ENHANCED OIL RECOVERY TINJAUAN PUSTAKA

8 Sifat fisikokimia minyak jarak pagar dapat dilihat pada Tabel 2. dan komposisi asam lemak dalam minyak jarak pagar dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 2. Sifat fisiko-kimia minyak jarak pagar Analisis Satuan Nilai Kadar air c 0.07 Bilangan asam a mg KOHg lemak 3.21±0.21 Bilangan iod b mg iodg lemak 96.5 Bilangan penyabunan a mg KOHg lemak 198±0.5 Densitas a gcm 3 0.911 Sumber : Peace dan Aladesanmi 2008 a ; Hambali et. al. 2006 b ; Gubitz et. al. 1999 c Tabel 3. Komposisi asam lemak dalam minyak jarak pagar Kandungan asam lemak Sifat dan komponen Persentase Asam miristat Jenuh, C 14:0 0–0.1 Asam palmitat Jenuh, C 16:0 14.1–15.3 Asam stearat Jenuh, C 18:0 3.7–9.8 Asam arachidat Jenuh, C 20:0 0–0.3 Asam behenat Jenuh, C 22:0 0-0.2 Asam palmitoleat Tidak jenuh, C 16:1 0–1.3 Asam oleat Tidak jenuh, C 18:1 34.3–45.8 Asam linoleat Tidak jenuh, C 20:2 29.0–44.2 Asam linolenat Tidak jenuh, C 22:3 0–0.3 Sumber : Gubitz et. al. 1999

2.2. ENHANCED OIL RECOVERY

Menurut Gomaa 1997, pengembangan Lapangan minyak dapat dikelompokkan atas tiga fase yaitu fase primer primary phase, fase sekunder secondary phase dan fase tersier tertiary phase . Pada fase primer, produksi dikontrol dari tenaga alami yang tergantung pada kandungan energi alam pada reservoir. Optimasi produksi pada fase primer antara lain stimulasi menggunakan metode asam acidizing, metode fracturing dan metode sumur horizontal horizontal wells. Pada fase sekunder diterapkan penambahan energi dari luar seperti gas flood dan water flood. Metode pada fase tersier sering juga disebut sebagai metode enhanced oil recovery EOR. Metode Enhanced Oil Recovery EOR didefinisikan sebagai suatu metode yang melibatkan proses penginjeksian dengan penambahan material tertentu yang dapat menyebabkan perubahan fluida dalam reservoir seperti komposisi minyak, rasio mobilitas dan juga karakteristik interaksi batuan-fluida. Metode EOR dapat dikelompokkan berdasarkan material yang diijeksikan ke reservoir yaitu metode panas air panas, steam stimulation , steamflood, fireflood, metode kimia polimer, surfaktan, alkali, metode solvent- miscible pelarut hidrokarbon, CO 2 , N 2 , gas hidrokarbon, campuran gas alam dan lainnya busa, mikrobial. Meskipun metode EOR kadang disebut sebagai recovery tersier, namun bukan berarti metode EOR ini diterapkan setelah fase sekunder. Beberapa metode EOR dapat diterapkan setelah fase primer atau pada awal pengembangan. Menurut Haynes 1976, teknologi EOR sangat bergantung karakteristik reservoir. Metode primer dan sekunder pada recovery minyak bumi biasanya mencakup 13 bagian dari volume minyak awal OOIP karena gaya kapilaritas yang tinggi mampu memperangkap minyak 9 dalam pori-pori. Gaya kapilaritas merupakan hasil tegangan antar muka minyak-air menyebabkan terikatnya fluida dalam pori-pori batuan sehingga recovery hanya 13 bagian dari OOIP. Walaupun banyak metode yang telah dilakukan dalam metode EOR, tetapi metode dalam menurunkan tegangan antarmuka seperti surfactant flooding lebih memberikan harapan yang besar dalam peningkatan recovery Zhang et. al., 2007. Menurut Wahyono 2009, waterflooding merupakan injeksi air yang dilakukan pada tahap kedua produksi secondary recovery yang menjadi salah satu pilihan EOR Pertamina saat ini. Penginjeksian air waterflooding ke dalam pori-pori reservoir bertujuan agar tekanan reservoir meningkat sehingga minyak terdorong yang mengakibatkan produksi naik atau penurunan produksi decline dapat diturunkan. Skema mekanisme recovery minyak dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Skema mekanisme recovery minyak Wahyono, 2009 Menurut Gulick dan William 1998, waterflooding telah dikenal sejak tahun 1860 tetapi pada saat itu waterflooding sebagai upaya proses peningkatan recovery minyak bumi tidak dapat diterapkan secara luas. Hal ini dikarenakan karakteristik reservoir yang berbeda-beda tiap wilayah. Menurut Lake 1989, reservoir-reservoir minyak bumi berbeda dalam hal kondisi geologis alamnya, kandungan air dalam reservoir dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, metode optimum untuk merecovery minyak bumi dalam jumlah yang maksimum pada suatu reservoir berbeda terhadap reservoir yang lain. Mekanisme Perolehan Minyak Perolehan Minyak Secara Konvensional EOR Primer Sekunder Tersier Tenaga alami Pengangkatan buatan Injeksi air Penggunaan tekanan Termal Kimia Alkali Surfaktan Polimer Miscible Lainnya : mikrobial, listrik, mekanis getaran, pengeboran horizontal CO 2 Miscible solvent Gas inert Stimulasi uap panas atau injeksi uap panas secara siklik Uap panas atau air panas Pembakaran in-situ Pendesakan busa 10 Menurut Salager 1977, chemical flooding dengan menggunakan formula surfaktan harus memperhatikan beberapa faktor seperti : • Tahan terhadap temperatur dan tekanan reservoir. • Tidak menyebabkan tersumbatnya pori-pori batuan. • Dapat menurunkan saturation residu oil SOR dan dapat merubah sifat kebasahan wettability batuan • Dapat meningkatkan efisiensi displacement minyak dimana formula surfaktan harus mampu menurunkan tegangan antarmuka antara minyak mentah dengan air formasi. • Adsorpsi formula surfaktan yang rendah oleh batuan reservoir dan tanah lempung untuk mengurangi lose surfaktan. • Kompatibilitas yang baik dengan fluida pada reservoir khususnya terhadap senyawa kation dua valen seperti Mg 2+ dan Ca 2+ . Menurut Ayirala 2002 ketika surfaktan diinjeksikan, surfaktan menyebar ke dalam minyak dan air dan tegangan antar muka yang rendah meningkatkan nilai kapilaritas. Hasilnya, lebih banyak minyak yang tadinya dalam kondisi immobile berubah menjadi mobile. Menyebabkan perbaikan rasio mobilitas yang efektif. Reservoir minyak dan atau gas bumi adalah suatu batuan yang berpori-pori dan permeable tempat minyak danatau gas bergerak serta berakumulasi. Secara teoritis semua batuan, baik batuan beku maupun batuan metamorf dapat bertindak sebagai batuan reservoir, tetapi pada kenyataan lebih dari 90 batuan reservoir adalah batuan sedimen. Jenis batuan reservoir akan berpengaruh terhadap besarnya porositas dan permeabilitas Rachmat, 2009. Porositas menurut Levorsen 1954 adalah perbandingan antara volume total ruang pori-pori dan volume total batuan yang disebut porositas total atau absolut. Permeabilitas menurut Koesoemadinata 1978 dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut : atau dengan q adalah laju rata-rata aliran melalui media pori cm 3 dt, k adalah permeabilitas Darcy, A adalah luas alas benda yang dilalui aliran cm 2 , µ adalah viskositas fluida yang mengalir centipoise dan adalah tekanan per panjang benda atmcm. Beberapa reservoir secara alami bersifat padat dan memperlihatkan permeabilitas yang rendah yang diakibatkan oleh kandungan endapan lumpur dan lempung yang tinggi serta ukuran butiran yang kecil. Pada beberapa kasus, permeabilitas yang rendah terjadi pada daerah sekitar sumur bor yang mengalami penyumbatan selama proses pengeboran drilling berlangsung. Sumur yang mengalami kerusakan akibat pengeboran dan ditambah dengan reservoir yang padat akibat kandungan mineralnya memperlihatkan laju produksi yang rendah sehingga sering menjadi tidak ekonomis. Kondisi ini tetap akan ada walaupun tekanan reservoir tinggi. Pada kondisi ini, pemberian tekanan menggunakan injeksi fluida tidak akan memberikan keuntungan. Injeksi tekanan akan menjadi terlalu tinggi akibat permeabilitas reservoir yang rendah Economides dan Nolte, 1989. Menurut Rachmat 2009, fluida reservoir terdiri dari minyak, gas dan air formasi. Minyak dan gas kebanyakan merupakan campuran yang rumit berbagai senyawa hidrokarbon, yang terdiri dari golongan naftan, paraffin, aromatik dan sejumlah kecil gabungan oksigen, nitrogen, dan belerang. Air formasi merupakan fluida reservoir yang tercampur dan terangkat bersama minyak bumi ke permukaan. Sedangkan Air injeksi merupakan air yang telah diolah untuk diinjeksikan kembali ke 11 dalam batuan reservoir melalui sumur injeksi untuk meningkatkan perolehan minyak pada secondary phase pada sumur production well. Perbandingan kandungan air formasi dan air injeksi tersaji pada Tabel 4. Tabel 4. Kandungan garam air formasi injeksi Jenis Air Air Formasi Air Injeksi mgL mgL Kation Sodium 5763 9862 Kalsium 296.6 256.5 Magnesium 41.3 1079.8 Ferrum 6.7 6.7 Anion Klorida 9041.5 17019.4 Bikarbonat 842 134.2 Sulfat - 2317.3 Karbonat - - Total 15,991.10 30,675.90 Sumber : Sugiharjo et. al. 2001 Unsur pokok terbesar dalam minyak bumi adalah hidrokarbon dengan konsentrasi antara 50– 95. Unsur lainnya merupakan senyawa-senyawa non-hidrokarbon seperti nitrogen, belerang, oksigen dan logam. Hidrokarbon minyak bumi merupakan senyawa organik yang terdiri dari karbon dan hidrogen. Hidrokarbon digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu hidrokarbon alifatik, hidrokarbon alisiklik, dan hidrokarbon aromatik. Secara garis besar minyak bumi mempunyai komposisi seperti terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi minyak bumi Komponen Bobot Karbon 83,9-86,8 Hidrogen 11,4-14,0 Belerang 0,06-0,08 Nitrogen 0,11-1,70 Oksigen ± 0,50 Logam ± 0,03 Sumber : Speight 1980 Irapati 2008 mengatakan bahwa secara umum komposisi hidrokarbon minyak mentah terdiri dari dua komponen yaitu komponen hidrokarbon dan non hidrokarbon. Berdasarkan sifat, susunan atau komposisi kimia dalam minyak mentah dapat digolongkan ke dalam tiga bagian yaitu komponen hidrokarbon dan non hidrokarbon. Berdasarkan sifat, susunan atau komposisi kimia dalam minyak mentah dapat digolongkan ke dalam tiga bagian yaitu minyak mentah alkana, minyak mentah siklo alkana dan minyak mentah campuran. Berikut adalah sifat dari jenis minyak mentah : • Minyak mentah alkana mempunyai kerapatan relatif yang rendah, susunan hidrokarbonnya bersifat alkana, mengandung kadar wax yang tinggi dan sedikit mengandung komponen 12 asphaltic, menghasilkan bensin dengan kualitas kurang baik karena mempunyai angka oktan yang rendah, menghasilkan kerosine, solar dan wax yang bermutu baik. • Minyak mentah sikloalkana mempunyai kerapatan relatif yang tinggi, susunan hidrokarbonnya bersifat siklo alkana, sedikit sekali mengandung kadar lilin dan mengandung komponen asphaltic, menghasilkan bensin dengan kualitas baik karena mempunyai angka oktan yang tinggi, menghasilkan kerosine yang kurang baik, solar bersifat ringan-berat sampai kurang baik, dapat diproses untuk pembuatan asphalt dan fuel oil. • Minyak mentah campuran mempunyai kerapatan relatif diantara jenis parafinik dan naftenik, Susunan hidrokarbonnya mengandung parafinik, naftenik dan aromatik, tipe minyak ini dapat diproses menjadi berbagai jenis produk minyak bergantung dari tipe unit pengolahannya. Golongan parafinik merupakan senyawa HC jenuh alkana yang memiliki rantai lurus dan bercabang dimana golongan ini merupakan fraksi yang terbesar di dalam minyak mentah. Golongan naftenik merupakan senyawa HC jenuh siklo alkana yang memiliki lima cincin atau enam cincin. Golongan aromatik merupakan senyawa HC tidak jenuh yang memiliki enam cincin dimana golongan ini terdapat dalam jumlah kecil Irapati, 2008. Kerusakan formasi sumur minyak bumi telah menyebabkan menurunnya produktivitas sumur minyak. Kerusakan formasi disebabkan oleh proses pemboran dan cara memproduksikan hidrokarbon yang menyebabkan menurunnya permeabilitas sekitar lubang sumur. Produktifitas sumur dapat dipengaruhi oleh sifat kebasahan batuan wettability menjadi oil wet, tekanan kapiler yang tinggi, water blocking , particle blocking dan emulsion blocking Mulyadi, 2000. Wettability merupakan ukuran yang menjelaskan apakah permukaan dari batuan memiliki kemampuan lebih mudah terlapisi oleh film minyak atau oleh film air. Surfaktan dapat menyusup ke daerah antar muka antar cairan dengan batuan dan dapat mengubah kutub dari permukaan batuan sehingga akan mengubah wettability dari batuan tersebut Ashayer et. al., 2000. Sifat batuan yang cenderung basah air disebut water wet sedangkan sifat batuan yang cenderung basah minyak disebut oil wet . Pada kondisi water wet, batuan diselubungi oleh air sedangkan pada kondisi oil wet, batuan cenderung diselubungi oleh minyak. Pada kondisi oil wet, keberadaan minyak yang menyelubungi batuan menyebabkan meningkatnya ketebalan dari lapisan film pada batuan reservoir sehingga menyebabkan berkurangnya laju alir. Sifat batuan oil wet dapat mengurangi produktivitas sumur hingga 15–85 Mulyadi, 2000. Tekanan kapiler adalah tekanan yang timbul karena adanya perbedaan tegangan antar muka dari dua fluida yang immiscible tidak saling melarut pada daerah penyempitan pori-pori batuan. Tingginya tekanan kapiler berbanding terbalik dengan jari-jari kapilernya dan berbanding lurus dengan tegangan antar muka. Tekanan kapiler yang tinggi akan menghambat aliran fluida minyak sehingga minyak akan tertinggal di dalam pori-pori Allen dan Robert, 1993. Water blocking merupakan kondisi dimana pori-pori reservoir tertutup oleh air formasi dalam jumlah yang banyak. Water blocking terjadi karena air yang bergerak akibat adanya gaya kapilaritas air. Sifat air ini menyebabkan air akan memby-passed minyak dan menyebabkan minyak tertinggal di dalam pori-pori sebagai by-passed oil. Salah satu cara dalam mengatasi water blocking adalah dengan menginjeksikan 1–3 surfaktan dalam formasi Allen dan Robert, 1993. Particle blocking atau penyumbatan pori-pori oleh partikel-partikel tertentu lempung halus dan lumpur merupakan masalah umum yang sering dijumpai pada reservoir. Particle blocking dapat diatasi dengan melarutkan partikel-partikel penyumbat dengan menggunakan surfaktan jenis tertentu. Surfaktan anionik dapat melarutkan lempung pada larutan asam Allen dan Robert, 1993. Menurut McCune 1976, melalui penginjeksian asam ke dalam formasi reservoir carbonate yang padat dan 13 mengalami kerusakan biasa disebut stimulasi, diharapkan asam tersebut akan bereaksi dengan beberapa mineral dan menciptakan pori-pori dan saluran pori yang lebih besar sehingga permeabilitas meningkat. Emulsion block merupakan emulsi kental minyak dan air yang terbentuk pada lubang reservoir dimana dapat mengurangi produksi minyak bumi Mulyadi, 2000. Emulsion block dapat dihancurkan dengan cara menyuntikkan oil well stimulation agent ke dalam reservoir. Oil well stimulation agent mampu menghancurkan emulsi dengan cara menghilangkan kestabilan emulsi Allen dan Robert, 1993. 14

III. METODE PENELITIAN