MODEL PENGELOLAAN SAMPAH DI INDONESIA

Meskipun hanya bahan organik yang bisa terurai oleh mikroba, tetapi setiap jenis bahan berbeda tingkat kemudahan dalam penguraiannya degradibilitas. Pada Tabel 1 terlihat bahwa kertas koran, hemiselulosa, dan karbohidrat mudah terdegradasi. Kertas bungkus, bambu, lemak dan protein agak sulit terdegradasi, sedangkan kayu, lignin dan plastik hampir sama sekali tidak terdegradasi. Tabel 1. Degradibilitas dari komponen sampah kota No Komponen sampah kota Degradibilitas 1 Selulosa dari kertas koran 90 2 Selulosa dari kertas bungkus 50 3 Kayuranting berkulit 5 4 Bambu 50 5 Hemiselulosa 70 6 Karbohidrat 70 7 Lignin 8 Lemak 50 9 Protein 50 10 Plastik Sumber: Sudradjat dkk, 1987 di dalam Sudradjat, 2007

C. MODEL PENGELOLAAN SAMPAH DI INDONESIA

Model pengelolaan sampah di Indonesia ada dua macam, yaitu urugan dan tumpukan. Model pertama merupakan cara yang paling sederhana, yaitu sampah dibuang di lembah atau cekungan tanpa memberikan perlakuan. Urugan atau model buang dan pergi ini bisa saja dilakukan pada lokasi yang tepat, yaitu bila tidak ada pemukiman di bawahnya, tidak menimbulkan polusi udara, polusi pada air sungai, longsor, atau estetika. Model ini umum dilakukan untuk suatu kota yang volume sampahnya tidak begitu besar. Pengelolaan sampah yang kedua lebih maju dari cara urugan, yaitu tumpukan. Model ini bila dilaksanakan secara lengkap sebenarnya sama dengan teknologi aerobik. Hanya saja tumpukan perlu dilengkapi dengan unit saluran air buangan, pengolahan air buangan leachate dan pembakaran ekses gas metan flare. Model yang lengkap ini telah memenuhi prasyarat kesehatan lingkungan. Model seperti ini banyak diterapkan di kota-kota besar. Namun, sayangnya model tumpukan ini umumnya tidak lengkap, tergantung dari kondisi keuangan dan kepedulian pejabat daerah setempat akan kesehatan lingkungan dan masyarakat. Aplikasinya ada yang terbatas pada tumpukan saja atau tumpukan yang dilengkapi saluran air buangan, jarang yang membangun unit pengolah air buangan. Meskipun demikian, ada suatu daerah yang mengelolanya dengan kreatif Sudradjat, 2007. Menurut Prajudi, 1980 di dalam Mustika, 2006 Pengelolaan adalah pengendalian dan pemanfaatan suatu faktor dan sumber daya, yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu tujuan kerja yang tertentu. Dari limbah yang dihasilkan di beberapa daerah dapat dilakukan penanganan dengan beberapa kemungkinan yaitu didaur ulang menjadi bahan baku pada suatu proses produksi kertas, karton, plastik, logam, botol dan sebagainya, diolah menjadi kompos umumnya dari jenis sampah organik, ditumpuk di tempat pembuangan akhir sampah. Penanganan sampah yang tepat, selain dapat menjadi jalan keluar dari masalah keterbatasan lahan untuk penumpukanpembuangan sampah, juga dapat memberikan manfaat atau nilai ekonomis. Menurut Hadiwiyoto 1983, penanganan sampah dilakukan dengan beberapa tahap yaitu: 1. Pengumpulan Sampah Sampah yang akan dibuang atau dimanfaatkan harus dikumpulkan terlebih dahulu dari berbagai tempat asalnya. Pengumpulan sampah dilakukan dengan pengambilan sampah dari bak sampah milik masyarakat, kemudian dengan menggunakan kendaraan-kendaraan pengangkut sampah dipindahkan ke lokasi pembuangan akhir. 2. Pemisahan Pemisahan ialah memisahkan jenis-jenis sampah baik berdasarkan sifatnya, maupun berdasarkan jenis dan keperluannya. 3. Pembakaran insinerasi Pembakaran yang paling baik dikerjakan pada suatu instalasi pembakaran, karena dapat diatur prosesnya sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar. 4. Pembuangan penimbunan sampah Pembuangan penimbunan sampah adalah menempatkan sampah pada suatu tempat yang rendah, kemudian menimbunnya dengan tanah. Menurut Ismawati 2001 di dalam Mustika 2006 penanganan sampah dengan cara pembakaran mengakibatkan kerugian-kerugian antara lain membangkitkan pencemaran, mengancam kesehatan masyarakat, memberi beban finansial yang cukup berat bagi masyarakat yang berada di sekitar lokasi insinerator, menguras sumber daya finansial masyarakat setempat, memboroskan energi dan sumber daya material, mengganggu dinamika pembangunan ekonomi setempat, meremehkan upaya minimisasi sampah dan pendekatan-pendekatan rasional dalam pengelolaan sampah, memiliki pengalaman operasional bermasalah di negara-negara industri, sering kali melepaskan polusi ke udara yang melebihi standarbaku mutu, menghasilkan abu yang beracun dan berbahaya dan dapat terancam bangkrut apabila jumlah tonase sampah yang disetorkan kurang dari perkiraan awal. Menurut Apriadji 2004 di dalam Kurniawan 2006 bahwa untuk melakukan penanganan masalah sampah dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaraanya penimbunan tanah landfill, penimbunan tanah secara cepat sanitary landfill , pembakaran incineration, penghancuran pulverization, pengomposan composting, untuk makanan ternak hogfeeding, pemanfaatan ulang recycling dan pembuatan briket arang sampah.

D. SISTEM PENGOLAHAN SAMPAH