METODOLOGI REGULASI YANG TERKAIT

K A J I A N A T A S S I S T E M K E U A N G A N P E M E R I N T A H D A L A M P E N G E L O L A A N H I B A H L U A R N E G E R I 17

B. METODOLOGI

Kajian diawali dengan telaah pustaka. Kemudian dilakukan serangkaian wawancara terstruktur dengan para pejabat yang terkait dengan pokok kajian, dan terakhir dilakukan konirmasi atas informasi yang diterima berdasarkan rujukan kegiatan sejenis. Kajian melibatkan personelpejabat di Kementerian Kelautan dan Perikanan: Direktorat KKJI, Sekretariat Ditjen KP3K, Biro Keuangan, dan Inspektorat Jenderal. Juga terlibat adalah personel pejabat Kementerian Keuangan: Direktorat Sistem Penganggaran dan Direktorat Pinjaman dan Hibah. Selain itu kajian ini juga melibatkan pejabat BPKP: Direktorat Pengawasan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri.

C. REGULASI YANG TERKAIT

Sistem keuangan pemerintah dalam hal hibah diatur dalam berbagai peraturan yang terkait, yaitu: 1. Undang-undang UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam UU ini, diatur tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan jangka panjang, menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan daerah dengan melibatkan masyarakat. 2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU ini mengatur batasan keuangan Negara, penegasan Presiden sebagai pemegang kuasa pengelolaan keuangan negara, penyusunan dan penetapan APBNAPBD, hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah Pemda, pelaksanaan APBNAPBD, dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara. 3. Peraturan Pemerintah PP Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah. PP ini antara lain mengatur tentang penerimaan hibah melalui dua alternatif, yaitu terencana dan langsung, dan melalui dana perwalian serta hibah yang bersumber dari luar negeri dapat dipinjamkan atau diterushibahkan kepada Pemerintah Daerah atau dipinjamkan kepada Badan Usaha Milik Negara BUMN. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah. PP ini antara lain menegaskan bahwa hibah kepada Pemda yang berasal dari luar negeri harus melalui pemerintah dengan mekanisme penerusan hibah. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian NegaraLembaga RKA-KL. PP ini antara lain mengatur proses serta jangka waktu penyusunan RKA-KL dalam rangka penyusunan rancangan APBN. 6. Peraturan Presiden Perpres Nomor 80 Tahun 2011 tentang Dana Perwalian. Peraturan K A J I A N A T A S S I S T E M K E U A N G A N P E M E R I N T A H D A L A M P E N G E L O L A A N H I B A H L U A R N E G E R I 18 Presiden ini mengatur mekanisme penyaluran dana hibah melalui lembaga wali amanat yang dibentuk oleh kementerian teknis sebagai satuan kerja kementerian. 7. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan NasionalKepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 4 Tahun 2011 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengajuan Usulan, Penilaian, Pemantauan, dan Evaluasi Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman Luar Negeri dan Hibah. Peraturan ini mencakup mekanisme perencanaan, pengajuan usulan dan penilaian, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kinerja pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari hibah dan pinjaman luar negeri. 8. Peraturan Menteri Keuangan PMK Nomor 191PMK.052011 tentang Mekanisme Pengelolaan Hibah. PMK ini mengatur tata cara pengesahan hibah-langsung dalam bentuk uang dan barangjasa yang diterima oleh pemerintah. 9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230PMK.052011 tentang Sistem Akuntansi Hibah. PMK ini mengatur akuntansi pendapatan dan belanja hibah. Melalui PMK ini, Menteri Keuangan menetapkan Ditjen Pengelolaan Utang sebagai Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara UAP-BUN Pengelola Hibah, Direktorat Evaluasi Akuntansi dan Setelmen selaku Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara UAKPA-BUN untuk transaksi pendapatan dan belanja hibah, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan selaku UAKPA-BUN untuk transaksi belanja hibah kepada Pemda. 10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151PMK.052011 tentang Tata Cara Penarikan Pinjaman danatau Hibah Luar Negeri. PMK ini antara lain mengatur tata cara penarikan hibah luar negeri untuk hibah terencana, yang dapat dilaksanakan dengan lima cara. 11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 169PMK.052011 tentang Tata Cara Penyaluran Hibah kepada Pemerintah Daerah. PMK ini mengatur penetapan Dirjen Perimbangan Keuangan DJPK sebagai Kuasa Pengguna Anggaran KPA Hibah kepada Pemda, penyusunan dan pengesahan DIPA serta penyaluran hibah kepada Pemda. 12. Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor 81Pb2011 tentang Tata Cara Pengesahan Hibah Langsung Bentuk Uang dan Penyampaian Memo Pencatatan Hibah-Langsung Bentuk Barang JasaSurat berharga. Peraturan ini mengatur format formulir yang dipergunakan dalam hibah langsung berbentuk uang, barangjasa, dan surat berharga. Berdasarkan beberapa peraturan di atas, hibah dideinisikan sebagai penerimaan pemerintah dalam bentuk uang, barang, jasa danatau surat berharga yang diperoleh dari pemberi hibah yang tidak perlu dibayar kembali, yang berasal dari dalam negeri atau luar negeri. Atas pendapatan hibah tersebut, pemerintah mendapat manfaat secara langsung, yang digunakan untuk mendukung tugas dan fungsi KementerianLembaga KL atau diteruskan kepada Pemda, Badan Usaha Milik Negara BUMN, dan Badan Usaha Milik Daerah BUMD. K A J I A N A T A S S I S T E M K E U A N G A N P E M E R I N T A H D A L A M P E N G E L O L A A N H I B A H L U A R N E G E R I 19 Secara garis besar, hibah dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu: • Hibah-terencana • Hibah-langsung. Hibah-terencana adalah hibah yang diperoleh dengan mekanisme yang direncanakan, mulai dari pengajuan kegiatan yang didanai dari hibah, pencantuman dalam Daftar Rincian Kegiatan Hibah DRKH dari Bappenas, penandatanganan hibah, pencantuman dalam APBN dan Dokumen Anggaran termasuk registrasi hibah serta pencairan dananya melalui Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara KPPN selaku Bendahara Umum Negara BUN di daerah, dan untuk selanjutnya dipertanggungjawabkan. Hibah-terencana mencakup sebagai berikut Penjelasan Pasal 48, Ayat 2, PP No. 10 Tahun 2011: 1. Hibah yang diberikan untuk mempersiapkan danatau mendampingi pinjaman; 2. Hibah yang telah masuk dalam dokumen perencanaan yang disepakati bersama antara pemerintah dan pemberi hibah; 3. Hibah yang memerlukan dana pendamping; 4. Hibah yang dilaksanakan oleh LSM melalui pemerintah; 5. Hibah dalam rangka kerjasama antarinstansi dengan pemberi hibah di luar negeri seperti sister city. Dari penjelasan di atas terlihat bahwa hibah-terencana sudah masuk dalam sistem keuangan pemerintah. Namun untuk jenis hibah ini, USAID tidak dapat memberikan hibah kepada pemerintah secara langsung sehingga dalam implementasinya USAID menunjuk kontraktor, baik perusahaan maupun lembaga-lembaga nirlaba. Dalam bidang konservasi laut, proyek Coremap merupakan salah satu contoh hibah-terencana yang sudah menjadi bagian dari sistem keuangan pemerintah, termasuk proses pengadaan barang dan jasanya pun merujuk pada sistem pemerintah. Sedangkan hibah-langsung adalah hibah yang diterima tanpa melalui tahap perencanaan atau tidak mengikuti tahap APBN. Hibah dapat diserahkan oleh pemberi hibah kepada KL kapan pun dan pencairan dananya tidak melalui KPPN. Hibah yang melalui proses perencanaan, namun pencairannya tidak melalui KPPN, juga dikelompokkan sebagai hibah-langsung. Agar mekanisme penerimaan dan penggunaan hibah oleh KL sesuai dengan mekanisme APBN, maka KL wajib melakukan registrasi, izin pembukaan rekening, revisi DIPA, dan pengesahan. Hibah-langsung mencakup sebagai berikut Penjelasan Pasal 48, Ayat 3, PP No. 10 Tahun 2011: 1. Hibah untuk penanggulangan bencana alam, bencana bukan-alam, dan bencana sosial; 2. Hibah dalam rangka kerjasama teknik antara KL dengan pemberi hibah luar negeri seperti lokakarya, pelatihan, seminar; 3. Hibah diserahkan langsung kepada KL atas permintaan donor. K A J I A N A T A S S I S T E M K E U A N G A N P E M E R I N T A H D A L A M P E N G E L O L A A N H I B A H L U A R N E G E R I 20 Kedua macam hibah tersebut sekarang dilaksanakan dalam sistem keuangan pemerintah. Perbedaan antara hibah-terencana dan hibah-langsung dijelaskan pada tabel di bawah ini: No Uraian Hibah-terencana Hibah-langsung 1. Penandatangan Perjanjian Menteri Keuangan atau Menteripimpinan lembaga Hibah pejabat yang ditunjuk penerima hibah atau pejabat yang ditunjuk 2. Bentuk hibah Uang Uang, barangjasa, surat berharga 3. Pencairan dana hibah • Melalui KPPN On Treasury • Tidak melalui KPPN • Tidak dapat dicairkan sebelum Off Treasury DIPA atau RKA-KL disahkan • Dapat dicairkan sebelum • Dapat dicairkan setelah ada DIPA atau RKA-KL disahkan persetujuan pembukaan • Dapat dicairkan sebelum rekening ada persetujuan pembukaan rekening 4. Mengikuti mekanisme Ya Tidak perencanaan Untuk hibah yang mengikuti mekanisme perencanaan, tetapi pencairan dananya tidak melalui KPPN dikelompokkan dalam hibah ini. 5 Pelaksana pengadaan Kementerianlembaga penerima Kementerianlembaga penerima barangjasa hibah dengan menggunakan hibah danatau pemberi hibah aturan pengadaan pemerintah 6 Waktu yang dibutuhkan Lebih lama Lebih singkat sejak inisiasi hingga pelaksanaannya 7 Akuntabilitas Lebih tinggi, dicatat dalam Lebih rendah, dicatat dalam Laporan Keuangan Pemerintah LKPP, dapat menggunakan Pusat LKPP sesuai dengan standar harga pemerintah atau standar harga pemerintah lembaga donor Tabel 1: Perbedaan antara Hibah-terencana dan Hibah-langsung K A J I A N A T A S S I S T E M K E U A N G A N P E M E R I N T A H D A L A M P E N G E L O L A A N H I B A H L U A R N E G E R I 21 Perencanaan pembangunan telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Perencanaan pembangunan menghasilkan Rencana Pembangunan Jangka PanjangRPJP 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM 5 tahun, dan Rencana Kerja PemerintahRKP tahunan. Perencanaan pembangunan nasional terdiri atas perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh kementerian lembaga KL dan Pemerintah Daerah Pemda. RPJM dan RKP selanjutnya dirujuk untuk penyusunan Rencana Strategis Renstra dan Rencana Kerja Renja KementerianLembaga KL. Demikian juga, Pemerintah Daerah merujuknya untuk Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD. RPJM II mengarah pada pemantapanpenataan kembali segala bidang dengan menekankan pada upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia SDM, termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian.

BAB II. ASPEK PERENCANAAN