44
D. Anomali Medan Magnet
Anomali medan magnet sering juga disebut dengan medan magnet lokal crustal field. Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung mineral
bermagnet seperti magnetite dan titanomagnetite yang berada di kerak bumi.
Gambar 23. Kontur Anomali Medan Magnet
Gambar 23 menunjukkan pola sebaran anomali medan magnet di kawasan penelitian yang memiliki kisaran nilai anomali medan magnet antara 180 nT
– 660 nT. Kawasan penelitian memiliki kisaran nilai anomali medan magnet yang cukup
lebar namun klosur-klosurnya masih memiliki kecenderungan yang sama. Klosur tinggi berwarna jingga sampai merah berada di barat laut kawasan penelitian dengan
rentang nilai 500 nT – 660 nT.
Klosur sedang berwarna hijau sampai kuning tersebar memanjang dari barat laut
– tengah – hingga ujung tenggara kawasan penelitian
45
dengan rentang nilai 360 nT – 480 nT. Klosur rendah berwarna biru keunguan berada
di bagian barat daya dan timur laut kawasan penelitian, dengan rentang nilai 180 nT –
340 nT. Variasi nilai anomali medan magnet ini terjadi karena kawasan penelitian tersusun atas 3 formasi batuan yang berbeda, yaitu Formasi Nglanggran, Formasi
Sambipitu, dan Formasi Wonosari dengan rentang suseptibilitas yang berbeda-beda. Formasi Nglanggran didominasi oleh batuan beku jenis basalt dengan nilai
suseptibilitas berdasarkan Tabel 1 yaitu 0,2 –17510
-3
, Formasi Sambipitu didominasi oleh batuan sedimen dengan jenis batupasir dengan kisaran nilai
suseptibilitas 0 –2010
-3
, dan Formasi Wonosari didominasi oleh batuan karst dengan nilai suseptibilitas 0
–310
-3
. Ketiga batuan yang mendominasi tersebut memiliki nilai suseptibilitas yang sangat berbeda sehingga menghasilkan rentang nilai
kemagnetan yang cukup lebar. Untuk mengetahui pengaruh formasi geologi terhadap anomali medan magnet, maka kontur tersebut di-overlay dengan batas formasi
geologi, yang ditunjukkan pada Gambar 24. Nilai anomali medan magnet sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi lokasi titik
pengambilan data. Titik yang berada di Formasi Wonosari memiliki nilai anomali medan magnet relatif lebih rendah dibandingkan dengan nilai anomali medan magnet
yang berada di wilayah Formasi Sambipitu. Nilai anomali medan magnet yang berada di wilayah Formasi Sambipitu lebih rendah dari Formasi Nglanggran. Hal itu
disebabkan karena batuan beku jenis breksi yang menyusun Formasi Nglanggran
46
memiliki nilai suseptibilitas yang paling tinggi dibandingkan batupasir maupun batugamping yang menyusun Formasi Sambipitu dan Formasi Wonosari.
Gambar 24. Kontur Anomali Medan Magnet Mencakup 3 Formasi Batuan Yaitu Formasi Nglanggran, Sambipitu Dan Wonosari
E. Reduksi ke Kutub