IC
50
ppm
3.5 3
2.5 2
1.88 3.05
1.5 1
0.5 Teras etil asetat Vitamin C
Gambar 6 Nilai IC
50
ekstrak etil asetat kayu teras dan vitamin C menggunakan metode DPPH.
4.3 Fitokimia Ekstrak Teraktif
Aktivitas antioksidan sangat dipengaruhi oleh kandungan senyawa bioaktif yang terdapat di dalam bahan. Analisis fitokimia merupakan salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa bioaktif yang berperan sebagai antioksidan dalam ekstrak teraktif. Ekstrak teraktif adalah ekstrak etil
asetat kayu teras mindi. Hasil analisis fitokimia serbuk kayu teras menunjukkan terdeteksi adanya alkaloid, triterpenoid, flavonoid, dan glikosida. Sementara Itu,
hasil analisis
mendeteksi adanya saponin,
alkaloid, fenolik,
flavonoid, triterpenoid, steroid, dan glikosida dalam ekstrak etil asetat kayu teras Tabel 5.
Analisis fitokimia menunjukan hasil yang berbeda antara serbuk dan ekstrak etil asetat kayu teras. Perbedaan ini karena persentase zat ekstraktif dari kelompok
saponin, fenolik, dan steroid yang larut dalam serbuk kandungannya sangat rendah sehingga tidak terdeteksi. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Setiawan
2008 yang menunjukkan bahwa kandungan flavonoid yang terdeteksi pada serbuk daun jati belanda dan ekstrak metanol serta ekstrak etanolnya berbeda-
beda, dimana kandungan senyawa flavonoid yang terdeteksi pada serbuk lebih lemah dibandingkan dalam ekstrak metanol dan etanolnya.
Tabel 5 Hasil analisis fitokimia secara kualitatif terhadap serbuk dan ekstrak teraktif mindi
Kayu teras mindi Kelompok senyawa
Serbuk Ekstrak etil setat
Saponin -
+ Alkaloid
+ +
Tanin -
- Fenolik
- +
Flavonoid +
+ Triterpenoid
+ +
Steroid -
+ Glikosida
+ +
Keterangan : + = senyawa terdeteksi, - = senyawa tidak terdeteksi.
Flavonoid merupakan salah satu senyawa dari golongan fenolik yang diduga paling berperan sebagai antioksidan. Flavonoid dan alkaloid merupakan senyawa
pereduksi yang baik. Senyawa flavonoid secara umum bertindak sebagai antioksidan yaitu sebagai penangkap radikal bebas karena mengandung gugus
hidroksil. Flavonoid bersifat sebagai reduktor sehingga dapat bertindak sebagai donor hidrogen terhadap radikal bebas.
Zat flavonoid berfungsi sebagai penangkal radikal bebas yang dapat mengacaukan sistem keseimbangan tubuh dan
dapat memicu timbulnya kanker Silalahi 2006. Diduga sebagian besar senyawa fenolik yang terkandung dalam kayu teras mindi dan berperan sebagai antioksidan
dapat terlarut dalam etil asetat. Sementara itu, golongan fenolik yang tidak
terdeteksi oleh uji fitokimia pada serbuk kayu teras menunjukkan bahwa jenis pelarut etil asetat mampu melarutkan senyawa-senyawa fenolik selain flavonoid
dengan baik. Berdasarkan penelitian Salim 2006, alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin berperan dalam menghambat reaksi oksidasi lipid.
Mangan 2003 melaporkan bahwa saponin yang terkandung dalam tanaman cuplikan Physalis
angulota Linn. berkhasiat selain sebagai antioksidan, juga sebagai antitumor dan
menghambat pertumbuhan kanker terutama kanker usus besar. Keanekaragaman
zat ekstraktif
yang dapat
diekstraksi biasanya
membutuhkan serangkaian proses ekstraksi yang hasilnya memberikan ciri awal komposisinya. Selain itu, keanekaragaman zat ekstraktif dipengaruhi oleh pelarut
yang digunakan karena zat ekstraktif sering tersembunyi di belakang dinding sel, bergantung pada derajat polimerisasi dan ketidaklarutannya. Perbedaan tingkat
kepolaran pelarut menentukan perbedaan jenis dan komposisi senyawaan fitokimia serta mempengaruhi aktivitas antioksidan Dehkharghanian et al. 2010.
Selain mempunyai rendemen yang paling tinggi, ekstrak etil asetat juga memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibanding ekstrak metanol dan n-
heksannya. Senyawa semipolar yang dilaporkan dapat terekstrak oleh etil asetat, meliputi senyawa alkaloid, aglikon, glikosida Houghton dan Raman 1998,
sterol, terpenoid, dan flavonoid Cowan 1999.
V. KESIMPULAN DAN SARAN