1
I. PENDAHULUAN
Udang vaname Litopenaeus vannamei merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan di bidang perikanan yang persentasenya cukup tinggi.
Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP pada tahun 2009 menetapkan target produksi udang vaname meningkat sampai 209 untuk tahun 2014, berarti harus
terjadi peningkatan produksi dari 244.650 ton pada tahun 2009 menjadi 511.000 ton pada tahun 2011 Ditjen Perikanan Budidaya 2010. Upaya yang dapat
dilakukan untuk memenuhi target tersebut adalah dengan cara melakukan budidaya udang vaname secara intensif melalui peningkatan padat tebar udang
vaname. Namun demikian, serangan penyakit sering menjadi masalah dalam budidaya udang vaname secara intensif.
Penyakit yang sering menjadi kendala dalam kegiatan budidaya udang vaname adalah penyakit bakterial dan viral. Salah satu penyakit viral yang saat ini
banyak menyerang udang vaname adalah IMNV Infectious Myonecrosis Virus Costa et al. 2009. Menurut Tang et al 2005, gejala klinis yang umum terjadi
pada udang yang terserang IMNV adalah rusaknya jaringan dan adanya warna putih pada otot. Menurut Coelho et al. 2009, infeksi IMNV dapat menimbulkan
tingkat mortalitas di atas 60 pada tambak udang dan dapat menyerang udang pada stadia post-larva PL, juvenil, dan dewasa. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengendalian terhadap serangan virus tersebut. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit tersebut adalah melalui aplikasi
sinbiotik kombinasi antara probiotik dan prebiotik. Verschuere et al. 2000 menyatakan bahwa probiotik adalah agen mikroba
hidup yang memberikan pengaruh menguntungkan pada inang melalui penyeimbangan mikroflora intestinalnya. Probiotik juga dapat didefinisikan
sebagai kultur hidup satu jenis mikroba atau lebih yang memberikan pengaruh menguntungkan bagi inang melalui peningkatan sistem imun, memperbaiki
kualitas lingkungan hidup inang, dan memperbaiki nilai nutrisi pakan. Probiotik yang digunakan pada penelitian ini adalah Vibrio alginolyticus SKT-b.
Berdasarkan hasil penelitian Widanarni et al. 2003, V. alginolyticus SKT-b merupakan salah satu probiotik yang memiliki kemampuan untuk menghambat
2 pertumbuhan bakteri patogen Vibrio harveyi dalam uji in vitro dan in vivo. Selain
itu Gullian et al. 2004 menyatakan bahwa V. alginolyticus mampu meningkatkan pertumbuhan dan respon imun pada udang vaname L. vannamei.
Menurut Lisal 2005, konsep probiotik ini memiliki kelemahan, yaitu kemampuan bertahan, kolonisasi, dan kompetisi nutrien dari bakteri probiotik
untuk masuk ke dalam satu lingkungan ekosistem yang sudah mengandung berbagai jenis bakteri lainnya. Lisal 2005 menyatakan bahwa jika terjadi
perubahan lingkungan yang ekstrim, maka bakteri dalam saluran pencernaan akan dengan cepat mengalami wash out. Dalam hal ini, dibutuhkan pendekatan yang
dapat mengatasi keterbatasan tersebut, salah satunya adalah melalui pemberian prebiotik.
Prebiotik merupakan bahan pangan yang tidak dapat dicerna oleh inang, namun memiliki pengaruh yang menguntungkan terhadap inang dengan
menstimulir pertumbuhan mikroflora normal di dalam saluran pencernaan inang Schrezenmeir Vrese 2001. Prebiotik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah ekstrak oligosakarida yang berasal dari tepung ubi jalar varietas Sukuh Ipomoea batatas L. Perpaduan antara probiotik dan prebiotik disebut sinbiotik.
Menurut Schrezenmeir Vrese 2001 sinbiotik merupakan kombinasi seimbang dari probiotik dan prebiotik dalam mendukung kelangsungan hidup dan
pertumbuhan bakteri yang menguntungkan dalam saluran pencernaan mahluk hidup.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pemberian sinbiotik dengan frekuensi berbeda pada pakan udang vaname untuk pencegahan infeksi
IMNV melalui pengamatan terhadap sintasan, pertumbuhan, dan respon imun udang.
3
II. METODOLOGI