BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plak Dental
Plak dental adalah deposit lunak bakteri yang melekat pada permukaan jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut. Plak dental mengandung polisakarida bakteri,
protein-protein pada saliva dan debris makanan yang dapat memicu terjadinya inflamasi gingiva.
2,11
Plak dental dapat berakumulasi pada daerah supragingiva, yaitu pada mahkota gigi dan daerah di bawah margin gingiva, misalnya daerah subgingiva pada
sulkus atau poket. Dalam 1 mm
3
plak dental dengan berat 1 mg terdapat lebih dari 10
8
bakteri. Plak terbentuk pada gigi hanya dalam hitungan menit setelah dilakukan
penyikatan gigi. Selama beberapa jam pertama setelah dilakukan penyikatan gigi, bakteri yang dapat melekat secara langsung ke pelikel akan melakukan perlekatan dan
membentuk koloni kecil. Tahap terbentuknya plak biofilm Marshall, 1992, antara lain Gambar 2 :
2
Tahap 1 : Molekul yang hidrofobik dan makromolekul akan mengalami adsorpsi ke permukaan gigi walaupun gigi dalam keadaan bersih. Hal ini berfungsi untuk
membentuk lapisan yang dikenal dengan pelikel. Lapisan ini mengandung glikoprotein dari saliva mucin dan antibodi.
Tahap 2 : Pelikel akan mengubah energi permukaan yang akan meningkatkan efesiensi perlekatan bakteri. Beberapa jenis bakteri akan mengeluarkan struktur
perlekatan yang spesifik seperti substansi polimerik ekstraselular dan fimbriae yang akan menyebabkan bakteri tersebut melekat dengan cepat ketika berkontak. Bakteri
lainnya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melakukan perlekatan. Tahap 3: Bakteri akan melakukan perubahan ketika mereka sudah melakukan
perlekatan, seperti pertumbuhan selular yang aktif dan sintesis komponen membran luar yang baru. Massa dari bakteri akan terus meningkat untuk meningkatkan pertumbuhan
bakteri yang sudah melekat.
Universitas Sumatera Utara
Tahap 4 : Adhesi dari bakteri yang baru dan peningkatan massa bakteri akan meningkatkan ketebalan dari biofilm sehingga biofilm yang lebih matang dan lebih
kompleks akan terbentuk.
Gambar 1. Tahap terbentuknya biofilm pada permukaan gigi
2
Ketebalan biofilm yang terus meningkat akan menyebabkan difusi ke dalam dan ke luar biofilm menjadi sulit terjadi. Gradien oksigen akan terbentuk karena kebutuhan
oksigen oleh bakteri pada permukaan superfisial dan difusi yang sulit untuk melalui matriks biofilm. Difusi yang sulit tersebut akan mengakibatkan terjadinya kondisi
anaerob pada lapisan dalam dari deposit bakteri tersebut. Kadar oksigen yang berbeda akan mempengaruhi kemampuan berbagai jenis bakteri untuk berkembang.
Kolonisasi pertama didominasi oleh bakteri fakultatif anaerob coccus positif- gram yang melakukan adsorpsi pada permukaan pelikel dalam waktu yang singkat
setelah penyikatan gigi. Plak yang terkumpul setelah 24 jam didominasi oleh Streptococcus, yaitu yang terbanyak adalah Streptococcus sanguis. Pada fase
berikutnya, muncul bakteri positif-gram berbentuk batang yang pada awalnya memiliki jumlah yang sangat sedikit, kemudian jumlahnya meningkat, bahkan melebihi jumlah
streptococcus Gambar 2. Filamen bakteri positif-gram, seperti Actinomyces spp. merupakan bakteri yang dominan pada saat terjadinya perkembangan plak Gambar 3.
Reseptor permukaan pada bakteri positif-gram batang dan coccus menyebabkan bakteri Permukaan
yang bersih
Adsorpsi molekular
Fase 1 Organisme
tunggal
Fase 2 Multiplikasi
Fase 3 Adsorpsi sekuens
organisme
Fase 4
Universitas Sumatera Utara
negatif-gram melekat dengan kemampuan melekat yang sangat rendah dengan pelikel, seperti Veilonella, Fusobacteria dan bakteri anaerobik gram-negatif lainnya Gambar
4. Heterogenitas plak meningkat dan jumlah bakteri gram-negatif juga ikut meningkat. Spesies bakteri yang kompleks merupakan akibat dari perkembangan plak. Pertukaran
nutrien antar spesies bakteri dapat terjadi, tetapi interaksi negatif dapat juga terjadi Gambar 5.
Gambar 2. Kolonisasi primer oleh bakteri fakultatif positif-gram. Streptococcus sanguisSs merupakan bakteri yang paling dominan. Actinomyces spp Av
juga dapat ditemukan pada plak selama 24 jam.
2
Gambar 3.Bakteri fakultatif positif-gram memperbanyak diri.
2
Biofilm
Biofilm
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.Reseptor permukaan pada bakteri fakultatif positif-gram menyediakan tempat melekat bagi bakteri gram-negatif yang sulit melakukan perlekatan secara
langsung pada pelikel, seperti Fusobacterium nucleatum Fs dan Prevotella intermedia BI.
2
Gambar 5. Heterogenitas spesies bakteri bertambah seiring dengan bertambahnya umur dari plak dan maturitasnya. Bakteri anaerob negatif-gram melakukan
kolonisasi sekunder dan berkontribusi dalam meningkatkan patogenitas biofilm.
2
Biofilm
Biofilm
Universitas Sumatera Utara
Struktur plak yang berbeda tergantung dari faktor lokal, seperti lokasi tempat plak berada. Akumulasi plak pada margin gingiva akan menyebabkan terjadinya reaksi
inflamasi pada jaringan lunak. Munculnya reaksi inflamasi tersebut dipengaruhi oleh ekologi lokal, seperti tersedianya darah dan komponen pada cairan gingiva yang akan
meningkatkan pertumbuhan spesies bakteri negatif-gram dapat meningkatkan potensi terjadinya penyakit periodontal. Hal ini dibuktikan dengan sampel yang diambil dari lesi
gingivitis menunjukkan banyaknya spesies bakteri negatif-gram.
2
Bakteri pada plak dental merupakan patogenesis terjadinya karies Axelsson Lindhe 1977, merupakan etiologi utama terjadinya gingivitis kronis Ash et al.
1964; Loe et al. 1965 dan memiliki peranan dalam memperparah lesi periodontitis kronis Slots 1977 ; van Palenstein Helderman 1981. Karies maupun periodontitis
kronis, keduanya merupakan penyebab utama terjadinya kehilangan gigi Waerhaug 1971 ; Genco Zander 1982.
14
Loe et al menyatakan adanya hubungan antara plak dental dengan terjadinya gingivitis. Plak dental pada gingiva akan menyebabkan terjadinya inflamasi yang
memiliki manifestasi klinis gingivitis dan menyebabkan perubahan-perubahan pada gingiva. Karakteristik terjadinya gingivitis yang diakibatkan oleh plak Mariotti, 1999,
yaitu adanya plak pada margin gingiva, gingivitis berawal dari margin gingiva, perubahan warna gingiva, perubahan kontur gingiva, perubahan temperature sulkular,
meningkatnya eksudat gingiva, perdarahan ketika dirangsang, tidak adanya kehilangan perlekatan, tidak adanya kehilangan tulang, bersifat reversibel jika plak dihilangkan.
Pasien dengan gingivitis akan mengeluhkan adanya perdarahan saat menggosok gigi dan adanya bau mulut atau halitosis.
15
Gingivitis dapat dicegah dengan cara mengontrol plak supragingiva.
11
Kontrol plak merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah gingivitis dan diasumsikan
dapat mencegah terjadinya periodontitis kronis.
14
Penelitian klinis menyatakan bahwa mengontrol akumulasi plak atau melindungi gigi dari efek plak merupakan pencegahan
yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit dental yang terjadi karena plak.
2,14
Menyikat gigi dengan pasta gigi merupakan metode yang paling umum digunakan untuk membersihkan gigi, tetapi hal tersebut tidak cukup untuk
Universitas Sumatera Utara
menyingkirkan plak karena kebanyakan orang menunjukkan kemampuan menyikat gigi yang tidak efektif, terutama untuk permukaan gigi yang sulit dibersihkan, seperti
permukaan lingual gigi, fisur pada permukaan oklusal dan daerah interproksimal yang tidak dapat dijangkau dengan baik oleh filamen sikat gigi. Oleh karena itu, alat dan
bahan pembersih lainnya dibutuhkan, seperti benang gigi, sikat interdental dan obat kumur. Penggunaan obat kumur dilakukan setelah penyikatan gigi karena biofilm
memiliki kemampuan untuk melindungi bakteri dari bahan antibakteri sehingga perawatan secara khemis dengan obat kumur saja tidak cukup, penyikatan gigi harus
dilakukan terlebih dahulu untuk membersihkan plak secara mekanis.
2
Obat kumur termasuk dalam kontrol plak secara khemis. Bahan khemis yang digunakan dalam obat
kumur memiliki beberapa cara kerja, antara lain:
1,3,14
1. Menghalangi perlekatan bakteri ke permukaan gigi dengan menggunakan bahan
anti-adhesif. Cara kerja bahan anti-adhesif adalah dengan mengubah komponen hidrofobik permukaan karena bagian hidrofobik bakteri akan melekat pada permukaan
gigi dan bagian hidrofilik bakteri akan terpapar. Oleh karena itu, dengan memblokir interaksi hidrofobik antara bakteri dan permukaan gigi yang akan mencegah terjadinya
perlekatan bakteri. 2.
Mencegah proliferasi bakteri pada permukaan gigi dengan bahan antibakteri. Bahan antibakteri yang paling baik dalam mencegah pertumbuhan plak adalah
dikationik bisbiguanide antiseptik klorheksidin. Klorheksidin dijadikan sebagai gold standard obat kumur karena kemampuan anti plak dan anti gingivitis. Hal ini
berhubungan dengan komponen bakteriostatik dan bakterisidal yang dimilikinya. Namun, penggunaan khlorheksidin dalam jangka panjang akan menimbulkan efek
samping lokal berupa terganggunya sensasi rasa terutama rasa asin, pembengkakan kelenjar parotid, rasa terbakar pada mulut, lesi deskuamatif yang sakit dan pembentukan
kalkulus supragingiva yang berlebihan akibat mengendapnya protein saliva pada permukaan gigi sehingga pelikel menjadi tebal atau mengendapnya garam inorganik
pada lapisan pelikel. Penggunaan klorheksidin biasanya digunakan pada jangka pendek. 3.
Membersihkan plak yang terbentuk. Penyikatan gigi dapat dilakukan sebagai salah satu cara membersihkan gigi dari plak yang sudah terbentuk.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Madu