PEMBUATAN CORE SANDSTONE SINTETIK

21 rpm. Kemudian MESA mengalami proses netralisasi dengan penambahan NaOH 50. Proses netralisasi pada suhu 30–40 o C selama 40 menit. Setelah proses netralisasi, diperoleh surfaktan MES metil ester sulfonat. Surfaktan MES yang diperoleh dianalisis. Analisis sifat fisiko-kimia surfaktan MES disajikan pada Tabel 8. Prosedur analisis sifat fisiko-kimia MES jarak pagar disajikan pada Lampiran 3. Tabel 8. Hasil analisis sifat fisiko-kimia surfaktan MES jarak pagar No. Karakteristik Nilai Satuan 1 Warna 3,749 Klett 2 Densitas 0.9836 gcm 3 3 Viskositas 0.9750 cP 4 pH 7.7000 - Surfaktan MES yang diperoleh berwarna gelap. Warna gelap tersebut dikarenakan reaksi reaktif gas SO 3 terhadap metil ester jarak pagar pada ikatan rangkap. Berikut ini adalah penampakan visual dari MESA dan MES jarak pagar yang dihasilkan : Gambar 10. a MESA jarak pagar dan b MES jarak pagar

4.2. PEMBUATAN CORE SANDSTONE SINTETIK

Reservoir merupakan suatu batuan yang berpori-pori dan permeable di bawah permukaan bumi yang merupakan tempat minyak dan atau gas bergerak serta berakumulasi. Tiap reservoir memiliki jenis batuan yang berbeda-beda dengan karakteristik yang berbeda pula. Jenis batuan dipengaruhi oleh fasa fluida yang mengisi pori-pori batuan berhubungan atau tidak satu sama lainnya. Di samping itu, jenis batuan berpengaruh terhadap porositas dan permeabilitas. Porositas merupakan perbandingan volume ruang pori-pori terhadap volume total batuan sedangkan permeabilitas merupakan kemampuan dari medium berpori untuk mengalirkan fluida yang dipengaruhi olah ukuran butiran, bentuk butiran serta distribusi butiran. Contoh batuan yang diambil dari reservoir pada saat pemboran kemudian batuan mengalami pengecilan ukuran dengan diameter 3 cm disebut core. Core yang digunakan pada penelitian merupakan core sintetik sehingga dibutuhkan formula core sintetik yang tepat agar menyerupai karakteristik core asli. Core asli berasal dari Lapangan T yang berjenis batuan pasir sandstone. Sandstone pada Lapangan T tersusun dari sebagian besar pasir kuarsa dengan porositas 20. Oleh karena itu, core sintetik yang dibuat terdiri dari pasir kuarsa dan a b 22 semen dengan porositas yang mendekati core asli. Menurut Lange et. al. 1991, batu pasir adalah batu-batu yang renggang loose tapi padat compact yang terdiri dari fragmen-fragmen yang menyatu dan mengeras cemented. Persiapan core sintetik terdiri dari tiga tahap yaitu pembuatan core sintetik, pencucian core sintetik dan penjenuhan core sintetik. Pada tahap pertama, core sintetik dibuat dengan menggunakan perbandingan pasir kuarsa dan semen adalah 5 : 2 lalu ditambahkan air 10 dari bobot total pasir kuarsa dan semen. Perbandingan tersebut mampu menghasilkan porositas yang paling mendekati dengan porositas core asli. Porositas yang dihasilkan dari core sintetik adalah 30– 35. Gambar 11. Core sandstone sintetik Porositas beberapa reservoir menurut Koesoemadinata 1978 dikelompokkan menjadi diabaikan negligible 0–5, buruk poor 5–10, cukup fair 10–15, baik good 15–20, sangat baik very good 20–25 dan istimewa excellent 25 . Permeabilitas beberapa reservoir dikelompokkan menjadi ketat tight 5 mD, cukup fair 5–10 mD, baik good 10–100 mD, baik sekali 100–1000 mD dan very good 1000 mD. Berikut ini tersaji nilai porositas dan nilai permeabilitas dari tiap core pada Tabel 10. Prosedur pengukuran porositas dan permeabilitas core dapat dilihat pada Lampiran 8. Tabel 9. Porositas dan permeabilitas core sintetik No Kode core Porositas Permeabilitas mDarcy 1 A 33.1034 44.8112 2 B 35.4648 40.8308 3 C 33.1273 44.6989 4 D 32.5419 44.7010 5 E 34.4336 41.0749 6 F 33.4326 45.6682 Core yang dibuat berbentuk tabung dengan diameter ±2,3 cm dan tinggi ±3,1 cm. Ukuran core ini disesuaikan dengan core holder yang terdapat pada alat coreflooding apparatus. Untuk lebih jelasnya, ukuran core dapat dilihat pada Lampiran 9. Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa nilai porositas berbanding terbalik dengan nilai permeabilitas dimana semakin besar nilai porositas maka semakin kecil nilai permeabilitas. Porositas yang dimiliki core sintetik termasuk reservoir yang istimewa 25 sedangkan permeabilitas yang dimliki core sintetik termasuk reservoir yang baik 10–100 mD. Nilai porositas yang besar mengindikasikan lubang pada pori-pori core besar sehingga fluida dapat mengalir dengan cepat maka seharusnya nilai permeabilitas yang dihasilkan pun besar pula. Berdasarkan penelitian Nurwidyanto dan Noviyanti 2005 pada batupasir study kasus formasi Kerek, Ledok dan Selorejo, korelasi atau hubungan yang nyata dan bersifat positif antara variabel porositas dan permeabilitas. Hasil yang dimiliki oleh core sintetik disebabkan oleh terdapatnya semen yang membentuk interpartikel pada core sintetik tidak sepenuhnya berbentuk bola sehingga berdampak 23 pada porositas yang besar tetapi permeabilitas yang kecil. Menurut Koesoemadinata 1978, jika bentuk butiran mendekati bentuk bola maka permeabilitas dan porositasnya akan lebih meningkat. Pada tahap kedua, core dicuci dengan menggunakan distilasi dengan pelarut toluene. Distilasi adalah proses mengekstrak bahan dengan menggunakan pelarut yang sesuai dengan bahan. Pillihan terhadap toluene sebagai pelarut karena toluene mampu mengikat kotoran yang terkandung pada core sintetik. Selain itu, penggunaan toluene sebagai pelarut didasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan Paulina Mwangi 2008 karena kemampuan toluene dalam menghilangkan hydrocarbons, termasuk aspal, dan pengotor lainnya dengan baik dan mengembalikan wettability batuan. Selanjutnya, core dikeringkan dalam oven pada suhu 70 o C. Pengeringan bertujuan untuk menguapkan pelarut toluene yang masih terkandung pada core. Setelah itu, core didinginkan dalam desikator guna menghilangkan uap panas akibat proses pengeringan. Kemudian core ditimbang bobotnya untuk mengetahui bobot kering dari core. Bobot kering digunakan pada perhitungan porositas core. Bobot kering yang dimiliki core berkisar antara 31–36 gram. Pada tahap ketiga, dilakukan pemvakuman pada core. Pemvakuman dilakukan 2 tahap dimana tahap pertama dilakukan untuk memasukkan udara ke dalam pori-pori core dan tahap kedua dilakukan untuk menggantikan udara dengan fluida ke dalam pori-pori core. Fluida yang digunakan pada proses pemvakuman adalah Air Formasi AF Tx dari Lapangan T. Air formasi merupakan fluida reservoir yang tercampur dan terangkat bersama minyak bumi ke permukaan. Air formasi bersifat asin dengan salinitas rata-rata di atas air laut. Kandungan utama air formasi adalah unsur Ca kalium, Na natrium, dan Chlor Cl dalam jumlah besar. Air formasi yang digunakan untuk uji telah mengalami proses penyaringan terlebih dahulu. Penyaringan dilakukan sebanyak 4 kali yaitu penyaringan menggunakan filter 500 mesh, dilanjutkan dengan menggunakan filter 21 µm, dilanjutkan dengan menggunakan filter 0,45 µm dan terakhir dengan menggunakan filter 0,22 µm. Penyaringan hingga filter 0,22 µm dilakukan sesuai dengan prosedur yang dilakukan oleh Lemigas. Core yang telah divakum dijenuhkan dengan merendam core dalam AF Tx selama 1–3 hari. Penjenuhan bertujuan untuk memperoleh core sintetik semirip mungkin dengan kondisi core asli yang telah terendam dengan AF Tx selama berjuta-juta tahun. Semakin lama penjenuhan maka semakin mirip kondisi yang dimiliki oleh core sintetik dengan core asli.

4.3. FORMULASI LARUTAN SURFAKTAN