25 dan Witjaksono 2011 menyatakan bahwa pembentukan kalus pada inokulum
daun kentang hitam menurun dengan meningkatnya konsentrasi BA dalam medium. Persentase pembentukan kalus tertinggi 100 didapat pada medium
dengan BA terendah 0,1 mgl. Hasil pengamatan pembentukan kalus berdasarkan jumlah eksplan yang
ditanam Tabel 7 menunjukkan bahwa persentase eksplan membentuk kalus terbesar diperoleh pada media MA2 dan MA3 dengan umur buah 3 minggu yaitu
28. Pada media BA, persentase eksplan membentuk kalus terbesar diperoleh pada media BA2 dari buah yang berumur 3 minggu yaitu 27.67.
Tabel 7. Persentase eksplan sel endosperma mangga Arumanis klon 143 yang membentuk kalus pada berbagai media perlakuan sampai dengan
20 MST
Jenis Media
Persentase eksplan membentuk kalus umur buah
1 minggu 2 minggu
3 minggu JET JEH JET JEH JET JEH
MA1 0.00 0.00
0.00 0.00
16.67 46.00
MA2 11.00 20.00
11.00 16.67
28.00 62.50
MA3 11.00 16.67
5.67 16.67
28.00 45.84
MA4 0.00 0.00
11.33 33.34
0.00 0.00
MA5 0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
BA1 0.00 0.00
6.00 25.00
5.67 11.11
BA2 0.00 0.00
0.00 0.00
27.67 58.33
BA3 0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
BA4 5.67 8.33
0.00 0.00
22.33 50.00
BA5 0.00 0.00
0.00 0.00
11.33 22.22
Ket : JET : Persentase eksplan membentuk kalus dibagi jumlah eksplan yang ditanam JEH : Persentase eksplan membentuk kalus dibagi jumlah eksplan yang hidup
Kalus dari sel endosperma yang dihasilkan pada media perlakuan dan umur buah yang berbeda tidak semuanya bersifat embriogenik. Kalus
embriogenik ditunjukkan dengan warnanya yang krem kekuningan berstruktur remah friable dan ditemukan adanya sel globular Gambar 8A. Berdasarkan
hasil pengamatan, ditemukan bahwa kalus yang terbentuk pada buah yang berumur 1 minggu U1 tidak ada yang bersifat embriogenik dan kalus yang
dihasilkan berubah warna menjadi coklat kehitaman Gambar 8B. Hal ini disebabkan karena terbentuknya senyawa fenolik. Senyawa ini sangat toksik bagi
26 tanaman dan dapat menghambat pertumbuhan. Penanggulangan pengaruh negatif
dari senyawa ini dapat dikurangi dengan melakukan subkultur kalus ke media baru.
A B
Gambar 8. Kalus yang berasal dari eksplan sel endosperma mangga Arumanis klon 143 A : Kalus yang embriogenik dan B : kalus yang tidak
embriogenik Kalus yang dihasilkan oleh eksplan dari buah yang berumur 2 minggu
U2 dan 3 minggu U3 tidak semuanya embriogenik. Gambar 9 menunjukkan bahwa eksplan dari buah yang berumur 3 minggu, yang ditanam pada media MA3
menghasilkan persentase kalus embriogenik tertinggi yaitu 37.5.
Gambar 9. Persentase kalus embriogenik dari eksplan sel endosperma mangga
Arumanis klon 143 pada berbagai media perlakuan pada 20 MST
27 Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa meskipun nilai
persentase jumlah eksplan membentuk kalus pada media MA2 B5 makro + MS mikro + 0,2 mgl BAP + 0,5 mgl NAA + 0,5 mgl GA
3
+ 3 sukrosa tertinggi, namun persentase kalus embriogenik yang diperoleh lebih rendah dibandingkan
dengan media MA3 B5 makro + MS mikro + 0,2 mgl BAP + 1 mgl NAA + 0,5 mgl GA
3
+ 3 sukrosa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media MA3 merupakan media yang optimal untuk menginduksi kalus embriogenik.
Leksonowati dan Witjaksono 2011 menyatakan bahwa penambahan NAA pada konsentrasi 0,1 mgl dan 1 mgl pada medium BA, cenderung meningkatkan
persentase survival inokulum daun dari tunas kentang hitam in vitro pada konsentrasi BA rendah 0,1 mgl, tetapi tidak berpengaruh nyata pada medium
dengan BA lebih tinggi 0,5–5 mgl. Peningkatan konsentrasi NAA pada medium dengan BA meningkatkan persentase inokulum membentuk kalus, terutama pada
medium dengan konsentrasi BA rendah. Peningkatan NAA pada medium tidak hanya meningkatkan persentase inokulum membentuk kalus tetapi juga
banyaknya kalus yang terbentuk. Persentase pembentukan kalus tertinggi 100 didapat pada medium dengan NAA tertinggi 1 mgl dan BA terendah 0,1 mgl.
2. Proliferasi Kalus Embriogenik