BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang penelitian
Hipertensi menurut Joint National Committee VII JNC VII adalah jika didapatkan tekanan darah sistolik
≥ 140 mmHg dan atau tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. Berdasarkan etiologinya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi
dua golongan yaitu hipertensi primer atau esensial yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan meliputi lebih kurang 90-95 dari seluruh
penderita hipertensi, sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain atau kelainan organik yang jelas diketahui dan
meliputi 2-10 dari seluruh penderita hipertensi.Madhur, 2014;Skuta et al, 2010; Yogiantoro, 2007
Badan kesehatan dunia menyatakan bahwa Hipertensi merupakan faktor resiko kematian nomor satu dari empat besar kematian di dunia 6
dari seluruh kematian. The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
7JNC- 7 menyatakan bahwa hampir 1 milyar orang menderita hipertensi di dunia. Data tahun 2010 di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 28,6 orang
dewasa berusia 18 tahun keatas menderita hipertensi. Riset kesehatan dasar Riskerdas tahun 2007 mendapatkan prevalensi hipertensi pada penduduk
Universitas Sumatera Utara
usia 18 tahun ke atas di Indonesia cukup tinggi mencapai 31,7 dengan penduduk yang mengetahui dirinya menderita hipertensi hanya 7,2 dan
yang meminum obat anti hipertensi hanya 0,4.Sanglah, 2013; Murphy et al, 2001
Panduan baru dari hipertensi di Amerika Serikat berdasarkan Seventh Report of the Joint National Committee on prevention, Detection, Evaluation,
and Treatment of High Blood Pressure pada tahun 2003 menyatakan bahwa seseorang dengan usia 50 tahun, dengan tekanan sistolik 140 mmHg
lebih memiliki resiko gangguan kardiovaskular dibandingkan dengan peninggian tekanan darah diastolik, dan seseorang yang memiliki tekanan
darah normal 120mmHg pada usia 55 tahun tetap memiliki resiko 90 menderita hipertensi. Hasan et al, 2013
The American Heart Association AHA menyatakan bahwa 7 faktor resiko yang harus di hindari agar fungsi kardiovaskular tetap ideal adalah
tidak merokok, menjaga indeks masa tubuh 25 kgm
2
, tekanan darah 12080 mmHg, total kolesterol 200 mgdL, aktifitas fisik, diet yang sehat,
dan menjaga glukosa puasa 100 mgdL. Hipertensi sebagai faktor resiko tinggi terjadinya stroke, infark
miokard, gagal jantung, penyakit pembuluh darah perifer, penyakit ginjal kronik, dan komplikasi kelainan dari pembuluh darah retina. Murphy et al,
2001; Skuta et al, 2010; James et al, 2013
Universitas Sumatera Utara
Tingginya morbiditas dan mortalitas penderita hipertensi terutama disebabkan oleh timbulnya penyakit kardiovaskular. Terjadinya penyakit-
penyakit kardiovaskular selalu terjadi pada perokok, obesitas, kurangnya aktifitas fisik, dislipidemia, diabetes melitus, riwayat keluarga dengan penyakit
jantung kardiovaskular, dan mikroalbuminuria atau perhitungan laju filtrasi glomerulus LFG 60 mlmenit, usia laki-laki 55 tahun dan wanita 65
tahun merupakan variabel dalam menentukan indikator untuk evaluasi hipertensi esensial. Yogiantoro, 2007; Pedrinelli et al, 2002
Berdasarkan American Heart Association AHA, sekitar 75 juta orang dewasa menderita hipertensi di Amerika Serikat, dimana dijumpai tekanan
sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih atau dengan meminum obat anti hipertensi. Madhur et al, 2014
Retinopati hipertensi merupakan suatu keadaan yang di tandai dengan kelainan pembuluh darah retina pada penderita hipertensi. Sejak tahun
1990, telah dilakukan penelitian epidemiologis dimana didapatkan prevalensi vaskuler untuk retina dengan perdarahan retina sebesar 8.3, penyempitan
arteri fokal sebesar 9.6 dan 7.7 untuk arteriovenous nicking. Kelainan ini banyak ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun. Wong dan Mitchell, 2007
Berdasarkan kumpulan data dari berbagai jenis penelitian, prevalensi tanda retinopati hipertensi dari populasi umum dengan menggunakan retinal
photographs didapatkan tanda retinopati hipertensi 3-14 pada orang dewasa usia 40 tahun. Wong dan Mcintosh, 2005
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil penelitian menyatakan bahwa faktor resiko yang menyertai seperti perokok, hiperglikemia memiliki hubungan kejadian retinopati
hipertensi dengan kardiovaskuler penyakit jantung koroner dan stroke. Kelainan dari pembuluh darah retina akibat hipertensi dapat di evaluasi
dengan menggunakan oftalmoskopi dan angiografi. Wong dan Mitchell, 2004; Skuta et al, 2010; Syahrini et al, 2011
Kejadian retinopati hipertensi sangat erat kaitannya dengan peningkatan tekanan darah. Penderita hipertensi memiliki kemungkinan 50 -
70 mengalami retinopati hipertensi. Penelitian yang dilakukan pada masyarakat Amerika Serikat, didapatkan insidensi 3 tahun yaitu tahun 1993-
1996 dari retinopati hipertensi adalah 2.9 - 4.3 Wong TY et al, 2007. The Atherosclerosis Risk in Communities Study ARIC menyatakan
bahwa insidensi retinopati berhubungan dengan tekanan darah, serum glukosa puasa, kolesterol total, dan aktifitas fisik. The Atherosclerosis Risk in
Communities Study ARIC juga menyatakan terdapatnya penyempitan arteri retina yang dihubungkan dengan adanya penyakit koroner pada wanita.
The Beaver Dam Eye Study menyatakan bahwa insiden retinopati berhubungan dengan tingginya tekanan darah, merokok, indeks masa tubuh,
dan minum alkohol. Ogagarue et al, 2013 Komplikasi pada target organ ini dapat menimbulkan kerusakan dan
kecacatan permanen sehingga mengganggu kesehatan dan menurunkan produktifitas kerja penderitanya.Sanglah, 2013
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan masalah penelitian