PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (TEMATIK) KELAS III SDN TALANG SEPUH KECAMATAN TALANGPADANG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

(2)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan dan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, agar peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 ( PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar isi dan Standar kompetensi lulusan serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam hal menumbuh kembangkan aktivitas siswa untuk meraih hasil belajar dalam bidang pelajaran tertentu termasuk matematika. Untuk itu seorang guru perlu mencari strategi alternatif


(3)

dalam menumbuhkan aktivitas siswa agar mau belajar dengan gembira (tanpa merasa dipaksa), sehingga dapat menimbulkan percaya diri pada siswa, yang pada akhirnya mereka dapat mengembangkan kemampuan yang telah ada tanpa mereka sadari.

Kegiatan menggali kemampuan siswa dengan cara menumbuh kembangkan kemampuan yang telah ada belum pernah dilakukan oleh guru SDN Talang Sepuh, sehingga pendidikan itu terkesan memaksa dan menjemukan. Lebih-lebih siswa tumbuh pada lingkungan dan keluarga yang kurang memahami pentingnya pendidikan.

Orang tua tidak mengerti, lingkungan tidak mendukung, di sekolah merasa wajib mengerjakan hal-hal yang tidak bisa dan berakhir dengan pengambilan keputusan untuk berhenti sekolah. Seperti halnya siswa SDN Talang Sepuh Kecamatan Talang Padang. Mereka putus sekolah disebabkan oleh faktor keluarga, lingkungan, atau akibat strategi pembelajaran di kelas kurang menarik dan tidak dapat membuat siswa merasa gembira datang ke kelas.

Sekolah Dasar (SD) memegang peranan yang sangat penting dalam pendidikan. Keberhasilan siswa di SD sangat berpengaruh terhadap keberhasilannya di sekolah lanjutan. Berdasarkan pengalaman mengajar di SDN Talang Sepuh diperoleh bahwa rata-rata hasil belajar adalah 56 (lima puluh enam), masih di bawah KKM 60 (enam puluh). Dalam proses pembelajarannya, guru berupaya memberikan penjelasan materi secara lengkap. Dalam hal ini siswa cenderung dituntut untuk mengikuti contoh yang telah diberikan oleh guru.Tentunya


(4)

pembelajaran seperti ini tidak relevan dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Dari kenyataan ini jelaslah guru tersebut perlu dibantu dengan melibatkan yang bersangkutan pada suatu penelitian tindakan kelas dengan maksud agar disamping guru memperoleh pengalaman langsung dalam melakukan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan KTSP, juga dapat mengembangkan kompetensi siswa sesuai dengan yang digariskan dalam kurikulum. Dalam proses pembelajaran, guru memulai dengan menjelaskan–memberi contoh latihan soal. Jadi siswa secara langsung diberikan rumus-rumus matematika tanpa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri.

Berbeda halnya dengan pembelajaran yang berorientasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran seharusnya diawali dari dunia nyata dan rumus diharapkan ditemukan oleh siswa sendiri.

Pada Contextual Teaching Learning (CTL), guru tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta tetapi guru berusaha mendorong siswa untuk mengkontruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri. Melalui CTL siswa belajar melalui ‘mengalami’ bukan ‘menghapal’. Dalam pembelajaran, guru harus memahami konsepsi awal yang dimiliki siswa dan mengaitkan dengan konsep yang akan dipelajari.

Konsepsi awal ini dapat direkam dari pekerjaan siswa dalam LKS dan dari jawaban siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan guru yang disampaikan pada awal pembelajaran. Dalam pembelajaran biasanya siswa malu atau takut bertanya


(5)

kepada gurunya dan lebih suka bertanya kepada teman-temanya. Oleh karena itu implementasi pendekatan kontekstual melalui pembelajaran kooperatif berbantuan LKS perlu diterapkan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: “ meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika (tematik) siswa kelas III SDN Talang Sepuh dengan implementasi pendekatan kontekstual melalui pembelajaran CTL berbantuan LKS”.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “ Penerapan Pembelajaran Kontekstual untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika (Tematik) kelas 3 SDN Talang Sepuh Kecamatan Talangpadang Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/2013”.

I.2. Identitifaksi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

I.2.1. Nilai matematika kelas 3 rendah tidak mencapai KKM (60). I.2.2. Aktivitas belajar siswa pada pelajaran matematika kurang. I.2.3. Perhatian dari orang tua kurang.


(6)

I.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka dirumuskan masalah penelitian ini adalah :

I.3.1. Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar matematika melalui pembelajaran CTL pada siswa kelas 3 SDN Talang Sepuh Kecamatan Talangpadang Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/2013?

I.3.2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar matematika melalui pembelajaran CTL pada siswa kelas 3 SDN Talang Sepuh Kecamatan Talangpadang Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/2013?

I.4. Tujuan Penelitian

I.4.1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika melalui pembelajaran CTL pada siswa Kelas III SDN Talang Sepuh Kecamatan Talangadang Kabupaten Tanggamus.

I.4.2. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran CTL pada siswa Kelas III SDN Talang Sepuh Kecamatan Talangadang Kabupaten Tanggamus.


(7)

I.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

I.5.1. Bagi siswa, dapat menyelesaikan tugas dengan cepat, tepat dan benar, dapat memanfaatkan waktu dengan baik dan tepat, mampu menyelesaikan soal yang tak terbatas dalam waktu yang relatif singkat.

I.5.2. Bagi guru/peneliti, sebagai bahan masukan untuk dijadikan dasar yang akan dikerjakan dalam pelaksanaan kegiatan guru lebih

berkembang dan terarah dalam mengelola situasi dan kondisi kelas. I.5.3. Bagi sekolah sebagai bahan masukan atau input untuk dijadikan

bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan untuk mendorong guru dalam menciptakan metode yang tepat untuk menentukan keberhasilan pengelolaan pembelajaran di sekolah.


(8)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

II.1. Aktivitas Belajar

Sardiman (1994: 95) mengatakan bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas belajar. Tanpa adanya aktivitas, belajar itu tidak dapat memungkinkan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran. Antara lain bertanya tentang apa yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan untuk menunjang prestasi belajar.

Djamarah (2000: 67) mengemukakan bahwa belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi peserta didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam benak anak didik.

Arnie Fajar (2009:13) mengemukakan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar yang dimaksud disini adalah aktivitas jasmaniah maupun mental, yang dapat digolongkan dalam 5 hal yaitu :

II.1.1. Aktivitas visual (Visual activities) (membaca, menulis, melakukan eksperimen, dan demonstrasi)


(9)

II.1.2. Aktivitas lisan (Oral activities) (bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, menyanyi).

II.1.3. Aktivitas mendengarkan (Listening activities) (mendengar penjelasan guru).

II.1.4. Aktivitas gerak (motor activities) (senam, atletik, menari, melukis). II.1.5. Aktivitas menulis (Wraiting activities) (mengarang, membuat

makalah, membuat surat)

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

II.2. Hasil Belajar

Menurut Sudjana ( 1987 : 28 ), Proses belajar berlangsung dalam waktu tertentu dan merupakan proses yang panjang dari satu fase ke fase berikutnya. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, bukan menghafal atau mengingat.

Menurut Hudoyo, ( 1979 : 89 ), belajar matematika melibatkan suatu struktur hirarki dari konsep-konsep tingkat tertinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk sebelumnya.


(10)

Menurut Mohammad Soleh (1998:3), belajar matematika adalah belajar tentang bilangan, belajar menjumlah, mengurangi dan membagi yang terdapat dalam aljabar, aritmatika, dan geometri.

Jadi belajar matematika adalah melibatkan diri yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran yang semuanya telah tersusun secara hirarki dari konsep-konsep yang rendah sampai konsep-konsep yang lebih tinggi. Hasil belajar yang diukur pada pembelajaran yang berlandaskan kurikulum 2004 meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Maka guru tidak hanya menilai siswa dari aspek intelektual tetapi kemampuan sosial, sikap siswa selama proses belajar mengajar serta keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran juga dinilai oleh guru. Siswa yang telah mengalami pembelajaran diharapkan memilki pengetahuan dan ketrampilan baru serta perbaikan sikap sebagai hasil dari pembelajaran yang telah dialami siswa tersebut. Pengukuran hasil belajar bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa dalam menyerap materi.

Bloom dalam Winkel (1996:274) membagi hasil belajar kedalam tiga ranah, yaitu (a) Kognitif, (b) Afektif, (c) Psikomotor.

Ranah kognitif berkaitan kemampuan siswa dalam berfikir dan bernalar yang mencakup kemampuan siswa dalam mengingat sampai memecahkan masalah, yang menuntut siswa untuk menggabungkan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya.


(11)

Ranah afektif berkaitan kemampuan siswa dalam belajar menghayati nilai objek-objek yang dihadapi melalui perasaan, baik objek itu berupa orang, benda maupun peristiwa. Ciri lain terletak dalam belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar. Menurut Krochwall Bloom (dalam Winkel 1996:276) ranah afektif terdiri dari penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.

Ranah psikomotor berorientasi kepada ketrampilan fisik, ketrampilan motorik, atau ketrampilan tangan yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Simpson (dalam Winkel, 1996:278) menyatakan bahwa ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku yaitu: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas

II.3. Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Jadi perubahan perilaku adalah hasil belajar. Artinya seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya (Sumiati dan Asra, 2011:38).


(12)

Soetomo (1993:68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Menurut Soetomo (1993:120), belajar adalah suatu proses yang menyebabkan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain

Undang–undang No. 20 tahun 2003 Pasal 1 menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada siatuasi tertentu.

II.4. Pembelajaran Kontektual

Menurut Nurhadi dkk (2002,12), CTL adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.


(13)

Menurut Johnson, (2002 : 25), CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka.

Dari pengertian CTL menurut beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran CTL bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atau ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainya, dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu dengan adanya pemahaman. Pembelajaran menekankan pada pengembangan aktivitas pengalaman siswa, melatih siswa agar dapat berfikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain, pembelajaran lebih produktif dan bermakna, mengajak anak ada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari, agar


(14)

siswa dapat menemukan dan mentrasfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu miliknya sendiri.

Alasan Penggunaan Pembelajaran CTL adalah belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” apa yang dipelajari bukan hanya “menghafalkan”. Strategi pembelajaran tidak hanya menuntut siswa menghafalkan fakta, konsep, generalisasi, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Memperbaiki kebiasaan sehari-hari dalam proses belajar mengajar, yaitu dari siswa dipaksa menerima dan menghafal kearah strategi pembelajaran yang berpihak dan memberdayakan siswa.

Kelebihan Pembelajaran CTL adalah pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.


(15)

Kelemahan Pembelajaran CTL adalah guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide– ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

Cara mengatasi Kelemahan pembelajaran CTL guru dalam merencanakan program pembelajaran harus matang dengan memperhatikan kemampuan berfikir siswa secara individu, kemudian bagi siswa yang resisten terhadap miskonsepsi setelah dilakukan pembelajaran perlu diberikan tugas-tugas serta melakukan tutor sebaya.


(16)

Langkah-langkah pembelajaran kontekstual menurut Depdiknas dalam Trianto (2008:25-26) secara garis besar langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. 3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bartanya.

4. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). 5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

II.5. Hipotesis Tindakan

Jika pembelajaran kontekstual diterapkan, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika (tematik) kelas III SDN Talang Sepuh Kecamatan Talangpadang Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/2013.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. Subyek, Tempat, dan Waktu Penelitian III.1.1. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Talang Sepuh Kecamatan Talangpadang Kabupaten Tanggamus. Sebanyak 19 orang, yang terdiri dari 11 laki-laki dan 8 perempuan

III.1.2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SDN Talang Sepuh Kelas III tahun pelajaran 2012/2013

III.1.3. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Pebruari 2013.


(18)

III.2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitan Tindakan Kelas (Muklis, 2000:3) adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan.

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

III.3.Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari atas satu kali pertemuan, tiap-tiap pertemuan terdiri dari empat tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.


(19)

III.3.1. Tahap Perencanaan

a. Membuat pemetaan, silabus dan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) pembelajaran Matematika pada materi mengenal pecahan sederhana dengan menggunakan pembelajaran konstektual

b. Menyiapkan alat peraga berupa contoh-contoh pecahan sederhana.

c. Membuat lembar observasi untuk melihat bagimana proses belajar mengajar di kelas berlangsung.

III.3.2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan Tindakan akan dilakukan untuk beberapa siklus sesuai dengan yang diharapkan.

1. Pra pembelajaran

a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen

b. Menjelaskan pada siswa tentang arti kerjasama dalam kelompok

c. Menjelaskan beberapa aturan kelompok yang harus dipatuhi

2. Inti pembelajaran

a. menyajikan / mempresentasikan materi pelajaran dengan bahasa yang mudah dimengerti siswa


(20)

b. memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok

c. membimbing setiap anggota kelompok dalam mempelajari dan mendiskusikan LKS.

d. Mengarahkan siswa dalam saling membantu antara anggota jika ada yang mengalami kesulitan

e. Mengarahkan siswa dalam saling mengalami kesulitan untuk bertanya pada teman sekelompok sebelum bertanya pada guru.

f. Mengingatkan dan menekankan pada setiap kelompok agar melakukan yang terbaik untuk kelompoknya.

g. memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa

3. Penutup pembelajaran

a. Memberikan penghargaan pada kelompok yang skornya melebihi rata-rata kriteria tertentu.

b. Memberi evaluasi kepada semua siswa.

III.3.3. Tahap Pengamatan

Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan oleh penulis dan satu orang guru sebagai teman sejawat atau kolaborator.


(21)

Pada tahap observasi ini kegiatan yang dilaksanakan yaitu mengobservasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan yaitu lembar kegiatan aktivitas siswa dan lembar kegiatan aktivitas guru.

III.3.4. Tahap Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, mencermati, dan megkaji secara mendalam dan meyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Kemudian dilakukan evaluasi oleh guru untuk menyempurnakan tindakan berikutnya.

Setelah siklus I dilaksanakan, peneliti mengevaluasi kelebihan dan kekurangan yang ditemukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dari kekurangan yang didapatkan pada siklus I, peneliti merencanakan untuk melakukan perbaikan kembali dengan menentukan rencana perbaikan untuk siklus II.

III.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(22)

III.4.1. Tes tertulis

Tes dilakukan pada setiap akhir pembelajaran. Tes yang dilakukan adalah tes tertulis, karena yang akan diukur adalah kemampuan siswa dalam memahami pengenalan pecahan sederhana.

III.4.2. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang sangat ampuh dalam penelitian kualitatif. Keuntungan yang diperoleh melalui observasi adalah pengalaman yang diperoleh secara mendalam, dimana peneliti berhubungan secara langsung dengan objek peneliti. Melalui hubungan langsung tersebut peneliti dapat melihat apa yang terjadi sebenarnya di lapangan. Tujuan utama dari observasi adalah memantau proses, hasil, dan dampak perbaikan pembelajaran yang direncanakan.

Observasi atau pengamatan ini diisi selama pembelajaran berlangsung dengan cara memberi tanda ceklis () pada setiap aspek yang diamati dengan katagori kurang, cukup, baik atau baik sekali.


(23)

III.4.3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan hasil lembar kerja siswa. Metode dokumentasi digunakan untuk mencari data-data yang mendukung permasalahan yang akan diteliti.

III.4.4. Tolok Ukur

Untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran Matematika selama penelitian tindakan kelas ini berlangsung, maka pada setiap akhir pembelajaran pada setiap siklus, akan selalu diadakan post test. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dengan tolok ukur penilaian di bawah ini.

Tabel 3.1. Tolok Ukur Penilaian

No Rentang Skor Tingkat Kemampuan

1. 85 – 100 Sangat baik

2. 75 – 84 Baik

3. 60 – 74 Cukup

4. 40 – 59 Kurang

5. 0 – 39 Sangat Kurang

(Nurgiantoro, 2001:399)

III.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: III.5.1. Lembar Observasi

1. Lembar observasi pengolahan pembelajaran CTL, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.


(24)

2. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.

III.5.2. Lembar Tes

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah isian terbatas berjumlah 10 butir soal

III.5.3. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen.

III.6. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis kwantitatif/ kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.


(25)

Teknik analisis ini dihitung sebagai berikut yaitu: III.6.1.Menilai Tes Tertulis

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

Keterangan :

Nilai : Presentase hasil belajar siswa JSP : Jumlah Skor Perolehan JSM : Jumlah skor maksimal

III.6.2.Ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 60% atau nilai 60, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 75% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 60%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

JSP

Nilai = --- x 100% JSM


(26)

100 p

Siswa yang tuntas belajar

x % Siswa

(Mulyasa, 2003:102)

III.6.3.Presentase Aktivitas Belajar Setiap Siswa 100 R NP x SM  Keterangan :

NP : Nilai persen yang dicari atau diharapkan R : Skor mentah yang diperoleh siswa SM : Skor maksimum dari tes yang ditentukan 100 : bilangan tetap

(Ngalimun Purwanto, 2009:102)

III.7. Indikator Keberhasilan

III.7.1. Presentase aktivitas siswa dalam pembelajaran sekurang-kurangnya 80 % dan atau lebih.


(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat penulis simpulkan antara lain sebagai berikut :

V.1.1. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas III SDN Talang Sepuh Kecamatan Talangpadang dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terbukti dari persentase aktivitas yang diperoleh, dimana dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Siklus I persentase aktivitas mencapai 47,50 % dan siklus II meningkat menjadi 82,50%.

V.1.2. Peningkatan aktivitas siswa selama pembelajaran siklus I dan Siklus II dengan pendekatan kontekstual (CTL) berimbas positif terhadap hasil belajar siswa, dimanna nilai rata-rata kelas pada siklus I hanya 56,32 dan siklus II meningkat menjadi 77,37. Demikian juga dengan persentase ketuntasan belajar siswa, pada siklus I persentase ketuntasan hanya 47,37 % dan siklus II meningkat menjadi 84,21 %


(28)

V.2. Saran

Dari pembahasan dan hasil kesimpulan, ada beberapa saran yang penulis sampaikan, diantaranya sebagai berikut :

V.2.1. Bagi Guru

V.2.1.1. Guru senantiasa menciptakan suasana belajar yang lebih konkrit dengan cara pemberian tugas atau latihan-latihan sehingga potensi dan

kemampuan siswa dapat tergali dan tersalurkan dengan baik.

V.2.1.2. Guru hendaknya menerapkan pembelajaran CTL dalam pembelajaran Matematika secara efektif sehingga diharapkan dapat memotivasi dalam belajar dan menumbuhkan keinginan siswa untuk berprestasi lebih baik.

V.2.3. Bagi Sekolah

Bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas peserta didik perlu dibuat media atau sumber belajar yang cukup, misal LKS, alat peraga, atau buku panduan siswa untuk belajar sehingga bisa memberikan bantuan lebih kepada siswa yang mempunyai permasalahan dalam belajar, terutama pelajaran Matematika.

V.2.3. Bagi Peneliti

Peneliti perlu pemahaman konsep yang lebih mendalam mengenai pembelajaran dengan pendekatan konstektual sehingga perlu adanya penelitian selanjutnya.


(29)

(30)

(31)

(32)

(33)

(34)

(35)

(36)

(37)

(38)

(39)

(40)

(41)

(42)

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Fajar, Arnie. 2009. Portofolio Dalam Pelajaran IPS. PT. Remaja Rosdakarya Bandung Hudoyo, H. 1979. Pengembangan kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di Depan

Kelas. Surabaya : Usaha Nasional

Johnson, E.B. (2002). Contextual teaching and learning. California: Corwin Press Inc. Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan

Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban. Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetens, Konsep, Karakteristik, dan

Implementasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Nurhadi, dkk. 2002. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: FPBS IKIP.

Sardiman, AM. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta


(44)

Soleh, Muhammad.1998. Pokok-pokok Pengajaran Matematika. Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sudjana, Nana. 1987. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar : Bandung, Baru Algesindo Sugiarti, Titik. 1997. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah disampaikan pada Pelatihan

Peningkatan Kualifikasi Guru S1 PGSD. Universitas Jember Sumiati dan Asra. 2011. Metode Pembelajaran.Bandung : CV Wacana Prima. Trianto, 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and

Learning) di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher

Universitas Lampung. 2011.Format Penulisan Karya Ilmiah. Universita Lampung, Bandar Lampung


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

26

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Fajar, Arnie. 2009. Portofolio Dalam Pelajaran IPS. PT. Remaja Rosdakarya Bandung

Hudoyo, H. 1979. Pengembangan kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di Depan

Kelas. Surabaya : Usaha Nasional

Johnson, E.B. (2002). Contextual teaching and learning. California: Corwin Press Inc.

Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.

Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetens, Konsep, Karakteristik, dan

Implementasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Nurhadi, dkk. 2002. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)

dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: FPBS IKIP.

Sardiman, AM. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta


(6)

27

Soleh, Muhammad.1998. Pokok-pokok Pengajaran Matematika. Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sudjana, Nana. 1987.Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar : Bandung, Baru Algesindo

Sugiarti, Titik. 1997. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kualifikasi Guru S1 PGSD. Universitas Jember

Sumiati dan Asra. 2011. Metode Pembelajaran.Bandung : CV Wacana Prima.

Trianto, 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and

Learning) di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher

Universitas Lampung. 2011.Format Penulisan Karya Ilmiah. Universita Lampung, Bandar Lampung


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN 2 PURWODADI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 12 44

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SDN 5 CIPADANG KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 56

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (TEMATIK) KELAS III SDN TALANG SEPUH KECAMATAN TALANGPADANG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 44

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN TEKNIK JIGSAW PADA SISWA KELAS V DI SDN 2 SUMBER MULYO KECAMATAN SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 64

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 KAMPUNG KOTAAGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 34

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMP TAMAN SISWA GEDONGTATAAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 51

PENERAPAN METODE PERMAINAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV D SD KARTIKA II-5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 26 62

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS III SDN 1 KALIAWI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 63 66

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STAD SISWA KELAS IV SDN 1 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 4 75

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II SDN 3 TALANG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 7 70