ASPEK AKUNTANSI DAN PELAPORAN

K A J I A N A T A S S I S T E M K E U A N G A N P E M E R I N T A H D A L A M P E N G E L O L A A N H I B A H L U A R N E G E R I 39 Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan anggaran mengacu pada peraturan yang ada, yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang tersebut, diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Adapun peraturan yang lebih terperinci adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171PMK.052007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Sistem akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah pusat terdiri dari dua sub-sistem, yaitu: Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara SA-BUN dan Sistem Akuntansi Instansi SAI. SA-BUN dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara BUN sedangkan SAI oleh KementerianLembaga.

BAB V. ASPEK AKUNTANSI DAN PELAPORAN

KementerianLembaga sebagai Pengguna AnggaranAset Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara Sistem Akuntansi Instansi SAI Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara POKJA POKJA BLU Pinjaman Hibah Investasi Pemerintah Pinjaman Terusan Transfer Lokal Subsidi Belanja Lain Institusi Lain LAPORAN AKHIR BUN LAPORAN AKHIR -KL LAPORAN AKHIR PEMERINTAH PUSAT BUN PROVINSI ESELON 1 KL KONSO LIDASI DJPBN DAPK KANWIL DJPBN KPPN PKN - LRA - NERACA - CALK SP2D - LRA - NERACA - ARUS KAS - CALK - LRA - NERACA - ARUS KAS - CALK Gambar 12. Akuntansi dan Pelaporan K A J I A N A T A S S I S T E M K E U A N G A N P E M E R I N T A H D A L A M P E N G E L O L A A N H I B A H L U A R N E G E R I 40 Satuan kerja merupakan entitas akuntansi yang wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan dengan entitas pelaporan. Dokumen sumber pencatatan adalah SPM, SP2D, dan dokumen lain sebagai hasil pelaksanaan anggaran. Laporan keuangan yang dihasilkan terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran LRA, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan CALK. Satker mengirimkan laporan kepada Unit Akuntansi Pembantu Pengguna AnggaranBarang Tingkat Wilayah UAPPAB-W. UAPPAB-W menghimpun dari seluruh Satker dan diserahkan kepada Unit Akuntansi Pembantu Pengguna AnggaranBarang tingkat Eselon 1 UAPPAB-E1. Hasil penghimpunan dari UAPPAB–E1 tersebut diserahkan kepada Unit Akuntansi Pengguna AnggaranBarang tingkat KementerianLembaga. Penggabungan dari pelaporan SA-BUN dan SAI menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat LKPP. LKPP terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran LRA, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Proses pencatatan mulai Satker hingga Laporan Keuangan Pemerintah Pusat menggunakan perangkat lunak tertentu yang telah ditetapkan. Baik hibah-terencana maupun hibah-langsung dicatat dalam laporan keuangan satker, kementerian lembaga maupun laporan keuangan pemerintah pusat dengan sarana atau dokumen sumber yang berbeda. Hibah-terencana menggunakan sarana Surat Perintah Membayar SPM dari KPA dan Surat Perintah Pencairan Dana SP2D dari KPPN. Sementara hibah-langsung menggunakan sarana Surat Pengesahan Hibah-Langsung SPHL dalam hal hibah bentuk uang dan persetujuan Memo Pencatatan Hibah-Langsung bentuk BarangJasaSurat Berharga MPHL-BJS, yang keduanya dari KPPN. Kementerianlembaga sebagai entitas akuntansi mencatat hibah dalam Sistem Akuntansi Instansi SAI, yaitu dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran LRA atas realisasi belanja barang rekening 52, belanja modal rekening 53, danatau belanja bantuan sosial rekening 57. Juga dicatat dalam neraca atas persediaan, aset tetap, dan aset lainnya yang dihasilkan. Satker mencatat belanja hibah setelah mencocokkannya dengan KPPN. KL mencocokkan setiap triwulan belanja yang bersumber dari hibah-langsung bentuk uang, barang, dan jasa dengan pendapatan hibah yang dicatat oleh DJPU. Adapun pendapatan hibah dicatat oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara BUN dan secara struktural dilaksanakan oleh DJPU sebagai entitas pelaporan untuk hibah atau sebagai Unit Akuntansi Pembantu-Bendahara Umum Negara UAP-BUN. DJPU menggabungkan seluruh transaksi pendapatan hibah dan belanja hibah pengeluaran pemerintah pusat dalam bentuk uang barangjasasurat berharga kepada Pemerintah Daerah, pemerintah lainnya, atau perusahaan daerah setiap UAKPA-BUN. Laporan keuangan UAP-BUN pengelola hibah selanjutnya digabungkan dengan UAP-BUN yang lain oleh Unit Akuntansi BUN yang dilaksanakan oleh DJPb. KL sebagai entitas akuntansi dan pelaporan, khususnya atas pelaksanaan belanja yang sumber dananya dari hibah melaporkan belanja dalam LRA. Terhadap hibah dalam bentuk barang, KL melaporkannya dalam neraca, LRA, dan CALK. Adapun hibah dalam bentuk jasa, KL melaporkannya dalam LRA dan CALK. K A J I A N A T A S S I S T E M K E U A N G A N P E M E R I N T A H D A L A M P E N G E L O L A A N H I B A H L U A R N E G E R I 41 Pelaksanaan akuntansi dan pelaporan di Biro Keuangan yang perlu mendapat perhatian ialah sebagai berikut: 1. Biro Keuangan tidak mencatat hibah dalam bentuk barangjasa dan hanya mencatat transaksi hibah uang. Dalam kenyataannya, KemenKP telah menerima hibah barangjasa selama tahun 2011 sebesar Rp16 miliar dan hanya dicatat dalam Catatan Atas Laporan Keuangan CALK. Perinciannya adalah sebagai berikut: a. Pemberi hibah: Wageningen UR Rp1.260.821.638 — Kemen KP Setjen. b. Pemberi hibah: UNDP senilai Rp2.753.000.000 — Kemen KP Setjen. c. Pemberi hibah: JICA -- Kemen KP Ditjen P2HP 2. Pencatatan jumlah hibah-langsung dalam bentuk uang dalam LRA tidak sesuai dengan perinciannya. Jumlah hibah-langsung bentuk uang menurut LRA dan perinciannya berbeda sebesar Rp823 juta dari Rp 13 miliar yang tercantum. Hal ini disebabkan Satker dan Biro Keuangan tidak pernah mencocokkan data hibah secara khusus. Akibatnya, perincian hibah menurut SAI menurut Satker dan menurut pemberi hibah belum dapat dibandingkan. Untuk mengetahui data menurut pemberi hibah, sebenarnya dapat diketahui dari catatan pengelola hibah yang dilaksanakan oleh DJPU selaku UAKPA-BUN. Pemantauan dan evaluasi kinerja pelaksanaan kegiatan dan keuangan dilakukan oleh KL dan dilaporkan kepada Meneg PPN dan Menteri Keuangan per triwulan. Pemantauan dan evaluasi mencakup perkembangan realisasi penyerapan dana, perkembangan pencapaian pelaksanaan isik, perkembangan proses pengadaan barang dan jasa, permasalahan yang dihadapi, dan tindak lanjut yang diperlukan. Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi tersebut, Meneg PPN menerbitkan Laporan Kinerja Pelaksanaan Pinjaman Luar Negeri danatau Hibah. SIMPULAN Baik hibah-terencana maupun hibah-langsung telah memiliki mekanisme akuntansipelaporan dengan telah ditetapkannya tata cara pelaksanaannya oleh Kementerian Keuangan. Kendala yang ditemui adalah kemampuan personel pada Biro Keuangan dan Satker yang terkait dalam melaksanakan akuntansipelaporan, terutama yang berhubungan dengan peraturan yang belum lama diterbitkan. Dalam hal hibah-langsung, masih terbuka kemungkinan bagi pengelola kegiatan untuk tidak melaporkan realisasi keuangannya kepada Biro Keuangan Kemen KP karena tidak tercantum dalam proses penganggaran awal dan tidak melakukan revisi atas dokumen anggaran ketika hibah-langsung dimulai. Oleh karenanya, pada akhir tahun anggaran hibah-langsung ini tetap tidak ada dalam laporan keuangan Kemen KP, termasuk realisasinya. K A J I A N A T A S S I S T E M K E U A N G A N P E M E R I N T A H D A L A M P E N G E L O L A A N H I B A H L U A R N E G E R I 42 K A J I A N A T A S S I S T E M K E U A N G A N P E M E R I N T A H D A L A M P E N G E L O L A A N H I B A H L U A R N E G E R I 43 Inspektorat Jenderal Itjen Kemen KP tidak secara khusus melaksanakan audit atas dana hibah, baik itu hibah langsung maupun tidak langsung. Sekalipun demikian, Itjen menelaah laporan keuangan KemenKP sebelum dilakukannya audit oleh auditor dari instansi lain, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan BPK. Dalam telaah tersebut, pencatatan atas hibah dan Sistem Akuntansi Instansi SAI terbaru tidak secara khusus dinilai. Disamping telaah atas laporan keuangan dan audit kinerja, Itjen melaksanakan kegiatan lain berupa: 1 Audit dengan tujuan tertentu, 2 Inspeksi Pimpinan, 3 Pemantauan tindak lanjut, 4 Pembinaan pengelolaan keuangan dan barang milik negara, 5 Pembinaan sistem pengendalian internal, 6 Evaluasi perencanaan program kegiatan mitra, 7 Evaluasi Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Lakip mitra, 8 Pemantauan dan evaluasi program KP, 9 Penanganan pengaduan masyarakat, 10 Pendampingan program pembangunan KP, 11 Pengawalan pengadaan barang dan jasa, dan 12 Bimbingan teknis pengawasan. Itjen memiliki 217 orang personel dengan jenjang kepangkatan sebagai berikut: S-3 ada 1 orang, S-2 ada 53 orang, S-1 ada 109 orang, D-4 ada 14 orang, D-3 ada 17 orang, dan SLTASLTPSD sebanyak 23 orang. Dari 217 orang personel tersebut sebanyak 97 orang personel merupakan auditor, yang tersebar di lima inspektorat. Berdasarkan jenjang auditor, terdapat 2 orang auditor utama Daltu, 21 orang auditor madya Dalnis, 21 orang auditor muda Ketua Tim, dan 52 orang auditor pratamapenyelia anggota tim. Dari gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa jenjang kependidikan personel Itjen sudah memadai. Di KemenKP, terdapat 743 Satker, yang terdiri dari 56 Satker Pusat, 127 Satker Daerah, 198 Satker Dekonsentrasi, dan 362 Satker Tugas Pembantuan. Berdasarkan sasaran strategis cakupan pengawasan 100, 21 tim dapat dibentuk dari personel Itjen yang ada. Satu tim harus dapat melaksanakan audit di lebih dari 35 Satker per tahun, dengan waktu audit selama lima hingga tujuh hari per Satker. Waktu pelaksanaan audit cukup singkat padahal sasaran sangat luas. Diterapkannya rekomendasi atas hasil pengawasan dalam perbaikan kinerja dan sistem pengendalian memiliki sasaran sebesar 70 dan realisasinya sebesar 48 atau 69 dari sasaran. Sementara itu, tindak lanjut atas temuan keuangan melebihi sasaran, yaitu dari sasaran 70, yang terealisasi 89 atau 127 dari sasaran, dengan nilai temuan Rp175 juta.

BAB VI. ASPEK AUDIT