46
memiliki nilai suseptibilitas yang paling tinggi dibandingkan batupasir maupun batugamping yang menyusun Formasi Sambipitu dan Formasi Wonosari.
Gambar 24. Kontur Anomali Medan Magnet Mencakup 3 Formasi Batuan Yaitu Formasi Nglanggran, Sambipitu Dan Wonosari
E. Reduksi ke Kutub
Medan magnet bumi selalu bervariasi terhadap posisi dan waktu, atau disebut dengan dipole. Medan magnet hasil pengukuran dan koreksi masih berupa dipole
karena koreksi-koreksi tersebut tidak dapat menunjukkan benda penyebab anomali secara tepat. Tujuan dilakukan reduksi ke kutub adalah untuk menempatkan daerah-
daerah dengan anomali maksimal berada tepat di atas benda penyebab anomali. Reduksi ke kutub atau Reduction To Pole RTP dilakukan dengan mengubah
parameter medan magnet bumi pada daerah penelitian yang memiliki rata-rata nilai
47
deklinasi 0.96
o
dan inklinasi -32
o
menjadi kondisi di kutub yang memiliki deklinasi
o
dan inklinasi 90
o
, sehingga arah medan magnet yang awalnya dipole menjadi monopole. Data anomali medan magnet yang telah di-RTP ditunjukkan pada Gambar
25.
Gambar 25. Kontur Anomali Medan Magnet Yang Sudah Dilakukan
Proses Reduksi Ke Kutub
Terdapat perubahan rentang nilai anomali medan magnet sebelum dan sesudah dilakukan proses RTP. Nilai anomali medan magnet sebelum di-RTP berkisar antara
180 nT – 660 nT sedangkan setelah di RTP nilainya menjadi -50 – 1000 nT. Klosur
tinggi ditunjukkan dengan warna kuning – merah dengan rentang nilai 650 – 1000 nT
berada di sebelah barat kawasan penelitian, klosur sedang berwarna hijau dengan
48
rentang nilai 300 – 550 nT berada di bagian tengah, dan klosur rendah dengan warna
biru dengan rentang nilai -50 – 250 nT berada di sebelah timur kawasan penelitian.
F. Kontinuasi ke Atas
Peta anomali medan magnet hasil reduksi ke kutub belum menunjukkan anomali regional daerah penelitian, namun masih berupa anomali regional dan anomali lokal.
Masih tercampurnya antara anomali regional dan anomali lokal akan mempersulit interpretasi, sehingga perlu dilakukan pemisahan antara keduanya. Proses pemisahan
tersebut dilakukan dengan tahap kontinuasi ke atas, sehingga didapatkan anomali regional dengan cara mengurangi anomali hasil reduksi ke kutub dengan anomali
lokal. Kontinuasi ke atas menggunakan proses low pass filtering, yaitu untuk memfilter
anomali lokal dan menyisakan anomali regional saja. Proses ini berguna untuk mengoreksi medan potensial pada tempat yang lebih tinggi dibandingkan dengan
ketinggian tempat pengukuran. Dalam penelitian ini proses kontinuasi ke atas dilakukan dengan pengangkatan
pada ketinggian 100 m, 500 m, 1000 m, 1500 m, 2000 m, dan 2500 m. Hal tersebut dimaksudkan untuk melihat perbedaan anomali regional daerah penelitian pada tiap-
tiap ketinggian kontinuasi yang diterapkan. Pola anomali yang sudah tidak menunjukkan perubahan secara signifikan dipilih sebagai dasar untuk proses
berikutnya yaitu pemodelan. Proses kontinuasi di berbagai ketinggian ditunjukkan pada Gambar 26.
49
Gambar 26. Proses Kontinuasi Ke Atas Dengan Ketinggian a 100 m, b 500 m, c 1000 m, d 1500 m, e 2000 m, f 2500 m
Proses kontinuasi pada penelitian ini berhenti pada ketinggian 2500 m karena memperlihatkan adanya pola anomali yang cukup jelas dan sudah tidak berubah
secara signifikan. Hal ini juga dapat menggambarkan bahwa hasil kontinuasi ke atas pada ketinggian 2500 m merupakan nilai anomali regional tanpa adanya noise dan
anomali lokal. Dari Gambar 26 terlihat adanya peningkatan keteraturan pola anomali medan magnet seiring dengan naiknya filter yang diaplikasikan.
50
Peta kontur anomali medan magnet hasil kontinuasi ke atas dengan ketinggian 2500 m menggambarkan susunan batuan di kawasan penelitian. Kontur kontinuasi
tersebut menunjukkan daerah yang memiliki batuan dengan suseptibilitas tinggi dan rendah. Klosur tinggi menunjukkan keberadaan batuan dengan suseptibilitas tinggi
seperti batuan beku dari gunungapi dan klosur rendah menunjukkan keberadaan batuan dengan suseptibilitas rendah seperti batuan sedimen. Untuk menjelaskan
lapisan-lapisan batuan di kawasan penelitian perlu dilakukan pemodelan 2D dan 3D dengan menggunakan kontur anomali medan magnet hasil kontinuasi ke atas dengan
ketinggian 2500 m.
G. Pemodelan 2D