Tabel 3 Nilai kadar ekstrak kayu mindi berdasarkan posisi batang dalam pohon Posisi
n -Heksan
Etil asetat Metanol
Total
1
Pangkal 0,24
1,03 0,32
1,59 Tengah
0,21 0,96
0,34 1,51
Ujung 0,25
0,95 0,30
1,49
Keterangan
:
1
Rerata 3 kali ulangan, bobot kering tanur.
4.2 Sifat Antioksidan Ekstrak Bagian Pohon Mindi
Ekstrak berbagai bagian pohon mindi memiliki aktivitas antioksidan yang beragam. Hasil pengujian 15 jenis ekstrak berbagai bagian pohon mindi
menunjukkan bahwa hanya empat jenis ekstrak yang memiliki kemampuan antioksidan yang kuat karena memiliki IC
50
kurang dari 200 ppm, yaitu ekstrak etil asetat bagian kayu teras IC
50
1,88 ppm, ekstrak metanol bagian kayu teras IC
50
67,23 ppm, ekstrak etil asetat bagian cabang IC
50
146,11 ppm, dan ekstrak etil asetat bagian kayu gubal IC
50
172,65 ppm Tabel 4. Tabel 4 Aktivitas antioksidan zat ekstraktif berbagai bagian pohon mindi
berdasarkan nilai IC
50
Bagian Jenis pelarut
IC
50
ppm Aktivitas
1
n - Heksan
1,07x10
10
tidak kuat Daun
Etil asetat 4,46x10
5
tidak kuat Metanol
1,16x10
4
tidak kuat n
- Heksan 1,11x10
26
tidak kuat Kulit
Etil asetat 3,83x10
4
tidak kuat Metanol
2,55x10
4
tidak kuat n
- Heksan 7,79x10
13
tidak kuat Cabang
Gubal
Teras Etil asetat 146,00 kuat
Metanol 4,82x10
2
tidak kuat n
- Heksan 2,35x10
27
tidak kuat Etil asetat 173,00 kuat
Metanol 4,68x10
2
tidak kuat n
- Heksan 5,34 x 10
9
tidak kuat Etil asetat 1,88 kuat
Metanol 67,23
kuat
Keterangan:
1
berdasarkan Blois 1958 dalam Hanani 2005.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak, maka semakin tinggi persentase inhibisinya Gambar 5. Hal ini mengindikasikan
Inh ib
is i
ekstrak memiliki aktivitas antioksidan sehingga semakin banyak ekstrak yang diaplikasikan, maka semakin tinggi tingkat penghambatan radikal bebas. Interaksi
antara konsentrasi dan persentase inhibisi dapat dinyatakan dengan kurva hubungan antara konsentrasi dan persen inhibisi yang menghasilkan persamaan
regresi Gambar 5.
90 80
70 60
50 40
30 20
10 ‐10 0
50 100
150 200
250
konsentrasi ekstrak ppm
Teras etil asetat
y =
6,75 lnx
+ 45,74
IC 50
= 1,88
Teras metanol
y =
16,62 lnx
- 19,94
IC50 =
67,23 Gubal
etil asetat y
= 13,38
lnx -
19,23 IC50
= 172,65
Cabang etil asetat
y =
12,76 lnx
- 13,61
146,11
Gambar 5 Kurva hubungan antara konsentrasi ekstrak berbagai bagian pohon mindi dengan persen inhibisi.
Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa daun dan kulit dari pohon mindi yang tumbuh di Nepal memiliki aktivitas antioksidan kuat Ghimeray et al. 2009;
Nahak dan Sahu 2010a; Nahak dan Sahu 2010b. Akan tetapi, pada penelitian ini bagian daun dan kulit mindi baik untuk ekstrak n-heksan, etil asetat maupun
metanol tidak memiliki aktivitas antioksidan yang kuat karena nilai IC
50
lebih dari 200 ppm. Perbedaan hasil tersebut diduga karena sampel yang dianalisis berbeda
umur, asal, dan kondisi tempat tumbuh. Perbedaan ini dapat menyebabkan jenis dan komposisi zat ekstraktif di dalam sampel uji berbeda sehingga aktivitas
antioksidannya juga berbeda Utami 2010. Perbedaan ini juga disebabkan oleh perbedaan metode dan pelarut yang digunakan. Menurut Fengel dan Wegener
1995, faktor lain yang mempengaruhi kandungan zat ekstraktif dalam tanaman selain umur, tempat tumbuh, genetik dan kecepatan pertumbuhan adalah jenis
pelarut. Setiap jenis pelarut memiliki karakteristik yang berbeda-beda, tidak ada pelarut yang dapat melarutkan semua zat ektraktif.
Ekstrak etil asetat bagian kayu teras memiliki aktivitas antiosidan yang sangat kuat karena memiliki nilai IC
50
yang jauh lebih rendah dari 200 ppm. Selain itu, ekstrak
metanol kayu teras juga memiliki aktivitas antioksidan tertinggi kedua setelah ekstrak etil asetatnya dari semua sampel yang diuji. Kayu
teras memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dibandingkan yang lain karena pada kayu teras banyak mengandung senyawa-senyawa fenol Sjostrom 1998 yang
diduga berperan dalam menghambat radikal bebas. Antioksidan alami
kebanyakan dalam bentuk fenolik. Gugus fenol pada antioksidan inilah yang memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas Aini 2007. Tumbuhan
berkayu diketahui mengandung banyak senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan seperti flavonoid, alkaloid, senyawa fenol, terpenoid, dan masih
banyak lagi Irawan 2006
.
Ekstrak etil asetat bagian cabang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi ketiga karena dalam cabang terdapat kayu teras yang memiliki aktivitas
antioksidan yang tertinggi. Walaupun jumlahnya kecil, kayu teras yang terkandung pada bagian cabang berkontribusi pada tingginya daya hambat
terhadap radikal bebas sehingga lebih tinggi dibandingkan kayu gubal. Hal ini disebabkan oleh ekstraktif hasil metabolisme sekunder yang berpotensi sebagai
antioksidan lebih banyak terkandung pada kayu teras dibandingkan kayu gubal. Perbedaan nilai aktivitas antioksidan ini disebabkan oleh kandungan senyawa
antioksidan masing-masing ekstrak berbeda. Menurut Sjostrom 1998, zat ekstraktif merupakan bagian kecil dari
komponen kayu yang larut dalam pelarut-pelarut organik dan air. Ekstraktif menempati tempat-tempat morfologi tertentu dalam struktur kayu. Ekstraktif fenol
terdapat dalam kayu teras dan dalam kulit. Namun dari hasil pengujian, ekstrak dari bagian kulit ternyata tidak memiliki aktivitas antioksidan karena tidak semua
senyawa dalam zat ekstraktif yang banyak terdapat pada kulit berperan sebagai antioksidan, misalnya saja tidak semua yang berpotensi sebagai antikanker atau
antibakteri juga berperan sebagai antioksidan. Hasil penelitian Juniarti 2009 menunjukkan bahwa ekstrak daun Saga dilaporkan memiliki potensi sitotoksik
terhadap larva udang dengan nilai LC
50
606,74 ppm, untuk aktivitas antioksidannya justru tidak aktif.
Penggunaan pelarut yang berbeda menghasilkan kadar ekstrak yang berbeda dan mengisolasi senyawa yang berbeda sehingga dapat mempengaruhi aktivitas
antioksidan ekstrak. Bila dilihat dari jenis pelarutnya, ekstrak etil asetat memiliki daya hambat paling tinggi. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan terhadap daun dan kulit pohon mindi asal Nepal, dimana ekstrak terlarut etil asetat juga memiliki aktivitas yang lebih kuat dibandingkan ekstrak n-
heksan dan metanol Ghimeray et al. 2009. Senyawa yang terlarut dalam n- heksan diduga berupa senyawa nonpolar seperti lemak, lilin, dan minyak sehingga
tidak memiliki aktivitas antioksidan. Senyawa yang larut dalam etil asetat adalah senyawa-senyawa semipolar yang berpotensi sebagai antioksidan. Walaupun
ekstrak metanol memiliki aktivitas antioksidan yang lebih rendah dibandingkan ekstrak etil asetat namun aktivitasnya jauh lebih tinggi dibandingkan ekstrak n-
heksan karena senyawa-senyawa polar yang memiliki aktivitas antioksidan yang belum larut pada etil asetat dapat larut pada metanol.
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang memiliki aktivitas yang kuat sebagai antioksidan dan banyak digunakan. Sebagian besar vitamin C yang ada di
pasaran adalah vitamin C sintetis. Dalam penelitian ini vitamin C digunakan sebagai kontrol positif yang juga diukur aktivitas antioksidannya.
Vitamin C mempunyai nilai IC
50
yang kecil yaitu 3,05 ppm sehingga dapat dikatakan memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat. Ekstrak etil asetat kayu teras
memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat bila dilihat dari nilai IC
50
dan lebih kuat jika dibandingkan dengan antioksidan komersial vitamin C Gambar
6, sehingga memiliki potensi yang sangat tinggi untuk dikembangkan sebagai antioksidan alami.
IC
50
ppm
3.5 3
2.5 2
1.88 3.05
1.5 1
0.5 Teras etil asetat Vitamin C
Gambar 6 Nilai IC
50
ekstrak etil asetat kayu teras dan vitamin C menggunakan metode DPPH.
4.3 Fitokimia Ekstrak Teraktif