32 761.00 Karakteristik Responden KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1

52 sawi, kubis, cabai, jamur dan kedelai edamame. Di Desa Cipayung terdapat budidaya jamur tiram putih terbesar di Kecamatan Megamendung BPS Kabupaten Bogor b, 2011.

5.1.2.2 Keadaan Demografis Kecamatan Megamendung

Jumlah penduduk Kecamatan Megamendung pada tahun 2010 sebanyak 93 237.00 orang, terdiri dari 47 119.00 orang laki-laki dan 46 118.00 orang perempuan, yang tersebar di sebelas desa dengan kepadatan penduduk 32 7.061.00 jutakm 2 . Jumlah penduduk terbesar sebanyak 22 911.00 orang 12 997.00 orang laki-laki dan 9 914.00 orang perempuan yang bertempat tinggal di Desa Cipayung, dengan kepadatan penduduk 1 782.00 jiwakm 2 . Jumlah penduduk di Kecamatan Megamendung dapat dilihat secara rinci pada Tabel 12. Tabel 12. Jumlah Penduduk, Luas Desa dan Kepadatannya di Kecamatan Megamendung Tahun 2010 No Desa Jumlah Penduduk Jiwa Luas ha Kepadatan Jiwa Km 2 1 Sukaresmi 4 436.00 4.49 1 782.00 2 Sukagalih 8 067.00 2.47 3 266.00 3 Kuta 6 293.00 1.80 3 496.00 4 Sukakarya 6 603.00 3.99 1 655.00 5 Sukamanah 6 925.00 1.81 3 826.00 6 Sukamaju 6 713.00 2.10 3 197.00 7 Sukamahi 8 803.00 1.96 4 491.00 8 Gadog 6 984.00 1.91 3 657.00 9 Cipayung 22 911.00 7.75 2 956.00 10 Cipayung Girang 9 187.00 2.35 3 909.00 11 Megamandung 6 315.00 12.00 526.00 Jumlah 93 237.00

42.63 32 761.00

Sumber: BPS Kabupaten Bogor b, 2011 Berdasarkan Tabel 12, penduduk terbanyak di Kecamatan Megamendung bermukim di Desa Cipayung yang merupakan salah satu desa penghasil jamur tiram putih. Penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 7 612.00 orang yang terdiri dari petani pemilik tanah sebanyak 1 268 orang, petani penggarap tanah sebanyak 5 154 orang dan buruh tani sebanyak 1 190 orang, sedangkan 53 penduduk yang bekerja disektor perdagangan sebanyak 3 046 orang BPS Kabupaten Bogor b, 2011. Jumlah petani jamur tiram putih di Kecamatan Megamendung lebih sedikit dibandingkan dengan Kecamatan Cisarua. Sebaran lokasi usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Megamendung dapat dilihat secara rinci pada Tabel 13. Tabel 13. Alamat Usahatani Jamur Tiram Putih dan Wilayah Pemasaran Jamur Tiram Putih di Kecamatan Megamendung Tahun 2011 No Nama Alamat Kapasitas Produksi ton Pemasaran 1 Edi N Cipayung 350.00 Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi 2 Nurdin Cihangawar 350.00 Bogor 3 BSM Megamendung 200.00 Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2011 Berdasarkan Tabel 13, bahwa lokasi usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Megamendung tersebar di tiga desa yaitu Desa Cipayung, Suka Karya dan Megamendung. Total produksi jamur tiram putih Kecamatan Cisarua, yaitu 900 tonbulan, meskipun jumlah petani jamur tiram putih di Kecamatan Megamendung sebanyak tiga orang dan petani di Kecamatan Cisarua sebanyak enam orang namun total produksi jamur tiram putih segar Kecamatan Megamendung lebih besar, yaitu sebesar 510 ton dari pada Kecamatan Cisarua.

5.2 Gambaran Umum Usahatani Jamur Tiram Putih

Usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung sudah berkembang sejak tahun 1998. Salah satu pelopor budidaya jamur tiram putih yaitu almarhum Bapak Badri Ismaya yaitu ketua Kelompok Tani Kaliwungu Kalimuncang yang berada di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua. Pengetahuan masyarakat yang semakin tinggi mengenai manfaat jamur tiram putih, membuat permintaan jamur tiram putih semakin tinggi. Hal ini telah 54 mendorong para petani untuk mencoba berusahatani jamur tiram putih. Hasil produksi jamur tiram putih di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Daerah Penghasil Jamur Tiram Putih di Kabupaten Bogor Tahun 2008 - 2010 ton No Kecamatan 2008 2009 2010 1 Cigudeg 0.00 0.00 9.00 2 Nanggung 7.50 8.50 2.00 3 Leuwiliang 5.00 7 .50 7 .50 4 Cibungbulang 10.00 10.00 5.00 5 Pamijahan 10.00 10.00 5.00 6 Luwisadeng 10.00 10.00 12.00 7 Tenjolay 5.00 5.00 8.00 8 Ciseeng 0.00 0.00 20.00 9 Kemang 0.00 0.00 5.00 10 Rancabungur 2.50 2 .50 5.00 11 Dramaga 0.00 0.00 12.50 12 Ciomas 0.00 0.00 7.50 13 Tamansari 5.00 5.00 6.00 14 Caringin 10.00 10.00 2.00 15 Cijeruk 0.00 2 .50 7.00 16 Ciawi 0.00 0.00 13.50 17 Megamendung 0.00 0.00 445.00 18 Cisarua 200.00 160.00 180.00 19 Sukaraja 4.00 4.00 10.00 20 Citeureup 0.00 0.00 4.00 21 Babakan Madang 5.00 5.00 2.50 22 Cibinong 0.00 0.00 5.00 23 Cigombong 0.00 0.00 10.00 24 Gunung Putri 0.00 0.00 6.00 TOTAL 274.00 240.00 789.50 Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2011 Berdasarkan Tabel 14, Kecamatan Cisarua menempati peringkat pertama sebagai penghasil jamur tiram putih di Kabupaten Bogor dengan jumlah produksi sebesar 540 ton. Hasil produksi jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua pada tahun 2009 sebesar 200 ton dan tahun 2010 produksi jamur tiram putih Kecamatan Megamendung lebih banyak dari pada Kecamatan Cisarua dengan selisih produksi sebesar 265 ton. Sejak tahun1998, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor mulai mengutamakan program-program pertanian untuk komoditi jamur tiram putih seperti aplikasi teknologi dan penyuluhan mengenai tata cara budidaya jamur tiram putih. Bertambahnya pengalaman serta belajar dari kegagalan, para petani 55 mulai menemukan teknik budidaya yang tepat dan berhasil meningkatkan produksi jamur tiram putih. Keberhasilan petani dalam budidaya jamur tiram di Kecamatan Cisarua, membuat banyak petani berdatangan ke kawasan ini untuk belajar budidaya jamur tiram putih. Berdasarkan Pada Pasal 6 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 mengenai skala usaha yang didasarkan pada kekayaan yang dimiliki tidak termasuk tanah dan bangunan dan hasil penjualan. Usahatani non plasma A berdasarkan kekayaan yang dimiliki tidak termasuk tanah dan bangunan termasuk dalam skala usaha kecil dengan kekayaan sebesar Rp 150 445 500.00. Usahatani non plasma A berdasarkan hasil penjualan termasuk kedalam skala usaha menengah dengan hasil penjualan bibit jamur tiram putih dan jamur tiram putih segar sebesar Rp 2 749 356 000.00tahun Usahatani non plasma B berdasarkan kekayaan yang dimiliki tidak termasuk tanah dan bangunan termasuk dalam skala usaha kecil dengan kekayaan sebesar Rp 22 584 000.00, rincian kekayaan usahatani non plasma B dapat dilihat pada Lampiran 2. Usahatani non plasma B berdasarkan hasil penjualan termasuk kedalam skala usaha kecil dengan besar penjualan jamur tiram putih segar sebesar Rp 568 620 000.00tahun. Usahatani plasma berdasarkan kekayaan yang dimiliki tidak termasuk tanah dan bangunan termasuk dalam skala usaha kecil dengan kekayaan sebesar Rp 813 500.00, rincian kekayaan usahatani plasma dapat dilihat pada Lampiran 3. Usahatani plasma berdasarkan hasil penjualan termasuk kedalam skala usaha kecil dengan hasil penjualan jamur tiram putih segar sebesar Rp 568 620 000.00tahun. 56

5.2.1 Usahatani Non Plasma A

Usahatani non plasma A adalah usahatani jamur tiram putih yang membuat bag log dan bibit jamur tiram putih. Tahap usahataninya dimulai dari tahap pembuatan bibit, pembuatan bag log, pemeliharaan sampai masa panen. Usahatani jamur tiram putih non plasma A di Kecamatan Cisarua dan Megamendung berjumlah dua unit. Pembuatan bibit terdiri dari tiga tahap yang memerlukan waktu satu bulan sampai bibit siap dipakai. Setiap tahapan pembuatan bibit tidak dapat berjalan dengan sempurna. Tingkat kegagalan dalam pembuatan bibit sebesar 10 untuk setiap tahapan pemecahan bibit mulai dari biang sampai dengan tahap pembuatan bibit. Tahap pertama pembuatan bibit jamur tiram putih yaitu petani membuat biang, pembuatan biang murni sebanyak 100 botol. Tahap kedua adalah pemecahan biang murni. Satu botol biang murni yang sudah dibuat dapat dipecah menjadi 35 botol. Tahap ketiga dimana satu botol biang murni yang sudah di pecah dapat di pecah kembali menjadi 10 botol. Hasil bersih dari tiga tahap pembuatan bibit sebanyak 306 180 botol .

5.2.2 Usahatani Non Plasma B

Usahatani non plasma B adalah usahatani jamur tiram putih yang membuat bag log namun tidak membuat bibit. Tahap usahataninya dimulai dari tahap pembuatan bag log, pemeliharaan sampai pada tahap panen. Usahatani jamur tiram putih non plasma B di Kecamatan Cisarua dan Megamendung berjumlah sebelas unit. Terdapat dua petani non plasma B yang tergabung dalam kelompok tani, kelompok tani tersebut adalah Kelompok Tani Cijulang Asri yang berada di 57 Kecamatan Cisarua dan Kelompok Wanita Tani Asri yang berada di Kecamatan Megamendung.

1. Kelompok Tani Cijulang Asri

Kelompok Tani Cijulang Asri berdiri pada 15 Februari 2006 dan dikukuhkan pada 24 Maret 2000 dengan ketua Bapak Zaenal Arifin. Lokasi Kelompok Tani Cijulang Asri, Dusun Cijulang RT 03 RW 05 Desa Kopo, Kecamatan Cisarua. Jumlah anggota kelompok tani sebanyak 25 orang, luas lahan anggota kelompok tani seluas 23 ha yang terdiri dari 11 ha sawah dan 12 ha daratan. Kelompok Tani Cijulang Asri bergerak pada banyak sektor usahatani, diantaranya yaitu: 1 budidaya jamur tiram putih, 2 pengembangan ternak kambing sebanyak 15 ekor dilakukan oleh anggota kelompok tani di kandang milik anggota kelompok tani, 3 produksi pupuk kadang dan kompos dan 4 membuat pembibitan tanaman keras dan buah-buahan. Budidaya jamur tiram putih hanya dilakukan oleh satu orang anggota saja yaitu Bapak Basir. Usahatani jamur tiram putih yang dilakukan oleh Bapak Basir mendapat bantuan dana dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor yang berupa alat-alat untuk produksi bag log dan bahan-bahan untuk membuat bag log. Kumbung yang dimilikinya mempunyai kapasitas bag log 10 000 log.

2. Kelompok Wanita Tani Asri

Kelompok Wanita Tani Asri KWT Asri berdiri pada 20 April 2008 dengan ketua Ibu Fatimah. Lokasi KWT Asri di Dusun Cikopo Selatan Kampung Jawa RT 01 RW 03, Desa Sukamaju, Kecamatan Megamendung. KWT Asri mempunyai sebelas orang anggota, di KTW Asri tidak hanya melakukan kegiatan 58 di sektor pertanian saja tetapi juga kegiatan pembuatan makanan ringan. Kegiatan KWT Asri dalam sektor pertanian yaitu: 1 budidaya jamur tiram putih, 2 pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman toga, 3 penyedia sarana produksi pertanian dan di sektor lainnya seperti: 1 pembuatan molen mini, 2 kacang upet dan sale pisang. Di KWT Asri usahatani jamur tiram putih hanya dilakukan oleh satu anggota saja yaitu Ibu Fatimah. Teknik budidaya jamur tiram putih diperoleh Ibu Fatimah dari mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat karena tertarik untuk mengembangkan usahatani jamur tiram putih, selanjutnya Ibu Fatimah mengajukan dana bantuan kepada dinas terkait untuk mengembangkan jamur tiram putih di desanya dan pengajuan dana tersebut mendapat respon positif. Bantuan dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat berupa material untuk pembuatan kumbung jamur, peralatan produksi bag log yaitu drum, kompor semawar, cangkul, sekop, lampu bunsen dan lainya serta bahan- bahan untuk pembuatan bag log.

5.2.3 Usahatani Plasma

Usahatani plasma adalah usahatani jamur tiram putih yang tidak membuat bag log melainkan membeli dari para pembuat bag log. Tahap usahatani yang dilakukan hanya tahap pemeliharaan sampai masa panen. Usahatani jamur tiram putih plasma di Kecamatan Cisarua dan Megamendung berjumlah delapan unit.

5.3 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 20 responden dan merupakan populasi dari usahatani jamur tiram putih yang ada di Kecamatan Cisarua dan Megamendung. Petani yang menjadi responden adalah petani yang melakukan 59 usahatani jamur tiram putih sebagai usaha sampingan maupun sebagai usaha pokok. Karakteristik petani dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan karakteristik geografis usahatani dan karakteristik demografis petani.

5.3.1 Karakteristik Geografis Usahatani Jamur Tiram Putih

Karakteristik geografis usahatani terdiri dari: daerah usahatani dan lama usahatani. Jumlah petani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua pada tahun 2011 sebanyak enam orang, berdasarkan pengamatan di lapang jumlah petani jamur tiram putih di Kecamata Cisarua pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 53.85 menjadi tiga belas orang. Peningkatan jumlah petani jamur tiram putih juga terjadi di Kecamatan Megamendung. Tahun 2011 jumlah petani sebanyak tiga orang, dan tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah petani sebesar 62.50 yaitu menjadi delapan orang. Lokasi usahatani non plasma A tersebar rata di dua kecamatan. Lokasi usahatani non plasma B terbanyak di Desa Kopo, Kecamatan Cisarua. Hal ini terjadi karena di Desa Kopo memiliki kelompok tani yang sering mendapat pelatihan dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Lama usahatani non plasma A rata-rata diatas sepuluh bulan, sedangkan usahatani non plasma B lama usahatani terbanyak yaitu tiga sampai tiga belas bulan dan usahatani plasma satu sampai tiga bulan. Hal ini menunjukkan banyak petani jamur tiram putih baru memulai usahataninya dan masih baru mengetahui teknik-teknik budidaya jamur tiram, disamping itu usahatani jamur tiram putih di daerah penelitian masih dalam tahap perkembangan. 60

5.3.2 Karakteristik Demografis Usahatani Jamur Tiram Putih

Karakteristik demografis terdiri dari: usia, tingkat pendidikan dan sertaan pelatihan. Karakteristik demografis usahatani dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Karakteristik Demografis Usahatani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung Karakteristik Usahatani Non Plasma A Usahatani Non Plasma B Usahatani Plasma 1 Usia 30 tahun 0.00 27.00 31.00 30-50 tahun 0.00 27.00 14.00 50 tahun 100.00 46.00 35.00 2 Tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama 0.00 18.00 14.00 Sekolah Menengah Atas 50.00 36.00 29.00 Perguruan Tinggi 50.00 46.00 57.00 3 Keikut sertaan pelatihan Mengikuti 100 25.00 14.00 Tidak mengikuti 0.00 75.00 86.00 Sumber: Data primer diolah, 2012 Rata-rata usia petani ada pada kisaran usia kurang produktif sehingga kondisi fisik petani sudah tidak cukup kuat untuk mengelola seluruh usahatani jamur tiram putih atau melakukan langsung proses produksi. Oleh karena itu, hampir semua petani responden merupakan petani yang memperkerjakan orang lain untuk mengelola usahatani jamur tiram putih. Seluruh petani responden pernah mengikuti pendidikan formal. Tingkat pendidikan petani jamur tiram putih pada umumnya tergolong tinggi, petani sebagian besar menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi kemampuan petani dalam menyerap informasi mengenai teknik budidaya dan teknologi yang digunakan dalam usahatani jamur tiram putih. Selain memiliki pendidikan tinggi petani jamur tiram putih juga harus memiliki keterampilan dalam membudidayakan jamur tiram putih. Keterampilan ini dapat diperoleh dengan 61 mengikuti pelatihan. Semua petani non plasma A mengikuti pelatihan, sedangkan petani non plasma B yang mengikuti pelatihan sebanyak 25 dan petani plasma sebanyak 14. Hal ini menunjukkan bahwa petani non plasma A lebih antusias dalam mencari informasi dan keterampilan mengenai budidaya jamur tiram putih. VI. ANALISIS PENDAPATAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH DI KECAMATAN CISARUA DAN KECAMATAN MEGAMENDUNG 6.1 Analisis Pendapatan Usahatani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung Pendapatan pada usahatani jamur tiram putih merupakan manfaat langsung dari usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung. Pendapatan usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung dibedakan menjadi tiga, hal ini sesuai dengan jenis usahatani yang dilakukan yaitu: 1 pendapatan usahatani jamur tiram putih non plasma A, 2 pendapatan usahatani jamur tiram putih non plasma B dan 3 pendapatan usahatani jamur tiram putih plasma. Perhitungan pendapatan rata-rata usahatani jamur tiram putih dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Perhitungan Pendapatan Rata-rata Usahatani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung Uraian Usahatani Non Plasma A Usahatani Non Plasma B Usahatani Plasma Penerimaan ribu rupiah 2 749 356.00 568 620.00 68 477.40 Biaya tunai ribu rupiah 2 146 178.40 517 941.54 66 709.59 Biaya non tunai ribu rupiah 67 700.00 15 374.41 2 006.83 Total biaya ribu rupiah 2 213 878.40 533 315.95 68 716.42 Pendapatan atas biaya tunai ribu rupiah 603 117.60 50 678.48 1 767.81 Pendapatan atas biaya total ribu rupiah 535 477.60 35 304.05 -239.02 RC atas biaya tunai 1.28 1.10 1.03 RC atas biaya total 1.24

1.07 0.99

Sumber: Data primer diolah, 2012 Biaya yang dikeluarkan dalam usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung terdiri dari dua komponen yaitu biaya tunai dan biaya non tunai. Total biaya rata-rata dari ketiga jenis usahatani yang ada, usahatani non plasma A memiliki biaya total terbesar, yaitu sebesar Rp 2 213 878.40tahun. Hal ini terjadi karena petani non plasma dalam menjalankan usahanya membeli lahan, peralatan untuk memproduksi bibit, bag log dan growing, selain itu bag log yang 63 diproduksi oleh usahatani non plasma A lebih banyak daripada yang diproduksi oleh usahatani non plasma B dan bag log yang dibeli oleh petani plasma, yaitu sebanyak 4 000.00 loghari. Usahatani non plasma A juga mengeluarkan biaya untuk pembuatan bibit. Rincian biaya pada usahatani non plasma A dapat dilihat pada Lampiran 4. Biaya total yang dikeluarkan oleh usahatani non plasma B tidak sebesar yang dikeluarkan oleh usahatani non plasma A karena pada usahatani non plasma B tidak mengeluarkan biaya untuk membeli peralatan pembuatan bibit dan lahan, selain itu bag log yang diproduksi oleh usahatan non plasma B tidak sebanyak petani non plasma A, yaitu sebanyak 900 loghari. Rincian biaya pada usahatani non plasma B dapat dilihat pada Lampiran 5. Usahatani plasma dari ketiga jenis usahatani yang ada memiliki biaya total terkecil karena pada usahatani plasma peralatan yang dibeli adalah untuk growing dan petani tidak membeli lahan untuk melakukan usahataninya. Rincian biaya pada usahatani plasma dapat dilihat pada Lampiran 6. Dari ketiga jenis usahatani yang ada, usahatani non plasma A memiliki pendapatan rata-rata atas biaya tunai, pendapatan rata-rata atas biaya total, RC atas biaya tunai dan RC atas biaya total terbesar. Usahatani plasma memperoleh pendapatan atas biaya total negatif dan RC atas biaya total kurang dari satu, hal ini berarti bahwa petani plasma mengalami kerugian sebesar Rp 239 020.00tahun. Kerugian yang dialami usahatani plasma disebabkan karena petani plasma membeli bag log yang sudah jadi, harga bag log yang sudah jadi lebih mahal dari pada bag log yang diproduksi sendiri oleh petani non plasma A disamping harga bag log yang mahal petani plasma mengisi kumbungnya hanya 64 satu tahun tiga kali tidak seperti usahatani yang membuat bag log yang dapat mengisi kumbung setiap hari sehingga bag log yang sudah tidak produktif dapat diganti dengan bag log yang baru. Hasil analisis pendapatan usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 7.

6.2 Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Usahatani Jamur Tiram