Keragaman Tumbuhan Inang Morphological and ITS rDNA Sequences Analysis of Pelawan Ectomycorrhizal Edible Mushroom and its Ectomycorrhizal Structure
dipisahkan oleh dua daerah ITS internally transcribed spacer, yang panjangnya beberapa ratus pasang basa. Daerah ITS1 terletak antara daerah 18S dengan
5.8S, dan ITS2 berada di antara 5.8S dengan 28S. Daerah yang memisahkan unit transkripsi dari rDNA berulang bersifat non transkrip dan disebut IGS intergenic
spacer. Pada banyak spesies cendawan, terdapat pula sub unit 5S Hillis Dixon 1991. Beberapa situs restriksi terkonservasi di dalam rDNA cendawan,
sehingga dapat memudahkan dalam proses pengklonanan Binder Hibbett 2006.
Gen-gen sub unit mempunyai domain yang terkonservasi maupun variabel, yang dapat digunakan untuk perbandingan genus. Daerah pemisah yang dianggap
lebih beragam dapat digunakan sebagai pembanding spesies, bahkan pada beberapa kasus sebagai pembanding bentuk patogenik spesifik. Daerah ITS lebih
beragam dibandingkan
daerah penyandi,
sehingga bermanfaat
untuk membandingkan hubungan antar spesies dan genus yang berkerabat dekat.
Banyaknya jumlah ulangan kebanyakan sekuens rDNA per genom, dan pola evolusi bersamaan yang terjadi antara unit yang berulang menjadikan kluster
tersebut sebagai penanda molekular yang baik yang memberi kemudahan dalam analisis rDNA dengan metodologi sekuensing RNA secara langsung, sekuensing
DNA baik dengan kloning maupun amplifikasi, maupun dengan restriksi Hillis Dixon 1991.
Morfotipe Akar Ektomikoriza
Ektomikoriza terbentuk ketika akar inang dan cendawan yang sesuai tumbuh dalam hubungan yang erat dan kondisi lingkungan yang mendukung.
Urutan terbentuknya simbiosis ektomikoriza secara singkat diawali oleh terjadinya kontak, pengenalan dan pelekatan hifa pada sel epidermis dekat ujung
akar lateral muda yang sedang aktif tumbuh. Selanjutnya, miselia berproliferasi pada permukaan akar dan berdiferensiasi membentuk mantel. Hifa selanjutnya
menembus antara sel-sel epidermis dalam kebanyakan Angiospermae atau ke ruang antar sel-sel korteks dalam Gymnospermae untuk membentuk jala Hartig
berlabirin Agerer 1991. Respon tumbuhan inang terhadap kolonisasi cendawan
dapat berupa produksi polifenol di dalam sel maupun deposisi metabolit sekunder di dalam dinding sel.
Sebagai akibat waktu yang diperlukan untuk pembentukan simbiosis mikoriza, daerah mikoriza aktif terbentuk beberapa mili meter di belakang ujung
akar. Akan tetapi hifa jala Hartig mengalami pematangan pada daerah yang lebih tua, yang lebih jauh dari ujung akar Massicotte et al. 1987. Akibatnya, aktivitas
jala Hartig tergantung pada usia akar dan pertumbuhannya. Dalam akar yang lebih tua, mantel biasanya masih ada setelah simbiosis menjadi tidak aktif yang
mungkin berfungsi sebagai struktur penyimpan dan propagul. Struktur anatomi selubung akar dan miselia yang menyelimutinya bersifat
stabil setidaknya sampai tingkat genus cendawan dan semakin banyak digunakan untuk mempermudah karakterisasi dari ektomikoriza yang terbentuk Agerer
1991. Bahkan,
perbedaan struktur
mantel dapat
digunakan untuk
mengidentifikasi simbion cendawan yang terlibat jika tubuh buahnya tidak dijumpai. Selain itu teknik sidik jari molekular untuk cendawan yang
bersimbiosis dengan ujung akar mikoriza juga memegang peranan penting dan semakin besar dalam menentukan komposisi spesies cendawan di dalam populasi
alami Bruns Gardes 1993. Umumnya simbiosis ektomikoriza diketahui berdasarkan pengamatan tubuh buah dan tumbuhan inang di lapang, dan hanya
sebagian kecil status mikorizanya yang telah diketahui. Oleh karenanya pengamatan dengan menelusuri hubungan dari tubuh buah ke akar tumbuhan, dan
sintesis ulang mikoriza pada kondisi aksenik yang diikuti dengan sidik jari molekular sangat disarankan.
Selain dari tubuh buahnya, cendawan ektomikoriza dapat dibedakan satu dari mikoriza lainnya berdasarkan beberapa ciri utama struktur simbiosisnya yaitu
adanya jala Hartig, mantel, dan miselium ekstraradikal miselium perpanjangan akar. Jala Hartig sebagai struktur transfer nutrisi antara cendawan dan tumbuhan
inangnya, memiliki konformasi yang sama pada semua ektomikoriza, kecuali bahwa pemanjangan penetrasi akar besifat lebih superfisial pada kebanyakan
Angiospermae dibandingkan dengan Gimnospermae. Sebaliknya, mantel hifa mempunyai struktur diagnostik dari spesies cendawan yang membentuknya.
Perbedaan bentuk
anatomi struktur
tersebutdapat digunakan
untuk