30
Gambar 11. Rata – rata frekuensi proliferasi kalus embriogenik sel endosperma
mangga varietas Arumanis klon 143 pada berbagai jenis media perlakuan
3. Pendewasaan Embrio
3.1. Pendewasaan embrio dengan menggunakan inokulum embrio fase
kotiledonari Pada tahapan pendewasaan embrio, inokulum embrio fese kotiledonari
dari media MA2 dan MA3 dipindahkan ke-6 jenis media pendewasaan P1, P2, P3, P4, P5 dan P6. Berdasarkan hasil percobaan, pertumbuhan inokulum pada
setiap media pendewasaan menunjukkan hasil yang berbeda. Pertumbuhan embrio fase kotiledonari yang berasal dari media MA2 dan MA3 pada media
pendewasaan P1 dengan komposisi 1 mgl 2,4-D, glutamin dan sukrosa 6, menunjukkan pembentukan kalus embriogenik Gambar 12A dan 12B. Hal ini
diduga karena adanya kombinasi antara glutamin dan 2,4-D. Pada media P2 dengan komposisi 0,2 mgl BAP, 0,5 mgl NAA dan sukrosa 3, embrio fase
kotiledonari yang berasal dari media MA2 dan MA3 menunjukkan terbentuknya embrio sekunder tanpa adanya tunas Gambar 13A dan 13B.
31
Gambar 12. Keragaan embrio somatik mangga var Arumanis klon 143 fase kotiledonari pada media pendewasaan P1. A : inokulum berasal
dari media MA2, B : inokulum berasal dari media MA3
A B
Gambar 13. Keragaan embrio somatik mangga var Arumanis klon 143 fase kotiledonari pada media pendewasaan P2. A : inokulum berasal
dari media MA2, B : inokulum berasal dari media MA3
Pada media P3 dengan komposisi glutamin, 200 ml air kelapa, dan sukrosa 4, embrio fase kotiledonari yang berasal dari media MA2 dan MA3 menunjukkan
pertumbuhan kotiledon yang berwarna hijau, dan menghasilkan banyak embrio sekunder Gambar 14A dan 14B. Pada eksplan kotiledon dari MA2, mulai terbentuk
tunas dengan bentuk tanaman rosete dan daun yang tebal. Embrio fase kotiledonari yang ditanam pada media pendewasaan P4 dengan komposisi glutamin, 200 ml air
kelapa dan sukrosa 2 menunjukkan pertumbuhan embrio sekunder yang cukup banyak Gambar 15A dan 15B. Hingga akhir pengamatan, pada media P4 belum
ditemukan adanya tunas.
32
Gambar 14. Keragaan embrio somatik mangga var Arumanis klon 143 fase kotiledonari pada media pendewasaan P3. A : inokulum berasal
dari media MA2, B : inokulum berasal dari media MA3
A B
A B
Gambar 15. Keragaan embrio somatik mangga var Arumanis klon 143 fase kotiledonari pada media pendewasaan P4. A : inokulum berasal
dari media MA2, B : inokulum berasal dari media MA3 Pada media P5, dengan komposisi setengah konsentrasi media dasar
ditambah dengan glutamin dan sukrosa 3, embrio fase kotiledon juga menunjukkan pertumbuhan embrio sekunder. Namun, hingga akhir pengamatan,
belum ditemukan adanya tunas Gambar 16A dan 16B. Pada media P6, dengan komposisi glutamin dan sukrosa 2, embrio fase kotiledon menunjukkan
terbentuknya kalus embriogenik, selain itu juga terbentuk embrio sekunder Gambar 17A dan 17B.
A B
Gambar 16. Keragaan embrio somatik mangga var Arumanis klon 143 fase kotiledonari pada media pendewasaan P5. A : inokulum berasal
dari media MA2, B : inokulum berasal dari media MA3
33
A B
Gambar 17. Keragaan embrio somatik mangga var Arumanis klon 143 fase kotiledonari pada media pendewasaan P6. A : inokulum berasal
dari media MA2, B : inokulum berasal dari media MA3
3.2. Pendewasaan embrio dengan menggunakan inokulum kalus embriogenik