27 Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa meskipun nilai
persentase jumlah eksplan membentuk kalus pada media MA2 B5 makro + MS mikro + 0,2 mgl BAP + 0,5 mgl NAA + 0,5 mgl GA
3
+ 3 sukrosa tertinggi, namun persentase kalus embriogenik yang diperoleh lebih rendah dibandingkan
dengan media MA3 B5 makro + MS mikro + 0,2 mgl BAP + 1 mgl NAA + 0,5 mgl GA
3
+ 3 sukrosa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media MA3 merupakan media yang optimal untuk menginduksi kalus embriogenik.
Leksonowati dan Witjaksono 2011 menyatakan bahwa penambahan NAA pada konsentrasi 0,1 mgl dan 1 mgl pada medium BA, cenderung meningkatkan
persentase survival inokulum daun dari tunas kentang hitam in vitro pada konsentrasi BA rendah 0,1 mgl, tetapi tidak berpengaruh nyata pada medium
dengan BA lebih tinggi 0,5–5 mgl. Peningkatan konsentrasi NAA pada medium dengan BA meningkatkan persentase inokulum membentuk kalus, terutama pada
medium dengan konsentrasi BA rendah. Peningkatan NAA pada medium tidak hanya meningkatkan persentase inokulum membentuk kalus tetapi juga
banyaknya kalus yang terbentuk. Persentase pembentukan kalus tertinggi 100 didapat pada medium dengan NAA tertinggi 1 mgl dan BA terendah 0,1 mgl.
2. Proliferasi Kalus Embriogenik
Berdasarkan hasil tahapan percobaan sebelumnya induksi kalus, jumlah kalus embriogenik yang dihasilkan sangat sedikit, untuk itu dilakukan proliferasi
kalus. Media yang digunakan pada proliferasi kalus ini sama dengan media induksi. Kalus yang dihasilkan pada media induksi bersifat remah. Kalus ini
kemudian dipecah menjadi beberapa bagian yang kemudian ditanam pada media asal kalus tersebut.
Pertambahan diameter kalus tiap minggu pada beberapa media mengalami fluktuasi. Pada minggu pertama, pertambahan diameter kalus terbesar diperoleh
pada media MA1 dan BA1 dengan nilai 1.40 mm dan 1.45 mm. Pada minggu kedua, media MA2 menghasilkan pertambahan diameter terbesar yaitu 1.85 mm.
Pada minggu ketiga media BA1 menghasilkan pertambahan diameter terbesar yaitu 1.1 mm dan tidak berbeda nyata dengan media lainnya. Pada akhir
pengamatan minggu ke-4, pertambahan diameter kalus pada media MA2
28 berbeda nyata dengan media MA1, MA3, MA4, BA1, BA2, dan BA4 Tabel 8.
Berdasarkan pertambahan diameter kalus total, dapat diketahui bahwa media MA2 menghasilkan nilai yang paling besar yaitu 5.80 mm dan berbeda nyata
dengan media yang lainnya, sehingga dapat dijadikan sebagai media yang optimal dalam proliferasi kalus embriogenik.
Tabel 8.
Pengaruh jenis media terhadap pertambahan diameter kalus sel endosperma mangga Arumanis klon 143
Media Pertambahan diameter kalus mm
Pertambahan diameter kalus total mm
minggu minggu minggu minggu minggu
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-4
MA1 1.4a 1.0b
0.4bc 0.5b
3.2b MA2 0.6b
1.9a 0.9ab
2.5a 5.8a
MA3 0.0c 0.3c
0.6abc 0.9b
1.7c MA4 0.35bc
0.5c 0.2c
0.1b 1.2c
BA1 1.45a 0.5c
1.1a 0.4b
3.4b BA2 0.00c
0.2c 0.3c
0.2b 0.7c
BA4 0.40bc 0.2c
0.1c 0.1b
0.8c KK 13.27
14.84 18.5
20.62 15.92
Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom peubah yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT dengan
α=5. Nilai KK merupakan hasil transformasi pada
√x + 1
Proliferasi yang dilakukan pada kalus embriogenik dimedia induksi ternyata memberikan hasil akhir yang berbeda. Pada media MA1, MA4, BA1, BA2 dan BA4,
proliferasi yang dilakukan pada umumnya hanya menambah diameter kalus. Hal ini terlihat dari semakin besarnya diameter kalus. Pada tahapan ini, sedikit sekali
ditemukan embrio fase kotiledonari. Sedangkan pada media MA2 dan MA3, selain menambah diameter kalus, proliferasi yang dilakukan juga menyebabkan adanya
pertumbuhan dan perkembangan embrio dari struktur globular menjadi fase jantung, torpedo dan fase kotiledon Gambar 10.
29
A B
C
D E
Gambar 10.
Tahap perkembangan embriogenesis sel endosperma mangga varietas Arumanis klon 143 A. Kalus embriogenik dari sel
endosperma, B. Fase globular, C. Fase Jantung, D. Fase Torpedo, E. Fase kotiledon
Proliferasi kalus yang telah dilakukan selain untuk mengetahui ukuran diameter kalus yang dihasilkan, juga dapat mempelajari kemampuan proliferasi
kalus tersebut jika ditanam pada media perlakuan. Nilai frekuensi proliferasi kalus embriogenik yang disajikan pada Gambar 11 diperoleh setelah empat minggu
dikulturkan dalam media perlakuan. Pada media MA, frekuensi proliferasi kalus tertinggi terdapat pada media MA2 dengan nilai 1.83 kali, sedangkan pada media
BA, frekuensi proliferasi kalus embriogenik tertinggi dihasilkan pada media BA1 yaitu sebesar 1.67 kali.
30
Gambar 11. Rata – rata frekuensi proliferasi kalus embriogenik sel endosperma
mangga varietas Arumanis klon 143 pada berbagai jenis media perlakuan
3. Pendewasaan Embrio