disebabkan hasil sekuens JPPM hanya satu arah yang dapat terbaca dengan baik. Dari kedua sekuens tersebut hanya ditemukan 3 basa yang berbeda, yaitu pada
ujung kanan Gambar 7. Perbedaan 3 basa nitrogen dari sekitar 600 pasang basa dalam daerah ITS rDNA masih dapat ditoleransi karena keragaman daerah
tersebut sangat tinggi, termasuk di dalam satu spesies sehingga dapat digunakan juga sebagai penanda variabilitas intra spesies. Pada Basidiomisetes, rataan
keragaman daerah ITS rDNA intraspesies adalah 3.33 Nilsson et al. 2008. Dengan demikian kedua tubuh buah jamur pelawan merupakan spesies yang
sama.
Gambar 7 Hasil penyejajaran sekuens ITS rDNA jamur pelawan dengan program Clustal W bioedit JPPK atas dan JPPM bawah.
B. Analisis BLAST
Analisis BLAST sekuens ITS rDNA jamur pelawan dilakukan untuk seluruh DNA yang teramplifikasi dengan primer ITS1 dan ITS4 di NCBI dan Mycobank.
Rendahnya perbedaan antara sekuens DNA kedua tubuh buah Gambar 7 menyebabkan hasil BLAST antara kedua sekuens tersebut sama. Hasilnya
menunjukkan bahwa jamur pelawan memiliki kesamaan tertinggi dengan Strobilomyces retisporus sebesar 89 dengan nilai penutupan 90 NCBI,
Lampiran 9 dan kesamaan 86.7 dengan penutupan 72.6 Mycobank, lampiran 10 dan 11. Menurut Corner 1972, Horak 2005, 2011, dan data
Mycobank, S. retisporus merupakan sinonim dari H. retisporus. Dengan demikian secara molekuler jamur pelawan mempunyai kemiripan yang cukup
tinggi dengan H. retisporus. Rataan keragaman intraspesies dalam filum Basidiomycota ialah di bawah 4 Nilsson et al. 2008. Karena nilai
homologinya masih di bawah 96, maka jamur pelawan berkerabat dekat dengan H. retisporus tetapi berbeda spesies.
Nilai homologi yang rendah dengan spesies-spesies yang terdapat di Bank Gen menunjukkan bahwa spesies jamur pelawan belum terdaftar. Data ITS untuk
Heimioporus yang tersedia di Bank Gen hanya dua sekuens, yaitu daerah ITS1 sampai 5.8 S dari H. japonicus dan ITS1-ITS2 dari S. retisporus. Sekuens ITS
rDNA meupakan sekuens yang paling banyak digunakan untuk identifikasi cendawan Bruns Gardes 1993, Nilsson et al. 2008. Akan tetapi sekuens
tersebut juga sebaiknya tidak secara otomatis digunakan untuk menentukan spesies cendawan, karena sekuens-sekuens spesies pembanding yang ada di Bank
Gen belum tentu mewakili spesies sebenarnya yang telah diakui Ko et al. 2011, Nilsson et al. 2008. Idealnya, perbandingan sekuens DNA dilakukan terhadap
sekuens-sekuens spesimen tipe spesies, sehingga jika sekuens-sekuens tersebut belum ada maka spesies yang diidentifikasi sebaiknya tidak ditentukan dulu Ko
et al. 2011 sampai pembandingnya ditemukan. Karena belum semua sekuens dari H. retisporus dan spesies-spesies lain dari genus Heimioporus telah
dipublikasi, maka berdasarkan metode BLAST penentuan spesies Heimioporus jamur pelawan belum dapat ditentukan.
C. Analisis Filogenetik Sekuens ITS rDNA
Belum diketahuinya spesies jamur pelawan menyebabkan diperlukannya analisis filogenetik untuk mengetahui kekerabatan terdekat jamur tersebut. Meski
hasil BLAST menunjukkan kemiripan suatu sekuens DNA, namun tidak secara otomatis homologi tersebut dapat menunjukkan hubungan kekerabatannya.
Analisis filogenetik dilakukan dengan sekuens-sekuens hasil BLAST dan dengan beberapa sekuens Boletaceae yang telah ditentukan spesiesnya. Sebagai outgroup
digunakan sekuens Scleroderma bovista. Hasil analisis filogenetik sekuens rDNA jamur pelawan mengelompok ke dalam beberapa clade Gambar 8. Kedua
sekuens jamur pelawan terletak saling bersinggungan. Sekuens tersebut mempunyai kekerabatan terdekat dengan S. retisporus, namun letaknya yang
bersinggungan tidak didukung dengan nilai bootstrap yang tinggi. Sekuens pelawan juga berada dalam satu clade dengan P. bellus tetapi terpisah dari genus-
genus lain dari Boletaceae seperti Afroboletus, Boletus, Bothia, Chamonixia, Tylopilus, Truncocolumella dan Xerocomus. Sekuens jamur pelawan berasal dari
nenek moyang yang sama dengan genus-genus yang lain dari famili Boletaceae. Hasil ini memperkuat hasil BLAST dan analisis morfologinya bahwa jamur