Potensi sumberdaya ikan Keragaaan Sistem Usaha Perikanan

Kenaikan pendapatan yang tinggi pada nelayan gillnet ini disebabkan terjadi peningkatan produksi dari 6 kgtrip sebelum program menjadi 18 kgtrip setelah program dan peningkatan upaya tangkap dari trip 20 tripbulan sebelum program menjadi 22 tripbulan setelah program, seperti tersaji pada Tabel 11. Kondisi ini mungkin terjadi sebagai dampak lompatan teknologi frogging unit penangkapan ikan, yaitu yang semula nelayan hanya menggunakan alat tangkap pancing ulur dan perahu dayunglayar berubah menjadi nelayan yang menggunakan alat tangkap gillnet dan perahu ketinting bermesin 5,5 PK. Untuk kenaikan pendapatan nelayan pajeko setelah program PEMP, bukan disebabkan peningkatan produksi penangkapan tetapi lebih dikarenakan berubahnya status nelayan dari buruh menjadi pemilik kapal. Sebelum Program PEMP, sistem bagi hasil yaitu dari laba bersih dibagi rumpon sebesar 25, pemilik kapal sebesar 35,7 dan ABK sebesar 37,5. Sedangkan setelah Program PEMP sistem bagi hasil menjadi rumpon sebesar 25 dan ABK sebesar 75 kepemilikan bersama. Hal ini menunjukkan program PEMP mampu mendobrak kemiskinan struktural, dengan terjadinya mobilitas vertikal nelayan, yaitu berubah status dari buruh nelayan menjadi pemilik kapal pengusaha Satria 2001. Peningkatan pendapatan juga dialami pedagang ikan setelah mendapat penguatan modal. Dengan penguatan modal tersebut, pedagang ikan dapat mengembangkan usaha melalui penambahan daya tampung pembelian ikan dari nelayan. Namun penguatan modal bagi pembudidaya ikan belum menunjukkan hasil yang signifikan karena usaha budidya ikan masih baru merintis dikembangkan sehingga masih banyak terkendala teknis sehingga belum menghasilkan panen ikan yang diharapkan.

6.1.5 Kelembagaaan LEPP-M3

Salah satu produk PEMP yang terus tumbuh kembang di masyarakat pesisir adalah Koperasi LEPP-M3. Lembaga ini diharapkan menjadi motor pengerak perekonomian dikawasan pesisir dan diarahkan sebagai holding company bagi masyarakat pesisir. Pasca Program PEMP, Koperasi LEPP-M3 Kabupaten Halmahera Utara masih berfungsi sebagai pengelola perguliran dana ekonomi produktif DEP yang dialokasikan PEMP. Namun Peran Koperasi LEPP-M3 dalam pengelolaan perguliran DEP masih belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari masih tingginya tingkat kemacetan pengembalian DEP dari KMP Gambar 15. Selain itu, lembaga ini belum maksimal dalam memainkan peran untuk mengentaskan kemiskinan masyarakat nelayan, seperti: minimnya pendampingan dan pembinaan terhadap KMP dan KUB, belum dapat menjembatani untuk membuka akses pemasaran dan akses permodalan dengan lembaga mitra. Meskipun kemacetan kredit KMP dan KUB berdampak serius terhadap kinerja dan keberlanjutan koperasi LEMP-M3, tetapi kredit yang telah tersalurkan dan dimanfaatkan masyarakat pesisir telah menjadi pemicu perubahan sosial budaya, teknologi dan ekonomi di kawasan pesisir Kabupaten Halmahera Utara. Oleh karena itu, keberadaan LEPP-M3 dengan berbagai keterbatasannya masih sangat dibutuhkan oleh 85,5 masyarakat pesisir di Kabupaten Halmahera Utara sebagai alternatif sumber permodalan bagi pengembangan usaha mereka. Oleh karena itu, untuk mengembangkan lembaga ini diperlukan penguatan kelembagaan secara terus menerus melalui pelatihan, pendampingan, bimbingan dan pembinaan dari instansi terkait.

6.2 Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

Berdasarkan hasil analisis implikasi program PEMP terhadap aspek sumberdaya perikanan, sosial-budaya, teknologi, ekonomi dan kelembagaan masyarakat pesisir di Kabupaten Halmahera Utara diperoleh potensi, kekuatan, kelemahan dan ancaman program PEMP Tabel 17 dan Tabel 18. Potensi dan kekuatan harus tetap dipertahankan dan dimanfaatkan secara optimal untuk mengatasi kelemahan dan ancaman yang menjadi faktor penghambat program pemberdayaan masyarakat pesisir. Oleh karena itu, untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan program PEMP dan merumuskan strategi perbaikan program pemberdayaan dilakukan analisis SWOT. Sedangkan penentuan strategi program pemberdayaan digunakan AHP. Berdasarkan hasil analisis SWOT dan AHP diperoleh rumusan dan urutan prioritas strategi pemberdayaan masyarakat sebagai berikut: 1. Prioritas ke-1, pengembangan akses permodalan.