Keragaman Cendawan Ektomikoriza Morphological and ITS rDNA Sequences Analysis of Pelawan Ectomycorrhizal Edible Mushroom and its Ectomycorrhizal Structure

dapat berupa produksi polifenol di dalam sel maupun deposisi metabolit sekunder di dalam dinding sel. Sebagai akibat waktu yang diperlukan untuk pembentukan simbiosis mikoriza, daerah mikoriza aktif terbentuk beberapa mili meter di belakang ujung akar. Akan tetapi hifa jala Hartig mengalami pematangan pada daerah yang lebih tua, yang lebih jauh dari ujung akar Massicotte et al. 1987. Akibatnya, aktivitas jala Hartig tergantung pada usia akar dan pertumbuhannya. Dalam akar yang lebih tua, mantel biasanya masih ada setelah simbiosis menjadi tidak aktif yang mungkin berfungsi sebagai struktur penyimpan dan propagul. Struktur anatomi selubung akar dan miselia yang menyelimutinya bersifat stabil setidaknya sampai tingkat genus cendawan dan semakin banyak digunakan untuk mempermudah karakterisasi dari ektomikoriza yang terbentuk Agerer 1991. Bahkan, perbedaan struktur mantel dapat digunakan untuk mengidentifikasi simbion cendawan yang terlibat jika tubuh buahnya tidak dijumpai. Selain itu teknik sidik jari molekular untuk cendawan yang bersimbiosis dengan ujung akar mikoriza juga memegang peranan penting dan semakin besar dalam menentukan komposisi spesies cendawan di dalam populasi alami Bruns Gardes 1993. Umumnya simbiosis ektomikoriza diketahui berdasarkan pengamatan tubuh buah dan tumbuhan inang di lapang, dan hanya sebagian kecil status mikorizanya yang telah diketahui. Oleh karenanya pengamatan dengan menelusuri hubungan dari tubuh buah ke akar tumbuhan, dan sintesis ulang mikoriza pada kondisi aksenik yang diikuti dengan sidik jari molekular sangat disarankan. Selain dari tubuh buahnya, cendawan ektomikoriza dapat dibedakan satu dari mikoriza lainnya berdasarkan beberapa ciri utama struktur simbiosisnya yaitu adanya jala Hartig, mantel, dan miselium ekstraradikal miselium perpanjangan akar. Jala Hartig sebagai struktur transfer nutrisi antara cendawan dan tumbuhan inangnya, memiliki konformasi yang sama pada semua ektomikoriza, kecuali bahwa pemanjangan penetrasi akar besifat lebih superfisial pada kebanyakan Angiospermae dibandingkan dengan Gimnospermae. Sebaliknya, mantel hifa mempunyai struktur diagnostik dari spesies cendawan yang membentuknya. Perbedaan bentuk anatomi struktur tersebutdapat digunakan untuk mengidentifikasi cendawan sampai tingkat genus dan spesies ketika tubuh buahnya tidak dijumpai Agerer 1991. Di samping itu, teknik sidik jari molekular juga digunakan untuk mempertanyakan identitas tipe-tipe mikoriza dan memungkinkan pertimbangan perubahan komposisi spesies cendawan dalam populasi alami. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Oktober 2011 di laboratorium Mikologi dan Mikroteknik Tumbuhan Biologi FMIPA serta Biorin PPSHB IPB. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian iniialah tubuh buah jamur pelawan yang dikoleksi dari Air Pasir Bangka Tengah pada bulan Maret, dan September 2011. Metode Penelitian 1. Karakterisasi Morfologi 1.1. Metode Pengumpulan Bahan Berdasarkan Largent 1973 pengambilan sampel jamur dilakukan dengan cara mencabut keseluruhan bagia-bagian badan buah tudung buah, pori, dan tangkai dengan menggunakan sekop kecil. Spesimen jamur pelawan diambil lalu dibungkus menggunakan kertas tisyu kemudian dibungkus dengan keras merang, dan dimasukkan ke dalam kotak berisi es kering. Cara lain yaitu tubuh buah dimasukkan ke dalam kotak koleksi yang terbuat dari plastik dan menutupnya rapat-rapat agar tidak terjadi penguapan. Foto dilakukan untuk merekam karakter segar di lapang dan setelah sampai di laboratorium. Sampel segar diambil untuk isolasi DNA, sedangkan sisanya dikeringkan dan disimpan pada kertas merang dan dimasukkan ke dalam lemari es. Sebagian lagi dikeringkan dengan oven pada suhu 80°C. Akar simbion yang diamati ialah yang melekat pada dasar tangkainya. 1.2. Karakterisasi Makroskopik Identifikasi morfologi dilakukan pada tubuh buah segar dan spora, dan akar ektomikoriza pelawan menggunakan metode Brundrett et al. 1996 dan Largent et al. 1978. Ciri-ciri makroskopik yang diamati diantaranya ialahkarakter tudung bentuk, ukuran, warna, dan tekstur dari tudung, karakter pori cara pori menempel pada tangkai, bentuk, ukuran, dan warna pori, dan karakter tangkai bentuk dan ukuran, warna, sifat permukaan, cara menempel pada media tumbuh,