K A J I A N A T A S S I S T E M K E U A N G A N P E M E R I N T A H D A L A M P E N G E L O L A A N H I B A H L U A R N E G E R I
46
A. PENERIMAAN HIBAH LUAR NEGERI UNTUK PEMDA MELALUI KEMENKP
Hibah yang bersumber dari luar negeri untuk Pemda harus melalui pemerintah pusat Pasal 5, PP No. 2 Tahun 2012. Untuk itu, usulan kegiatan yang akan didanai dari hibah luar negeri
harus melalui Kemen KP. Perjanjiannya dilakukan antara pemerintah pusat, dalam hal ini Menteri Keuangan, dan pemberi hibah. Selanjutnya, dilakukan penerusan hibah kepada Pemda dengan
perjanjian antara Menteri Keuangan dan GubernurBupatiWalikota.
Desain ini mengacu pada peraturan terbaru dan petunjuk pelaksanaannya, yaitu: 1. Peraturan Pemerintah PP No. 10 Tahun 2011 tentang Tata cara Pengadaan Pinjaman Luar
Negeri dan Penerimaan Hibah, 2. PP No. 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah,
Menteri KP Menteri
Perencanaan
MenKeu, DJPbRKUN
MenKeu, DJPbKPPN
Penilaian; DRKH
Transfer dana hibah
Dana hibah masuk
Transfer dana ke RKUD
Pencatatan di SA-BUN
Veriikasi Perundingannegosiasi
penandatanganan Perjanjian Hibah
Membuat dan menandatangani Perjanjian Penerusan Hibah
MenKeu, DJPU
Pemberi Hibah
MenKeu, DJKP
Pemda
START Alokasi
Alokasi
DIPA
SPM
SP2D Rencana
Komprehensif Rencana
Tahunan
SPPH
STOP Usulan
Gambar 13. Penerimaan hibah luar negeri untuk Pemda melalui KemenKP
K A J I A N A T A S S I S T E M K E U A N G A N P E M E R I N T A H D A L A M P E N G E L O L A A N H I B A H L U A R N E G E R I
47
3. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan NasionalKepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Meneg PPNKepala Bappenas No. 4 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Perencanaan, Pengajuan Usulan, Penilaian, Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman Luar Negeri dan Hibah dan,
4. Peraturan Menteri Keuangan PMK No. 188PMK.072012 tentang Hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.
Berikut desain penerimaan hibah luar negeri oleh Pemda: 1. Menteri KP mengusulkan kegiatan yang akan dibiayai hibah luar negeri kepada Meneg PPN
atas usulan yang diajukannya sendiri maupun usulan yang berasal dari Pemda. 2. Meneg PPN melakukan sebagai berikut:
a. menilai usulan kegiatan dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM Nasional dan memperhatikan Rencana Pemanfaatan Hibah RPH;
b. menetapkan hasil penilaian usulan kegiatan dalam Daftar Rencana Kegiatan Hibah DRKH; c. menyampaikan DRKH kepada Kemen KP dan Menteri Keuangan;
d. Usulan kegiatan yang belum tercantum pada DRKH -asalkan telah memenuhi kelayakan
dan kesiapan- dapat diajukan kepada calon pemberi hibah. Usulan kegiatan itu dicantumkan pada DRKH tahun berikutnya.
3. Atas DRKH yang diterima atau usulan kegiatan yang telah memenuhi kelayakan dan kesiapan menurut Meneg PPN, Menteri KP mengajukan usulan pembiayaan kegiatan kepada Menteri
Keuangan c.q. DJPU. 4. Atas usulan pembiayaan kegiatan dari Menteri KP dan DRKH yang diterima atau usulan
kegiatan yang telah memenuhi kelayakan dan kesiapan menurut Menteri PPN, selanjutnya Kementerian Keuangan melakukan sebagai berikut:
a. menetapkan alokasi peruntukan hibah luar negeri yang diterushibahkan berdasarkan
usulan pembiayaan kegiatan dari Menteri KP, b. mengusulkan kegiatan yang akan dibiayai dengan hibah dan melakukan perundingan dan
negosiasi, c. apabila dicapai kesepakatan, dilakukan penandatanganan perjanjian hibah dengan calon
pemberi hibah luar negeri, d. menyampaikan perjanjian hibah kepada Kemen KP.
5. Atas perjanjian hibah yang diterima dan ketetapan alokasi peruntukan hibah luar negeri yang diterushibahkan, selanjutnya Menteri KP mengusulkan besar hibah dan daftar nama Pemda
penerima hibah kepada Kementerian Keuangan c.q. DJPK. 6. Atas usulan dari Menteri KP, Menteri Keuangan c.q. DJPK menerbitkan surat persetujuan
penerusan hibah kepada masing-masing Pemda setelah perjanjian hibah ditandatangani. 7. Berdasarkan surat persetujuan penerusan hibah dilakukan penandatanganan perjanjian
penerusan hibah antara Menteri Keuangan atau pejabat yang diberi kuasa dan Gubernur BupatiWalikota atau pejabat yang diberi kuasa. Registrasi perjanjian hibah akan secara
otomatis dilakukan oleh Menteri Keuangan c.q. Direktorat Evaluasi Akuntansi dan Setelmen Dit EAS
8. Berdasarkan perjanjian penerusan hibah, a. GubernurBupatiWalikota atau pejabat yang diberi kuasa menyusun Rencana
K A J I A N A T A S S I S T E M K E U A N G A N P E M E R I N T A H D A L A M P E N G E L O L A A N H I B A H L U A R N E G E R I
48
Komprehensif danatau Rencana Tahunan. b. KPA Hibah DJPK menyusun Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran DIPA dan meminta
pengesahan kepada Menteri Keuangan atau pejabat yang ditunjuk Pasal 20, PP No. 2 Tahun 2012 dan Pasal 8, PMK No. 188PMK.072012.
- Dalam hal hibah luar negeri diterima setelah penetapan APBN, penerushibahan
kepada Pemda dapat dilaksanakan setelah pengesahan DIPA hibah untuk kemudian dianggarkan dalam Perubahan APBN.
- Dalam hal hibah luar negeri diterima setelah Perubahan APBN, penerushibahan kepada Pemda dapat dilaksanakan setelah pengesahan DIPA hibah untuk kemudian
dilaporkan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Pasal 9, Ayat 1 dan 2, PMK 188PMK.072012.
c. Pemda menganggarkan penerimaan dan penggunaan hibah dalam APBD berdasarkan Rencana Tahunan dan mencantumkannya dalam Daftar Pelaksanaan Anggaran DPA.
- Dalam hal hibah diterima setelah penetapan APBD, penggunaan dana hibah dapat dilaksanakan setelah GubernurBupatiWalikota melakukan perubahan atas Peraturan
GubernurBupatiWalikota mengenai penjabaran APBD dan memberitahukan kepada Pimpinan DPRD. Perubahan tersebut dituangkan dalam DPA untuk kemudian
dianggarkan dalam Perubahan APBD.
- Dalam hal hibah diterima setelah Perubahan APBD, penggunaan dana hibah dapat dilaksanakan setelah GubernurBupatiWalikota melakukan perubahan atas Peraturan
GubernurBupatiWalikota mengenai penjabaran APBD dan memberitahukan kepada Pimpinan DPRD. Perubahan tersebut dituangkan dalam DPA untuk kemudian
dilaporkan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Pasal 11 dan 13, PMK 188 PMK.072012.
9. Penyaluran hibah yang bersumber dari luar negeri dapat dilaksanakan melalui lima cara, yaitu: a. pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara RKUN ke Rekening Kas Umum
Daerah RKUD, b. pembayaran langsung,
c. rekening khusus, d. letter of credit LC, danatau
e. pembiayaan pendahuluan.
Cara yang dipilih tergantung dari sistem yang adadikehendaki oleh pemberi hibah. Kali ini, diusulkan melalui cara pemindahbukuan atau transfer dana dari RKUN ke RKUD Pasal 16,
PMK 188PMK.072012 dengan pertimbangan bahwa cara tersebut sudah biasa digunakan, dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pemberi hibah menyalurkan dana hibah ke RKUN atas permintaan Menteri Keuangan. b. GubernurBupatiWalikota mengajukan Surat Permintaan Penyaluran Hibah SP2H
kepada KPA Hibah berdasarkan permintaan pembayaran dari penyedia barangjasa dan atau SP2D yang diterbitkan oleh Bendahara Umum Daerah dengan melengkapi dokumen
pendukung: 1 Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak SPTJM
2 Surat Pertimbangan Penyaluran Hibah dari Kemen KP. Dalam hal ini, Kemen KP
melakukan veriikasi atas bukti yang menjadi dasar permintaan penyaluran hibah yang
K A J I A N A T A S S I S T E M K E U A N G A N P E M E R I N T A H D A L A M P E N G E L O L A A N H I B A H L U A R N E G E R I
49
disampaikan oleh Pemda, 3 Dokumen lain yang dipersyaratkan dalam perjanjian penerusan hibah,
c. KPA Hibah DJPK menerbitkan dan menyampaikan Surat Perintah Membayar SPM kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara KPPN,
d. KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana SP2D sebagai dasar transfer dana dari RKUN ke RKUD.
10. KPA Hibah menyelenggarakan akuntansi dan pelaporan atas pelaksanaan penyaluran hibah berdasarkan SP2D yang diterbitkan oleh KPPN dan menyusun laporan keuangan, yang terdiri
dari: Laporan Realisasi Anggaran LRA, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan CALK. 11. GubernurBupatiWalikota atau pejabat yang diberi kuasa menyampaikan laporan triwulanan
pelaksanaan kegiatan kepada KPA Hibah dan Menteri KP Pasal 25, Ayat 2, PMK 188 PMK.072012.
Penjelasan tambahan: 1. Keunggulan dari opsi penerimaan hibah ini sebagai berikut:
a. Dapat dipastikan bahwa penerimaan hibah bertujuan untuk mendukung prioritas pembangunan nasional karena sejak perencanaan telah dilakukan penilaian tentang
kesesuaian kegiatan dengan RPJM Nasional oleh Kemeneg PPN. b. Dapat dipastikan bahwa penerimaan hibah tercatat dalam sistem keuangan pemerintah
karena penerimaan dan penyaluran hibah menggunakan mekanisme APBN. 2. Kelemahan dari opsi penerimaan hibah ini adalah proses perencanaannya memakan waktu
yang relatif panjang karena melalui proses penilaian dari Meneg PPN dan Kementerian Keuangan DJPU dan DJPK. Untuk memperkecil kelemahan ini, proses penilaian di Bappenas
dan proses yang dilakukan di Kementerian Keuangan DJPU dan DJPK harus dilaksanakan secara serentak.
K A J I A N A T A S S I S T E M K E U A N G A N P E M E R I N T A H D A L A M P E N G E L O L A A N H I B A H L U A R N E G E R I
50
FUND Proses perencanaan penerusan hibah kepada Pemda melalui Lembaga Wali Amanat LWA
hampir sama dengan yang melalui Kemen KP. Perbedaannya ialah usulan kegiatan dan usulan Pemda penerima hibah dilaksanakan oleh MWA.
Desain ini mengacu pada peraturan terbaru dan petunjuk pelaksanaannya, yaitu: 1. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri
dan Penerimaan Hibah, 2. PP No. 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah,
3. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan NasionalKepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Meneg PPNKepala Bappenas No. 4 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Perencanaan, Pengajuan Usulan, Penilaian, Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman Luar Negeri dan Hibah,
4. Peraturan Presiden No. 80 Tahun 2011 tentang Dana Perwalian, dan
Rencana Komprehensif
DIPA Rencana
Tahunan SPPH
SPM
MWA Menteri
KP
MenKeu, DJPbRKUN
MenKeu, DJPbKPPN
Penilaian; DRKH
Transfer dana hibah
Veriikasi Dana hibah
masuk
Transfer dana ke RKUD
Pencatatan di SA-BUN
Perundingannegosiasi penandatanganan Perjanjian
Hibah
Membuat dan menandatangani Perjanjian Penerusan Hibah
Menteri Perencanaan
Pemberi Hibah
MenKeu, DJPU
MenKeu, DJPK
Pemda
START
SP2D STOP
Usulan Usulan
Alokasi Surat
Persetujuan
Gambar 14. Penerimaan hibah luar negeri untuk Pemda melalui Lembaga Wali Amanat
K A J I A N A T A S S I S T E M K E U A N G A N P E M E R I N T A H D A L A M P E N G E L O L A A N H I B A H L U A R N E G E R I
51
5. Peraturan Menteri Keuangan No. 188PMK.072012 tentang Hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.
Berikut desain penerimaan hibah luar negeri kepada Pemda melalui LWA: 1. Adanya keinginan dari pemberi hibah untuk menyalurkan hibah bagi kegiatan yang dilakukan
oleh Pemda tertentu melalui jalur dana perwalian atau Lembaga Wali Amanat LWA yang telah terbentuk. Proses pembentukan LWA dapat dilihat pada desain penerimaan hibah ke-4,
yaitu penerimaan hibah-langsung kepada LSM melalui LWA.
2. Prosedur berikutnya mengikuti penerimaan hibah luar negeri melalui Kemen KP sebagaimana diuraikan di atas dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Usulan kegiatan yang berasal dari Pemda telah melalui penilaian dari Majelis Wali Amanat MWA.
b. Usulan pembiayaan kegiatan yang diajukan oleh Menteri KP merupakan penerusan usulan dari MWA,
c. Menteri Keuangan melakukan usulan kegiatan langsung kepada pemberi hibah atau tidak melalui MWA. Dengan demikian, perjanjian hibah dibuat antara Menteri Keuangan dan
pemberi hibah, d. Usulan besar hibah dan Pemda penerima yang diajukan oleh Menteri KP merupakan
penerusan usulan yang diajuan oleh MWA, e. Penyaluran hibah diusulkan dengan cara transfer dana dari RKUN ke RKUD sebagaimana
dijelaskan pada desain sebelumnya, yaitu sebagai berikut: i. Penyaluran dana hibah ke RKUN dilaksanakan oleh MWA melalui perintah penyaluran
kepada Pengelola Dana Amanat PDA, ii. Kemen KP melakukan veriikasi atas bukti yang disampaikan oleh Pemda.
Penjelasan tambahan: 1. Keunggulan dari opsi penerimaan hibah ini sama dengan opsi penerimaan hibah sebelumnya.
2. Kelemahan dari opsi penerimaan hibah ini sebagai berikut:
a. Proses perencanaannya memakan waktu yang relatif panjang karena melalui proses penilaian dari Meneg PPN dan Kementerian Keuangan DJPU dan DJPK. Bahkan waktu
yang dibutuhkan lebih panjang dibandingkan dengan opsi-1 karena harus melalui proses penilaian atas kelayakan kegiatan oleh MWA. Untuk memperkecil kelemahan ini, proses
penilaian di Bappenas dan proses yang dilakukan di Kementerian Keuangan DJPU dan DJPK harus dilaksanakan secara serentak. Proses perencanaannya memakan waktu yang
lama. Bahkan lebih lama dari opsi-1 karena usulan kegiatan dimulai dari MWA selanjutnya ke Kemen KP. Berbeda dengan opsi-1 yang langsung kepada KemenKP.
b. Saat ini belum ada LWA di KemenKP sebagai pengelola dana perwalian. Untuk memperkecil kelemahan ini, proses pembentukan LWA yang sedang dilaksanakan harus dipercepat,
dengan memberikan dukungan seperlunya.
C. PENERIMAAN HIBAH LUAR NEGERI UNTUK LSM MELALUI KEMEN KP DENGAN MEKANISME HIBAH LANGSUNG