosa, sukrosa dan lainnya. Fruktosa dan glukosa merupakan kandungan utama,7 tetapi kandungan karbohidrat pada madu juga mengandung sekitar 25 jenis oligosakarida, seperti disakarida sukrosa, maltose, trehalose, turanose, panose, 1-kestose, 6-kestose dan palatinose.5 Karbohidrat pada madu mengandung enzim-enzim, asam amino yang bebas, vitamin B, mineral dan antioksidan seperti flavonoid dan vitamin C. Enzim-enzim yang terkandung pada madu antara lain enzim invertase,amylase, glukose oksidase, katalase, dan asam fosforilase (Tabel 3). Asam amino pada madu terdiri dari lysine,histdine, arginine, asam aspartik, threonine, serine, asam glutamik, proline, gycine, alanine, valine, isoleucine, leucine, tyrosine dan phenylalanine (Tabel 4).7 Sedangkan, mineral pada madu terdiri dari


(23)

chromium, mangan, selenium, suphur, boron, kobalt, fluoride, iodide, molybdenum, silikon. Madu juga mengandung kolin, asetilkolin,5 riboflavin, niacin, asam folik, asam pantothenic, vitamin B6 dan vitamin C. Antioksidan yang terkandung pada madu terdiri dari vitamin C, catalase, selenium,7 polifenol yang terdiri dari flavonoid (pinocembrin) yang merupakan polifenol utama, asam fenolik dan derivat asam fenolik.5

Tabel 2. Komposisi karbohidrat pada madu7 Karbohidrat Persentase

Fruktosa 48

Glukosa 45

Sukrosa 1

Lainnya 6

Tabel 3. Enzim-enzim pada madu7

Invertase Mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa Amilase Mengubah zat tepung atau glikogen menjadi

bagian yang lebih kecil

Glukose Oksidase Mengubah glukosa menjadi glukolakton dan glukolakton menjadi asam glukonik dan hidrogen peroksida

Katalase Mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen


(24)

Tabel 4. Protein dan asam amino pada madu7 Asam amino bebas Persentase

Lysine 6

Histdine 2.1

Arginine 1

Asam Aspartik 4.2

Threonine 1

Serine 2.9

Asam Glutamik 4.7

Proline 71.8

Gycline 0.4

Alanine 1.1

Valine 1.4

Isoleucine 0.7

Leucine 0.6

Madu dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :7

1. Comb honey, yaitu bagian dari sisir sarang lebah dimana madu disimpan.


(25)

2. Extracted Honey (Liquid) , yaitu madu yang sudah dipisahkan dari sisir sarang lebah. Madu jenis ini paling banyak dijual di pasaran dan siap digunakan.

Gambar 7.Extracted Honey7

3. Chunk Honey, terdiri dari sisir wax sarang lebah dan madu cair yang diletakkan bersamaan dalam suatu wadah.

Gambar 8.Chunk Honey7

4. Creamed Honey (granulated), yaitu ekstrak madu yang dibuat dalam bentuk semisolid yang konsistensinya mirip dengan mentega.8


(26)

Terapi dengan pemakaian madu telah digunakan selama 2000 tahun sebelum bakteri diketahui sebagai penyebab infeksi.7,12 Pada tahun 1919, para peneliti melakukan penelitian dengan mencairkan madu dan tampak bahwa efek antibakteri madu semakin meningkat ketika dicairkan. Hal ini terjadi karena madu mengandung enzim yang akan menghasilkan hidrogen peroksida ketika dicairkan.12 Seiring berjalannya waktu dan ilmu pengetahuan, telah dilaporkan bahwa, madu memiliki efek antibakteri terhadap lebih dari 60 spesies bakteri.7 Beberapa faktor yang menyebabkan adanya efektivitas antibakteri pada madu, yaitu :

1. Komponen higroscopic. Efek ini terjadi karena tekanan osmotik yang tinggi dari madu sehingga dapat mengeluarkan air dari sel bakteri dan menyebabkan matinya bakteri, Madu memiliki osmolaritas yang baik untuk menghambat pertumbuhan bakteri.7 Hal ini dikarenakan madu merupakan larutan yang sangat jenuh, dengan kandungan air yang kecil. Osmolaritas yang ada pada madu dikarenakan kandungan gula yang tinggi, hal ini berarti kandungan air pada madu tidak cukup mendukung pertumbuhan bakteri maupun ragi. Menurut Molan (2000), madu dilaporkan mempunyai aw (water activity) sebesar 0,56 – 0,62, sedangkan sebagian mikroorganisme mempunyai aw sebesar 0,9-1,0 untuk pertumbuhan dan tidak dapat bertahan hidup di lingkungan aw yang lebih rendah.13

2. Madu memiliki pH yang rendah, yaitu antara 3,2 sampai 4,5 yang cukup rendah untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Bakteri patogen pada umumnya akan berkembang dengan baik pada pH antara 7,2 dan 7,4.7,13 Meskipun beberapa organisme dapat bertahan hidup dalam kondisi yang relatif asam, pH madu murni biasanya terlalu rendah bagi mikroorganisme untuk bertahan hidup.13 Namun, madu bersifat antikariogenik sehingga tidak akan menyebabkan karies.7

3. Hidrogen peroksida merupakan komponen antibakteri utama pada madu yang dihasilkan secara enzimatis.7 Ketika madu dicairkan, aktivitas enzimatis akan terjadi antara 2500 sampai 50000 dan menghasilkan antiseptik yang bersifat antibakterial namun tidak merusak jaringan.13 Enzim glukose oksidase disekresi oleh kelenjar hipofaringeal lebah ke nektar bunga untuk membentuk madu. Hidrogen peroksida dan asam akan dihasilkan dari reaksi enzimatis tersebut.


(27)

Glukosa + H2O + O2 Asam glukonik + H2O2

Asam glukonik dan hidrogen peroksida dihasilkan untuk melindungi madu. Hidrogen peroksida akan menjadi agen strelisisasi selama proses pematangan madu dan jumlahnya akan berkurang ketika proses pematangan selesai karena hidrogen peroksida akan diurai menjadi oksigen dan air ketika ion metal transisi dan asam askorbik mengkatalisasinya. Hal ini terjadi karena asam yang dihasilkan dari reaksi enzimatis tersebut menjadikan keadaan pH yang terlalu rendah untuk enzim bekerja.7 Hidrogen peroksida dapat melepaskan oksigen sebagai zat aktif. Oksigen yang dilepaskan oleh hidrogen peroksida akan mengoksidasi protein kuman sehingga enzim kuman sebagai penyebab radang gingiva menjadi tidak aktif. Hampir 50% mikroorganisme anaerob terdapat pada radang gingiva sangat sensitif terhadap oksigen. 4. Faktor phytokemikal. Madu mengandung enzim-enzim dan nutrisi berupa mineral dan vitamin yang dapat membantu memperbaiki jaringan secara langsung. Beberapa zat antibakteri pada madu, yaitu pinocembrin, terpenes, benzyl alcohol, asam 4-hydroxybenzoic (asam syringic), methyl 3,5-dimethoxy-4-hydroxybenzoate (methyl syringate), asam 3,4,5-trimethoxybenzoic, asam 2-hydroxy-3-phenylpropionic, asam 2-hydroxybenzoic dan 1,4-dihydroxybenzene.

5. Aktivitas limfosit dan fagositik yang meningkat. Penelitian menunjukkan adanya proliferasi limfosit-B dan limfosit-T pada sel yang dikultur serta distimulasi oleh madu pada konsentrasi 0,1%. Begitu juga fagosit yang diaktivasi oleh madu pada konsentrasi 0,1%. Madu pada konsentrasi 1% dapat menstimulasi monosit untuk melepaskan sitokin, Tumor Necrosis Factor (TNF)-alpha, interleukin (IL)-1 dan IL-6 yang dapat mengaktifkan respon imun terhadap infeksi.7

Telah diketahui bahwa efek antibakteri pada madu terutama disebabkan oleh aktivitas hidrogen peroksida. Namun, hidrogen peroksida mudah hancur oleh karena terpapar panas, cahaya dan dipengaruhi oleh tempat penyimpanan madu.5 Selain itu, hidrogen peroksida akan kehilangan sifat bakteriostatik apabila terkena cairan tubuh, karena cairan tubuh mengandung katalase yang dapat mendegradasikan hidrogen peroksida menjadi oksigen dan air.13 Berbeda dengan hidrogen peroksida, komponen


(28)

antibakteri non peroksida dapat bertahan dengan baik walaupun terpapar oleh panas dan cahaya. Komponen non peroksida tersebut dapat berupa asam aromatik, fenolik dan flavonoid.5

2.2.1 Madu Manuka

Pada tahun 1981 dilakukan penelitian mengenai madu di Universitas Waikato, New Zealand dan ditemukan bahwa beberapa madu Manuka memiliki aktivitas antibakteri unik dan tidak biasa yang tidak dapat ditemukan pada jenis madu lainnya, yaitu aktivitas non peroksida yang berasal dari nektar bunga Manuka. Tetapi aktivitas non peroksida ini tidak dapat ditemukan pada semua madu Manuka. Beberapa bukti menunjukkan bahwa madu Manuka dengan aktivitas non peroksida ini hanya berasal dari bunga Manuka pada beberapa daerah di New Zealand, kemungkinan dikarenakan sub-spesies yang berbeda dari bunga Manuka atau faktor lingkungan seperti tipe tanah. Oleh karena itu, madu Manuka perlu diuji terlebih dahulu.8

Madu Manuka berasal dari New Zealand yang merupakan madu monofloral (yang didapat dari satu jenis tumbuhan) dari spesies Leptospermum scoparium yang memiliki reputasi yang tinggi di New Zealand sebagai antiseptik.12 Berbeda dengan madu pada umumnya yang menggunakan hidrogen peroksida sebagai komponen antibakteri utama, komponen antibakteri utama pada madu Manuka adalah komponen non peroksidanya, seperti methylglyoxal,13 dan polifenol.9 Pada penelitian Atrott dan Henle (2009) dinyatakan bahwa komponen bioaktif yang sangat dominan yang menyebabkan adanya efek antibakteri pada madu Manuka adalah kandungan methylglyoxal, sedangkan untuk komponen lain yang berperan dalam efek antibakteri dan juga efek antiplak adalah polifenol dan faktor-faktor lain seperti asam organik dan komponen-komponen lain yang masih belum diketahui.16

Komponen methylglyoxal (MG) yang merupakan salah satu komponen antibakteri utama pada madu merupakan komponen yang ditemukan pada berbagai jenis madu, tetapi biasanya dalam jumlah yang sangat sedikit. Pada madu Manuka, methylglyoxal berasal dari konversi komponen lain, yaitu dihidroksi aseton yang


(29)

ditemukan dalam jumlah yang sangat besar pada nektar madu Manuka. Semakin tinggi konsentrasi MG dalam madu Manuka, maka semakin kuat efek antibakterinya.17

Polifenol pada umumnya berasal dari tumbuhan.18 Selain memiliki efek antibakteri, polifenol juga memiliki efek antiplak.20 Pada konsentrasi rendah, polifenol dengan efek antibakterinya akan mengganggu daerah spesifik pada bakteri dan pada konsentrasi tinggi akan menyebabkan denaturasi pada bakteri. Polifenol berhubungan dengan membran protein bakteri, enzim dan lipid, mengubah permeabilitas sel dan menyebabkan hilangnya proton, ion dan makromolekul. Polifenol yang telah melewati membran selular bakteri secara aktif akan melawan enzim dan protein. Polifenol memiliki aktivitas antibakteri in vitro dalam melawan bakteri periodontal patogen. Beberapa jenis polifenol dapat menghambat aktivitas proteolitik dari Porphyromonas gingivalis dan menghambat produksi prostaglandin E2 yang diinduksi oleh Porphyromonas gingivalis. Menurut efek antibakterinya, polifenol dapat dibagi menjadi asam fenolik, derivat asam hidroksicinnamik, flavonoid, dan tannin. Asam fenolik merupakan zat antibakteri dan secara langsung terlibat pada respon terhadap mikroorganisme.18 Penelitian Deadman menunjukkan bahwa madu Manuka mengandung flavonoid dalam jumlah besar, yaitu sekitar 0.59-2.24 mg/100 g madu dengan rerata 1.16 ± 0.16 mg per 100 g madu. Dari penelitian tersebut, jenis-jenis flavonoid yang terkandung pada madu Manuka adalah pinobaksin, pinocembrin, luteolin dan chrysin.19

Polifenol memberikan efek antiplak dengan cara menghambat perlekatan bakteri pada permukaan gigi sebagai tahap pertama dari pembentukan plak. Pada penelitian Furiga dkk, didapatkan hasil bahwa polifenol dapat menghambat perlekatan bakteri pada tahap kolonisasi primer yang didominasi oleh Streptococcus mutans. Hal ini disebabkan karena aktivitas enzimatis glucosyltransferase yang menyebabkan perlekatan bakteri pada permukaan gigi dihambat oleh polifenol.20

Madu Manuka memiliki komponen UMF. Komponen UMF yang terdapat pada label madu Manuka merupakan merek dagang yang digunakan oleh produser madu Manuka aktif dan menunjukkan aktivitas antibakteri non peroksida yang terdapat pada madu Manuka.4 Angka UMF atau Unique Manuka Factor menunjukkan banyaknya


(30)

konsentrasi MG dalam madu Manuka. Angka UMF juga dapat menunjukkan perbandingan aktivitas antibakteri madu Manuka dengan aktivitas antibakteri fenol dalam konsentrasi tertentu. Sebagai contoh, madu Manuka dengan UMF 15 memiliki sifat antibakteri yang sama dengan larutan 15% fenol.4,16 Angka UMF dimulai dari 5, madu Manuka dengan UMF 5 sampai 9 memiliki aktivitas antibakteri yang lemah, madu Manuka dengan UMF 10 sampai 15 memiliki aktivitas antibakteri yang baik dan angka UMF 16 dan selanjutnya menunjukkan aktivitas antibakteri yang sangat baik atau superior.8

Penelitian Pratiwi menunjukkan bahwa konsentrasi minimal madu Maduka UMF 10 yang digunakan sebagai obat kumur adalah 50%. Pada konsentrasi 25% dan konsentrasi dibawah 25% tidak menunjukkan efek anti bakteri terhadap bakteri plak dikarenakan hidrogen peroksida dan non hidrogen peroksida yang dipunyai madu Manuka tidak cukup untuk menghambat pertumbuhan bakteri plak.13 Penelitian lain juga menunjukkan bahwa madu Manuka dapat menghambat tiga spesies bakteri yang terlibat dalam karies (S.mutans, L.rhamnosus, A.viscosus) dan dua spesies bakteri yang terlibat dalam penyakit periodontal (F.nucleatum, P.gingivalis). Streptococcus mutans juga diketahui sebagai kelompok bakteri yang pertama kali mengalami adhesi pada permukaan gigi saat pembentukan plak dental.9 Penelitian English HK menunjukkan bahwa madu Manuka memiliki efek yang positif dalam melawan pertumbuhan plak dental dan gingivitis.6


(31)

2.3 Kerangka Teori

Mengganggu daerah spesifik

bakteri Plak

Kontrol Plak

Khemis Mekanis

Obat Kumur

Larutan Madu Manuka UMF 10 dengan konsentrasi 50%

Plak Dental

Melawan enzim dan

protein bakteri Mengubah

permeabilitas sel bakteri Menghambat

perlekatan bakteri pada


(32)

2.4 Kerangka Konsep Variabel Bebas 1. Larutan Madu Manuka

UMF 10 dengan konsentrasi 50% 2. Plasebo

Variabel Terikat Indeks Plak (Loe and Silness)

Variabel Terkendali 1. Konsentrasi larutan madu

Manuka UMF 10 dalam obat kumur

2. Lama berkumur 3. Frekuensi berkumur 4. Sikat gigi dan pasta gigi

yyang yang digunakan

Variabel Tidak Terkendali Komposisi dan laju alir saliva


(33)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian ulang (pre-posttest control group design). Metode penelitian yang digunakan adalah double-blinded study dimana subjek penelitian dan peneliti serta pemeriksa tidak mengetahui apakah subjek tergolong kelompok perlakuan atau kelompok kontrol dengan tujuan untuk menghindari bias.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia. Alasan peneliti melakukan penelitian di Fakultas Kedokteran Gigi karena mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi dianggap memiliki tingkat kesadaran yang tinggi mengenai pentingnya menjaga kesehatan rongga mulut. Populasi yang ada diharapkan dapat memenuhi jumlah sampel yang dibutuhkan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2014 sampai bulan Februari 2014.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah mahasiswa aktif Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara stambuk 2012.


(34)

3.3.2 Sampel Penelitian

Teknik pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Pemilihan subjek sampel dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

Besar sampel yang diperlukan bagi penelitian ini ditentukan dari rumus Federer: (n – 1)(r –1) ≥ 15

Ket : n = jumlah sampel minimum r = jumlah perlakuan

(n – 1)(r –1) ≥ 15 (n – 1)(2 –1) ≥ 15 (n –1)1 ≥ 15

n ≥ 16

Besar sampel minimum yang diperlukan adalah 16 orang. Sampel dibagi dua, yaitu 16 orang pada kelompok perlakuan dan 16 orang pada kelompok kontrol.

3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi

- Mahasiswa aktif Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara stambuk 2012

- Memiliki jumlah gigi minimal 20 gigi

- Bersedia mengikuti jalannya penelitian dan menandatangani informed consent - Memiliki kebiasaan menyikat gigi setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam

Kriteria Eksklusi

- Memakai pesawat ortodonti - Adanya periodontitis - Memakai protesa


(35)

- Adanya alergi terhadap madu - Adanya crowded atau gigi berjejal - Adanya karies servikal

- Perokok

- Sedang menggunakan obat kumur lainnya

- Menjalani terapi antibiotik delapan bulan sebelum penelitian

3.4 Variabel

3.4.1 Variabel bebas

Larutan madu Manuka UMF 10 dengan konsentrasi 50%.

3.4.2 Variabel terikat

Akumulasi Plak yang diukur dengan indeks plak Loe dan Sillness.

3.4.3 Variabel terkendali

- Pengenceran larutan madu Manuka UMF 10 sebagai obat kumur - Lama berkumur

- Frekuensi berkumur

- Sikat gigi dan pasta gigi yang digunakan subjek

3.4.4 Variabel tidak terkendali Komposisi dan laju alir saliva

3.5 Definisi Operasional

1. Akumulasi plak adalah plak (kumpulan deposit lunak bakteri) pada permukaan gigi dan permukaan keras lainnya seperti restorasi.

2. Indeks plak adalah indikator dalam perhitungan akumulasi plak yang diukur menggunakan indeks plak Loe dan Sillness.


(36)

Indeks Plak oleh Loe and Silness 0 : tidak ada plak pada daerah gingiva

1 : adanya lapisan tipis plak menumpuk ke tepi gingiva bebas dan permukaan gigi yang berdekatan. Plak ditandai hanya dengan menggesek-gesekkan sonde sepanjang permukaan gigi

2 : penumpukan deposit lunak dalam saku dan tepi gingiva atau pada permukaan gigi yang berdekatan, dapat dilihat dengan mata telanjang.

3 : penumpukan deposit lunak dalam jumlah yang banyak di dalam saku atau pada tepi permukaan gigi yang berdekatan.

Indeks plak diukur pada semua gigi pada sisi distovestibular, vestibular, mesiovestibular dan oral.

Skor plak pada setiap gigi = jumlah skor plak pada empat sisi 4

Skor plak keseluruhan gigi = jumlah skor plak pada semua gigi jumlah gigi yang diukur

Tabel 6. Skor Indeks Plak Loe and Sillness Skor Indeks Plak Kriteria

0 – 0,9 Baik

1,0 – 2,0 Sedang

2,0 – 3,0 Buruk

3. Larutan madu Manuka UMF 10 dengan konsentrasi 50% adalah larutan madu Manuka Honey Paradise UMF 10 yang dicairkan dengan konsentrasi 50% yang kemudian digunakan sebagai obat kumur sebanyak 10 mL dua kali sehari setelah menyikat gigi.


(37)

3.6 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah kaca mulut, sonde, pinset, lampu senter, baki, gelas kumur, sikat gigi, pasta gigi, gelas ukur, spidol, alat tulis, lembar pemeriksaan dan botol kosong untuk obat kumur. Bahan yang digunakan, yaitu masker, sarung tangan, kertas tissu, madu Manuka UMF 10 dengan konsentrasi 50%, pewarna makanan dan akuades.

3.7 Prosedur Penelitian

Pada tahap awal, akan dipilih subjek sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Selanjutnya akan dilakukan pengisian kuesioner dan pemeriksaan langsung. Kemudian akan dilakukan penskeleran pada semua subjek dan dilakukan pembagian sikat gigi dan pasta gigi yang sama kepada semua subjek, serta dilakukan pemberian instruksi kontrol plak. Subjek kemudian akan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kelompok kontrol akan diberi plasebo untuk berkumur selama 7 hari dan kelompok perlakuan akan diberi larutan madu Manuka dengan konsentrasi 50% untuk berkumur selama 7 hari. Pengukuran indeks plak dilakukan pada hari ke-1, 4 dan 7.


(38)

3.8 Skema Alur Penelitian

Pemeriksaan indeks plak pada hari ke-1,4 dan 7 (setelah

menyikat gigi + obat kumur)

Analisis data Pengisian kuesioner dan

pemeriksaan langsung

Subjek penelitian

Informed consent

Penskeleran, pembagian sikat gigi, pasta gigi dan instruksi

kontrol plak Persetujuan komisi etik

Kelompok Perlakuandiberi obat

kumur 2 kali 10 mL larutan madu Manuka

UMF 10 dengan konsentrasi 50%

(16 orang)

Kelompok Kontroldiberi 2 kali 10 mL plasebo untuk

berkumur (16 orang)


(39)

3.9 Pengolahan dan Analisis Data

- Uji untuk kelompok kontrol dan kelompok perlakuan : Uji T-tidak berpasangan.

- Uji untuk kelompok perlakuan pada hari ke-1, 4 dan 7 : Uji Anova - Uji untuk kelompok kontrol pada hari-1, 4 dan 7 : Uji Anova


(40)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Jumlah subjek pada penelitian ini adalah sebanyak 32 orang yang dipilih dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara angkatan 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 16 orang kelompok kontrol dan 16 orang kelompok perlakuan. Semua subjek penelitian berhasil mengikuti penelitian sampai selesai.

Tabel 6. Data demografi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

Variabel Kelompok Kategori Jumlah Persentase

Jenis Kelamin Perlakuan Laki-laki Perempuan

7 9

43.75% 56.25% Total = 16 Total = 100%

Kontrol Laki-laki

Perempuan

4 12

25% 75%

Total = 16 Total = 100%

Umur Perlakuan 19

20 21 2 13 1 12.50% 81.25% 6.25%

Total = 16 Total = 100%

Kontrol 19

20 21 3 13 0 18.75% 81.25% 0%


(41)

Tabel 6 berupa data demografi pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Berdasarkan jenis kelamin pada kelompok perlakuan, jumlah subjek yang berjenis kelamin laki-laki adalah 7 orang (43.75%) dan yang berjenis kelamin perempuan adalah 9 orang (56.25%). Pada kelompok kontrol, jumlah subjek yang berjenis kelamin laki-laki adalah 4 orang (25%) dan yang berjenis kelamin perempuan adalah 12 orang (75%). Berdasarkan umur pada kelompok perlakuan, jumlah subjek yang berumur 19 tahun adalah 2 orang (12.50%), yang berumur 20 tahun adalah 13 orang (81.25%) dan yang berumur 21 tahun adalah 1 orang (6.25%). Pada kelompok kontrol, jumlah subjek yang berumur 19 tahun adalah 3 orang (18.75%), yang berumur 20 tahun adalah 13 orang (81.25%) dan tidak ada yang berumur 21 tahun (0%).

Tabel 7. Data distribusi rerata indeks plak Mahasiswa FKG USU 2012 pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

Hari Kelompok N Indeks Plak Awal

Rerata Indeks Plak Setelah Perlakuan

T p (Sig)

1 Perlakuan 16 0 0.431 ± 0.075 -4.270 0.000

Kontrol 16 0 0.583 ± 0.120

4 Perlakuan 16 0 0.306 ± 0.110 -7.246 0.000

Kontrol 16 0 0.598 ± 0.117

7 Perlakuan 16 0 0.251 ± 0.101 -8.929 0.000

Kontrol 16 0 0.625 ± 0.134

Uji t-tidak berpasangan ; p < 0.05

(*)terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok (p<0.05)

Pada tabel 7, terlihat bahwa terjadi peningkatan indeks plak pada hari ke-1, 4 dan 7 terjadi pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol apabila dibandingkan dengan indeks plak hari ke-0. Namun, peningkatan indeks plak yang terjadi pada kelompok perlakuan lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok kontrol. Perbedaan


(42)

indeks plak antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada hari ke-1, 4 dan 7 bermakna secara statistik (p<0.05).

Gambar 10. Grafik rerata indeks plak pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada hari ke-1, 4 dan 7.

Pada gambar 10 terlihat bahwa pada hari ke-1, perbedaan indeks plak antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan adalah sebesar 0.152. Pada hari ke-4, perbedaan indeks plak antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan adalah sebesar 0.292. Pada hari ke-7, perbedaan indeks plak antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan adalah sebesar 0.374.

0.431

0.306

0.251

0.583 0.598

0.625

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7

Hari-1 Hari-4 Hari-7

Re

r

at

a

In

d

e

k

s

P

lak

Waktu Pemeriksaan

Perlakuan Kontrol


(43)

Tabel 8. Data distribusi rerata indeks plak pada kelompok perlakuan hari ke-1,4 dan 7

Hari Kelompok Perlakuan p (Sig.)

N Rerata indeks plak

1 16 0.431 0.000

4 16 0.306

7 16 0.251

Uji Anova ; p < 0.05

(*)terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok (p<0.05)

Pada tabel 8, terlihat perbedaan yang bermakna secara statistik (p<0.05) antara indeks plak kelompok perlakuan pada hari ke-1, 4 dan 7. Perbedaan yang bermakna secara statistik terjadi antara hari ke-1 dan 4, hari ke-1 dan 7. Sedangkan, perbedaan indeks plak antara hari ke-4 dan 7 tidak bermakna secara statistik.

Tabel 9. Data distribusi rerata indeks plak pada kelompok kontrol hari ke-1,4 dan 7

Hari Kelompok Kontrol p (Sig.)

N Rerata indeks plak

1 16 0.583 0.622

4 16 0.598

7 16 0.625

Uji Anova ; p < 0.05

(*)terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok (p<0.05)

Pada tabel 9, tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik (p>0.05) antara indeks plak kelompok kontrol pada hari ke-1, 4 dan 7.


(44)

BAB 5 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada subjek penelitian, diketahui bahwa peningkatan indeks plak yang terjadi pada kelompok perlakuan, yaitu kelompok yang berkumur menggunakan madu Manuka UMF 10 lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok kontrol, yaitu kelompok yang berkumur menggunakan plasebo. Hal ini terjadi mungkin disebabkan oleh komponen antibakteri dan antiplak yang dimiliki oleh madu Manuka, serta sifat dari madu Manuka itu sendiri.

Sifat antibakteri dan antiplak madu Manuka disebabkan oleh adanya hidrogen peroksida dan komponen nonperoksida, seperti methylglyoxal dan polifenol.9,13 Penelitian Atrott dan Henle pada tahun 2009 menyatakan bahwa komponen antibakteri yang utama pada madu Manuka adalah methylglyoxal dan komponen lainnya yang juga berperan sebagai antiplak, yaitu polifenol dan faktor-faktor lain yang masih belum diketahui.16

Polifenol berperan sebagai komponen antibakteri dengan cara mengganggu daerah spesifik bakteri dan menyebabkan denaturasi bakteri plak.18 Selain itu, polifenol juga berperan sebagai komponen antiplak dengan cara menghambat perlekatan bakteri pada permukaan gigi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Furiga dkk. yang menyatakan polifenol dapat menghambat perlekatan bakteri pada tahap kolonisasi primer yang didominasi oleh Streptococcus mutans karena adanya aktivitas enzimatis glucosyltransferase yang menyebabkan perlekatan bakteri pada permukaan gigi.20

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa rerata peningkatan indeks plak pada kelompok yang berkumur menggunakan madu Manuka UMF 10 dengan konsentrasi 50% lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok yang berkumur menggunakan plasebo. Hasil ini sesuai dengan penelitian Pratiwi yang menunjukkan bahwa konsentrasi minimal madu Manuka untuk dapat menghambat pertumbuhan


(45)

bakteri adalah 50%. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa madu Manuka memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri plak dikarenakan beberapa hal, antara lain osmolaritas dan aktivitas air, keasaman, senyawa fitokimia, hidrogen peroksida dan non hidrogen peroksida. 13 Tekanan osmotik yang dimiliki madu dapat mengeluarkan air dari sel bakteri dan menyebabkan matinya bakteri. Aktivitas air yang dimiliki oleh madu tidak cocok dengan aktivitas air yang dimiliki bakteri sehingga dapat menyebabkan matinya bakteri. Keasaman (pH) yang dimiliki madu juga tidak cocok dengan bakteri dimana pH bakteri lebih tinggi daripada pH madu sehingga bakteri tidak akan dapat bertahan hidup. Selain itu, madu juga memiliki komponen phytokemikal dan aktivitas limfosit dan fagositik yang dapat menyebabkan matinya bakteri.7

Berdasarkan penelitian oleh Badet dan Quero pada tahun 2010, didapatkan hasil bahwa berkumur dengan madu Manuka dapat mengurangi pertumbuhan bakteri patogen pada plak dental dan dapat mengontrol deposit dari biofilm dental.9

Penelitian lain juga dilakukan oleh English HK yang menunjukkan bahwa madu Manuka dapat menghambat pertumbuhan plak dental dan dapat mencegah terjadinya gingivitis.6


(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan madu Manuka UMF 10 dengan konsentrasi 50% sebagai obat kumur efektif dalam menghambat pembentukan plak. Obat kumur madu Manuka UMF 10 dengan konsentrasi 50% yang digunakan pada hari 4 dan hari 7 lebih efektif daripada penggunaan pada hari ke-1.

6.2 Saran

1. Penelitian ini hanya menggunakan satu jenis konsentrasi dari madu Manuka UMF 10 sehingga diperlukan penelitian lanjutan untuk melihat konsentrasi lainnya yang mungkin lebih efektif daripada konsentrasi yang digunakan pada penelitian ini.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan jumlah subjek yang lebih banyak dan mengendalikan jenis kelamin serta umur subjek penelitian sehingga hasil penelitian yang didapat akan lebih baik.

3. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai efek larutan madu Manuka UMF 10 dengan konsentrasi 50% terhadap bakteri plak tertentu secara in vitro.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

1. Addy M. The use of antiseptics in periodontal therapy. In: Lindhe J, Karring K, Lang NP. eds. Clinical periodontology and implant dentistry, 4th ed., Oxford: Blackwell Munksgaard, 2003: 464-87.

2. Lang NP, Mombelli A, Attstrom R. Dental plaque and calculus. In: Lindhe J, Karring K, Lang NP. eds. Clinical periodontology and implant dentistry, 4th ed., Oxford: Blackwell Munksgaard, 2003: 81-103.

3. Mathur S, Mathur T, Srivastava R, Khatri R. Chlorhexidine : The gold standard in chemical plaque control. Natl J Physiol Pharm Pharmacol 2011; 1: 45-50.

4. O‟Hehir TE. Honey mouthrinse shows promising results. Hygiene Town Perio

Reports 2013 Jan: 2.

5. Bogdanov S, Jurendic T, Sieber R, Gallmann P. Honey for nutrition and health: a review. JACN 2008; 27: 677-89.

6. English HK, Pack AR, Molan PC. The effects of manuka honey on plaque and gingivitis: a pilot study. J Int Acad Periodontol 2004; 6 :63-7.

7. Ahuja A, Ahuja V. Apitherapy – A sweet approach to dental diseases – Part 1 :Honey. J Adv Dental Reseach 2010; 2: 81-5.

8. Summer Glow Apiaries. What is UMF.

(http://www.manukahoney.com/what_is_umf_.cfm). (25 Juli 2013).

9. Badet C, Quero F. The in vitro effect of manuka honeys on growth and adherence of oral bacteria, Anaerobe 2011; 1-4.

10. WebMD. Gingivitis and peridontal disease. (http://www.webmd.com/oral-health/guide/gingivitis-periodontal-disease). (25 Juli 2013).

11. Williams RC, Paquette D. Peridontitis as a risk for systemic disease. In: Lindhe J, Karring K, Lang NP. eds. Clinical periodontology and implant dentistry, 4th ed., Oxford: Blackwell Munksgaard, 2003: 366-83.


(48)

12. Nayak PA, Nayak UA, Mythili R. Effect of Manuka honey, chlorhexidine gluconate and xylitol o the clinical levels of dental plaque. Comtemporary Clinical Dentistry 2010; 1: 214-7.

13. Pratiwi DWA, Agoes P, Ulfah N. Efektivitas anti bakteri madu Manuka (Scoparium Leptospernum) UMF10 terhadap bakteri plak 2012. 1-6.

14. Addy M, Slayne MA, Wade WG. The formation and control of dental plaque-an overview. J of Applied Bacteriology 1992; 73: 269-78.

15. Claffey N. Plaque Induced Gingival Disease. In: Lindhe J, Karring K, Lang NP. eds. Clinical periodontology and implant dentistry, 4th ed., Oxford: Blackwell Munksgaard, 2003: 198-201.

16. Atrott J. Henle T. Methylgloxal in Manuka Honey – Correlation with Antibacterial Properties. Czech J Food Sci 2009; 27: 163-5.

17. Nazario B. Manuka Honey. (17 Desember 2012). (http://www.m.webmd.com/1-to-z-guides/manuka-honey-medicinal-uses?).(25 Juli 2013).

18. Petti S, Scully C. Polyphenols, oral health and disease. J Dent, 2009; 37: 413-423.

19. Deadman BJ. The Flavonoid profile of New Zealand Manuka honey. Thesis. New Zealand : The University of Waikato, 2009 : 15-20.

20. Furiga A, Lonvaud-Funel A, Dorignac G, Badet C. In vitro anti-bacterial and anti-adherence effects of natural polyphenolic compounds on oral bacteria. J of Applied Microbiology, 2008: 1470-4.


(49)

Lampiran 1

DEPARTEMEN PERIODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Data Subjek Penelitian

EFEKTIVITAS LARUTAN MADU MANUKA UMF 10 DENGAN KONSENTRASI 50% SEBAGAI

OBAT KUMUR TERHADAP AKUMULASI PLAK

No. Urut :

Kelompok : Kasus / Kontrol

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : L/ P

1. Apakah Anda memiliki alergi terhadap madu? (Ya / Tidak) 2. Apakah Anda menyikat gigi setelah sarapan pagi? (Ya / Tidak) 3. Apakah Anda menyikat gigi sebelum tidur malam? (Ya / Tidak) 4. Apakah Anda memiliki keluhan berupa gusi berdarah saat menyikat gigi? (Ya /

Tidak)

5. Apakah Anda memakai gigi palsu? (Ya / Tidak)

6. Apakah Anda seorang perokok? (Ya / Tidak)

7. Apakah Anda sedang menggunakan obat kumur? (Ya / Tidak) 8. Apakah Anda sedang menjalani terapi antibiotik? (Ya / Tidak)


(50)

*Pertanyaan nomor 9, 10 dan 11 diisi oleh operator

9. Jumlah gigi minimal 20 (Ya/ Tidak)

10.Adanya karies servikal (Ya / Tidak)


(51)

Lampiran 2

Statistik Deskriptif Kelompok Perlakuan Hari ke-1, 4 dan 7

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Hari1 Hari2 16 16 .30 13 .60 47 .4313 .3056 .07491 .10979

Hari3 16 .12 .42 .2506 .10056

Valid N (listwise)

16

Statistik Deskriptif Kelompok Kontrol Hari ke-1, 4 dan 7

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Hari1 16 .34 .75 .5825 .12025

Hari2 16 .42 .81 .5981 .11749

Hari3 16 .42 .88 .6250 .13421

Valid N (listwise)

16

Uji T-Independent Hari-1 Kelompok Perlakuan dan Kontrol

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

s k o r Equal variances assumed 2.79 2

.105

-4.270

30 .000 -.15125 .03542 -.22358 -.07892

Equal variances not assumed

-4.270


(52)

Uji T-Independent Hari-4 Kelompok Perlakuan dan Kontrol

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Differe nce Std. Error Differenc e 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper skor Equal

variances assumed

.048 .829 -7.276 30 .000 -.29250 .04020 -.37460

-.2104 0 Equal

variances not assumed

-7.276 29.863 .000 -.29250 .04020 -.37461

-.2103 9

Uji T-Independent Hari-7 Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Differenc e Std. Error Differenc e 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper sk

or

Equal variances assumed

.897 .351

-8.929

30 .000 -.37437 .04193 -.46000

-.2887 5 Equal variances not assumed -8.929 27.80 6

.000 -.37437 .04193 -.46029

-.2884 6


(53)

Uji ANOVA Hari-1,4,7 Kelompok Perlakuan

Rerata Indeks Plak

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .274 2 .137 14.813 .000

Within Groups .417 45 .009

Total .691 47

Uji LSD Hari-1,4,7 Kelompok Perlakuan

Dependent Variable:Rerata Indeks Plak

(I) Hari (J) Hari Mean

Difference (I-J)

Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

LSD d

i m e n s i o n 2 1 dim en sion3

4 .12562* .03402 .001 .0571 .1941

7 .18062* .03402 .000 .1121 .2491

4 dim en sion3

1 -.12562* .03402 .001 -.1941 -.0571

7 .05500 .03402 .113 -.0135 .1235

7

dim en sion3

1 -.18062* .03402 .000 -.2491 -.1121

4 -.05500 .03402 .113 -.1235 .0135

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Uji ANOVA Hari-1,4,7 Kelompok Kontrol

Rerata Indeks Plak

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .015 2 .007 .479 .622

Within Groups .694 45 .015


(1)

gluconate and xylitol o the clinical levels of dental plaque. Comtemporary Clinical Dentistry 2010; 1: 214-7.

13. Pratiwi DWA, Agoes P, Ulfah N. Efektivitas anti bakteri madu Manuka (Scoparium Leptospernum) UMF10 terhadap bakteri plak 2012. 1-6.

14. Addy M, Slayne MA, Wade WG. The formation and control of dental plaque-an overview. J of Applied Bacteriology 1992; 73: 269-78.

15. Claffey N. Plaque Induced Gingival Disease. In: Lindhe J, Karring K, Lang NP. eds. Clinical periodontology and implant dentistry, 4th ed., Oxford: Blackwell Munksgaard, 2003: 198-201.

16. Atrott J. Henle T. Methylgloxal in Manuka Honey – Correlation with Antibacterial Properties. Czech J Food Sci 2009; 27: 163-5.

17. Nazario B. Manuka Honey. (17 Desember 2012). (http://www.m.webmd.com/1-to-z-guides/manuka-honey-medicinal-uses?).(25 Juli 2013).

18. Petti S, Scully C. Polyphenols, oral health and disease. J Dent, 2009; 37: 413-423.

19. Deadman BJ. The Flavonoid profile of New Zealand Manuka honey. Thesis. New Zealand : The University of Waikato, 2009 : 15-20.

20. Furiga A, Lonvaud-Funel A, Dorignac G, Badet C. In vitro anti-bacterial and anti-adherence effects of natural polyphenolic compounds on oral bacteria. J of Applied Microbiology, 2008: 1470-4.


(2)

Lampiran 1

DEPARTEMEN PERIODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Data Subjek Penelitian

EFEKTIVITAS LARUTAN MADU MANUKA UMF 10 DENGAN KONSENTRASI 50% SEBAGAI

OBAT KUMUR TERHADAP AKUMULASI PLAK

No. Urut :

Kelompok : Kasus / Kontrol

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : L/ P

1. Apakah Anda memiliki alergi terhadap madu? (Ya / Tidak) 2. Apakah Anda menyikat gigi setelah sarapan pagi? (Ya / Tidak) 3. Apakah Anda menyikat gigi sebelum tidur malam? (Ya / Tidak) 4. Apakah Anda memiliki keluhan berupa gusi berdarah saat menyikat gigi? (Ya /

Tidak)

5. Apakah Anda memakai gigi palsu? (Ya / Tidak)

6. Apakah Anda seorang perokok? (Ya / Tidak)

7. Apakah Anda sedang menggunakan obat kumur? (Ya / Tidak) 8. Apakah Anda sedang menjalani terapi antibiotik? (Ya / Tidak)


(3)

9. Jumlah gigi minimal 20 (Ya/ Tidak)

10.Adanya karies servikal (Ya / Tidak)


(4)

Lampiran 2

Statistik Deskriptif Kelompok Perlakuan Hari ke-1, 4 dan 7

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Hari1 Hari2 16 16 .30 13 .60 47 .4313 .3056 .07491 .10979

Hari3 16 .12 .42 .2506 .10056

Valid N (listwise)

16

Statistik Deskriptif Kelompok Kontrol Hari ke-1, 4 dan 7

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Hari1 16 .34 .75 .5825 .12025

Hari2 16 .42 .81 .5981 .11749

Hari3 16 .42 .88 .6250 .13421

Valid N (listwise)

16

Uji T-Independent Hari-1 Kelompok Perlakuan dan Kontrol

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper s k o r Equal variances assumed 2.79 2

.105

-4.270

30 .000 -.15125 .03542 -.22358 -.07892

Equal variances not assumed

-4.270


(5)

Uji T-Independent Hari-4 Kelompok Perlakuan dan Kontrol

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Differe nce Std. Error Differenc e 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper skor Equal

variances assumed

.048 .829 -7.276 30 .000 -.29250 .04020 -.37460

-.2104 0 Equal

variances not assumed

-7.276 29.863 .000 -.29250 .04020 -.37461

-.2103 9

Uji T-Independent Hari-7 Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Differenc e Std. Error Differenc e 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper sk

or

Equal variances assumed

.897 .351

-8.929

30 .000 -.37437 .04193 -.46000

-.2887 5 Equal variances not assumed -8.929 27.80 6

.000 -.37437 .04193 -.46029

-.2884 6


(6)

Uji ANOVA Hari-1,4,7 Kelompok Perlakuan

Rerata Indeks Plak

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .274 2 .137 14.813 .000

Within Groups .417 45 .009

Total .691 47

Uji LSD Hari-1,4,7 Kelompok Perlakuan

Dependent Variable:Rerata Indeks Plak

(I) Hari (J) Hari Mean

Difference (I-J)

Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

LSD d

i

m e n s

i

o n 2

1

dim en sion3

4 .12562* .03402 .001 .0571 .1941

7 .18062* .03402 .000 .1121 .2491

4

dim en sion3

1 -.12562* .03402 .001 -.1941 -.0571

7 .05500 .03402 .113 -.0135 .1235

7

dim en sion3

1 -.18062* .03402 .000 -.2491 -.1121

4 -.05500 .03402 .113 -.1235 .0135

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Uji ANOVA Hari-1,4,7 Kelompok Kontrol

Rerata Indeks Plak

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .015 2 .007 .479 .622

Within Groups .694 45 .015