Tabel 8 Jenis dan jumlah alat tangkap di Kecamatan Tobelo Tahun 2009
Alat Penangkapan Ikan Unit No
Nama Desa Pukat
Cincin Jaring
Ingsang Jaring
Angkat Pancing
1 2
3 4
5 6
7 Gamsungi
Rawajaya Wari
Wari Ino Kumo
Kakara Tagalaya
2 -
- -
6 -
- -
1 5
- -
- -
- 4
- -
- -
- 24
67 -
6 15
57 24
Jumlah 8
6 4
193
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Halmahera Utara 2010
Berdasarkan tabel tiga tersebut memberikan gambaran juga bahwa konsentrasi nelayan yang menggunakan alat tangkap pancing lebih banyak di desa
Rawajaya dan desa Kakara, sementara yang menggunakan alat tangkap pukat cincin terkonsentrasi di desa Kumo, dan untuk alat tangkap jaring insang dan
jaring angkat terdapat di desa Wari dan Rawajaya.
3 Nelayan
Jumlah nelayan di wilayah Kabupaten Halmahera Utara tahun 2007 tercatat sebanyak 6.999 orang. Sementara untuk jumlah nelayan yang ada di Kecamatan
Tobelo sebanyak 344 orang. Konsentrasi nelayan di Kecamatan Tobelo terdapat di desa Rawajaya dengan jumlah 101 nelayan dan desa Kumo 70 nelayan serta desa
Kakara 64 nelayan Tabel 9. Tabel 9 Jumlah nelayan yang ada di Kecamatan TobeloTahun 2009
No Desa
Nelayan orang
Kelompok Nelayan orang
1 2
3 4
5 6
7 Gamsungi
Rawajaya Wari
Wari Ino Kumo
Kakara Tagalaya
59 101
18 11
70 64
21 2
8 -
- 2
2 3
Jumlah 344
17
Sumber Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Halmahera Utara 2010
Selain kegiatan usaha penangkapan ikan, terdapat pula nelayan yang melakukan usaha perikanan budidaya laut untuk jenis ikan kerapu. Namun tingkat
perkembangannya dapat dikatagorikan masih berada dalam skala belum berkembang, karena masih banyak masalah yang berhubungan dengan teknologi
serta ketersediaan benih dan pakan yang terbatas.
4.2.3 Produksi hasil tangkapan
Kekayaan potensi sumber daya laut di wilayah Kabupaten Halmahera Utara saat ini mulai memperlihatkan tendensi kenaikan yang signifikan, seperti
ditunjukan produksi perikanan tahun 2007 yang mengalami kenaikan sebesar 6,4 dari produksi tahun 2006 yaitu total mencapai sebesar 11.799,01 ton dari
6.014 ton Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Halamahera Utara 2008. Hal ini disebabkan kebijakan pembangunan perikanan di Kabupaten Halmahera
Utara melalui beberapa program, seperti PEMP, modernisasi dan penambahan armada tangkap serta penambahan infrastruktur di bidang perikanan yang telah
berhasil meningkatkan produksi hasil perikanan. Namun demikian tingkat pemanfaatan oleh nelayan setempat dibandingkan
potensi sumberdaya ikan di perairan Halmahera Utara masih sangat rendah. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat pemanfaatannya pada tahun 2007 baru sekitar
13,3 dari MSY, walaupun menggunakan nilai estimasi potensi terkecil 86.660,6 tontahun. Tingkat pemanfaatan masih rendah ini disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya adalah armada penangkapan ikan didominasi skala kecil yang sangat tergantung kondisi alamcuaca, dan terbatasnya jaringan pasar, sehingga ikan sulit
untuk dijual. Selain itu, maraknya penangkapan ikan illegal oleh nelayan dari daerah lain dan nelayan asing Phillipina di kawasan perairan Halmahera Utara.
4.2.4 Prasarana perikanan tangkap
Sarana prasarana penunjang usaha perikanan merupakan salah satu komponen utama penentu keberhasilan pembangunan di sektor perikanan. Secara
umum sarana prasarana tersbut di Kabupaten Halmahera Utara masih terbatas sehingga perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan baik kapasitas maupun
kuantitasnya. Kondisi eksisting sarana dan prasarana yang ada adalah: 1 unit Pelabuhan Perikanan Pantai PPP Tobelo, 2 unit Pangkalan Pendaratan Ikan
PPI yakni PPI Tilei dan PPI milik Prima Reva Indo, 3 unit pabrik es, 2 unit cold
storage di PPP Tobelo, dan beberapa alat bantu penangkapan, berupa: 42 unit rumpon laut dangkal, 5 unit rumpon laut dalam, dan 15 unit lampu celup bawah
air Dinas Kelautan dan Perikanan Halmahera Utara 2008.
4.3 Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
4.3.1 Program PEMP
Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan di wilayah pesisir dan pengembangan usaha masyarakat pesisir berbasis sumberdaya lokal, maka
Pemerintah melalui Departemen Kelautan dan Perikanan mengintroduksi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir PEMP. Program PEMP telah
dilaksanakan sejak tahun 2001 sampai dengan 2009 dan pelaksanaannya dibagi menjadi tiga periode, yaitu 1 periode inisiasi 2001-2003, 2 periode
institusionalisasi 2004-2006, dan 3 periode diversifikasi 2007-2009. Periode inisiasi merupakan periode membangun, memotivasi, dan memfasilitasi
masyarakat pesisir agar mampu memenfaatkan kelembagaan ekonomi LEPP-M3 yang dibangun untuk mendukung pengembangan usaha produktif masyarakat
pesisir. Berikutnya periode institusional merupakan periode yang ditandai dengan upaya pengembangan dan penguatan kelembangaan ekonomi LEPP-M3.
Terakhir periode diversifikasi merupakan periode perluasan unit usaha koperasi LEPP-M3, sehingga diharapkan dapat mengurangi beban sosial ekonomi
masyarakat pesisir Kusnadi 2009. Secara spesifik, tujuan program PEMP adalah 1 meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengembangan ekonomi masyarakat; 2 memperkuat kelembagaan sosial ekonomi masyarakat
dan kemitraan dalam mendukung pembangunan daerah; 3 memicu usaha ekonomi produktif di desa pesisir; 4 mendorong terlaksananya mekanisme
manajemen pengembangan masyarakat yang partisipatif dan transparan; 5 meningkatkan kemampuan aparat dan masyarakat pesisir dalam pembangunan di
wilayahnya; dan 6 mereduksi pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak BBM melalui penciptaan dan peningkatan usaha ekonomi produktif secara
berkelanjutan DKP 2003.