Wacana Karikatur Indonesia Perspektif Kajian Pragmatik
77
BAB IV PENERAPAN PRINSIP KERJA SAMA
DAN KESOPANAN DALAM KARIKATUR
A. Pengantar
Di dalam pertuturan nonhumor ada praanggapan penutur dan lawan tutur dituntut berlaku secara wajar. Kedua belah pihak harus
memberikan konstribusinya sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Mereka akan berusaha berinteraksi seinformatif mungkin dengan
melaksanakan sepenuhnya prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan, serta mempertimbangkan secara saksama parameter-parameter
pragmatik Wijana, 2004: 4. Lebih lanjut dikatakan oleh Wijana 2004, di dalam wacana humor terjadi hal yang sebaliknya.
Kartun atau juga karikatur secara sengaja menciptakan tuturan yang menyimpangkan prinsip-prinsip dan parameter pragmatik itu
secara langsung atau lewat perantara tokoh atau tokoh-tokoh rekaannya yang berperan sebagai peserta tindak tutur yang irrasional. Sebagai
tokoh yang irasional, figur-figur ini mengutarakan konstribusinya secara berlebih-lebihan, atau kurang informatif. Tuturan yang dihasilkannya
kerap kali tidak disertai bukti-bukti yang memadai, tidak relevan, dan disampaikan dengan cara-cara bertutur yang tidak semestinya.
Pemakaian bahasa dalam berkomunikasi melibatkan beberapa aspek. Aspek-aspek yang dimaksud adalah: 1 hal yang dikomunikasi-
kan, 2 tujuan berkomunikasi, 3 orang yang diajak berkomunikasi, 4 tempat komunikasi tersebut berlangsung. Aspek-aspek komunikasi
tersebut senada dengan apa yang pernah disampaikan oleh Austin 1962. Pemakaian bahasa secara wajar tidak akan terlepas dari aspek
tersebut.
Wacana Karikatur Indonesia Perspektif Kajian Pragmatik
78 Selain, aspek-aspek tersebut dalam berkomunikasi secara wajar
tentu akan dipatuhi prinsip-prinsip kerjasama yang teraktualisasikan dalam beberapa maksim, seperti 1 maksim kuantitas, 2 maksim
kualitas, 3 maksim relevansi, dan 4 maksim cara. Keempat maksim tersebut harus dipatuhi oleh penutur dan lawan tutur dalam ber-
komunikasi agar tercapai tujuan komunikasi secara normal Grice, 1975: 45-47; Parker,1986: 23; Wardaugh, 1986: 202; Sperber Wilson, 1989:
33-44; Gazdar, 1979: 45- 49; Yule, 2004: 35- 37.
Grice dalam Wijana, 1996: 46-53 mengemukakan bahwa dalam rangka melaksanakan prinsip kerja sama itu, setiap penutur harus
mematuhi empat maksim percakapan conversational maxim, yakni maksim kuantitas maxim of quantity, maksim kualitas maxim of
quality, maksim relevansi maxim of relevance, dan maksim pelak- sanaan cara maxim of manner.
Keempat maksim yang ada dalam prinsip kerja sama ditengarai
dalam wacana karikatur dilanggar dengan maksud terjadinya efek humor di dalamnya. Sebagai bukti pelanggaran prinsip kerja sama di atas dapat
dilihat contoh data berikut di bawah ini.
B. Pelanggaran Maksim Kuantitas