Wacana Karikatur Indonesia Perspektif Kajian Pragmatik
15
BAB II KONSEP DASAR KAJIAN KARIKATUR
A. Konsep Karikatur
Di dalam masyarakat selama ini berkembang kesalahkaprahan yang menganggap karikatur mencakup seluruh kriteria yang bersifat mengritik
atau menyindir. Sebenarnya karikatur hanyalah bagian dari kartun dengan ciri deformasi atau distorsi wajah, biasanya wajah tokoh
manusia yang dijadikan sasarannya Wijana, 1995: 8. Noerhadi di dalam artikelnya yang berjudul “Kartun dan Karikatur sebagai Wahana Kritik
sosial” seperti dikutip Wijana 1995, mendefinisikan karikatur sebagai suatu bentuk tanggapan lucu dalam citra visual. Dalam artikel tersebut
konsep kartun dipisahkan secara tegas dengan karikatur. Tokoh-tokoh kartun bersifat fiktif yang dikreasikan untuk menyajikan komedi-komedi
sosial serta visualisasi jenaka. Sementara itu, tokoh-tokoh karikatur adalah tokoh-tokoh tiruan lewat pemiuhan distorsi untuk memberikan
persepsi tertentu kepada pembaca sehingga sering kali disebut portrait caricature
Wijana, 1995: 8. Karikatur adalah gambar yang bersifat lelucon yang mengandung
sindiran. Karikatur disebut juga gambar ejekan Poerwadarminta, 2003: 524. Menurut Wijana dalam disertasinya yang berjudul “Wacana
Karikatur dalam Bahasa Indonesia” menyatakan karikatur Caricature berasal dari bahasa Italia Caricatura caricare yang artinya memberi
muatan atau beban tambahan. Yang direka adalah tokoh-tokoh politik atau orang-orang yang karena peristiwa menjadi pusat perhatian.
Distorsi jasmani tokoh-tokohnya itu tidak selamanya dimaksudkan sebagai sindiran, melainkan dapat juga hanya untuk menampilkannya
secara humoristis Wijana, 1995: 8.
Karikatur pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni karikatur verbal dan nonverbal. Karikatur verbal yaitu karikatur yang
Wacana Karikatur Indonesia Perspektif Kajian Pragmatik
16 dalam visual gambarnya memanfaatkan unsur-unsur verbal seperti kata,
frase, dan kalimat, di samping gambar tokoh yang didistorsikan itu, sedangkan karikatur nonverbal cenderung memanfaatkan gambar
sebagai bahasa bertutur agar maksud yang termaksud dalam gambar tersampaikan kepada pembaca. Karikatur selain sebagai wahana kritik
sosial juga mampu menjadi wahana hiburan yang kental dengan humor dan kelucuan, sehingga mampu membangkitkan kesegaran bagi
pembacanya.
Di dalam masyarakat, humor, baik yang bersifat erotis maupun protes sosial, berfungsi sebagai penglipur lara. Hal ini disebabkan humor
dapat meyakinkan ketegangan batin yang menyangkut ketimpangan norma masyarakat yang dapat dikendurkan melalui tawa atau senyuman
Wijana, 2004: 26. Pernyataan itu sesuai dengan pandangan Wilson yang menyatakan bahwa humor tidak selamanya bersifat agresif dan
radikal yang memfrustrasikan sasaran agresinya dan memprovokasikan perubahan, serta mengecam sistem sosial masyarakatnya, tetapi dapat
pula bersifat konservatif yang memiliki kecenderungan untuk memper- tahankan sistem sosial dan struktur kemasyarakatan yang telah ada
Wilson dalam Wijana, 1995: 3. Lebih lanjut Wijana mengungkapkan bahwa humor dapat disajikan dalam berbagai bentuk seperti teka-teki,
dongeng, julukan, kartun dan karikatur. Wahana kritik sosial ini sering dijumpai di dalam berbagai media cetak, seperti surat kabar, majalah
dan tabloid.
Karikatur biasanya diciptakan sebagai reaksi terhadap peristiwa tertentu sehingga memungkinkan digali atau dicari isi faktanya. Untuk
mencapai tujuan-tujuan yang disebutkan di atas satu langkah yang niscaya adalah pengamatan dan penelitian yang dilakukan secara cermat
dan tajam terhadap keadaan-keadaan sekitar untuk menangkap makna hidup yang tersirat di dalamnya Dakiade dalam Sudarta, 1980: viii.
Begitu banyak hal yang dijelaskan oleh karikatur ini dengan lebih ramah, malah kadang-kadang lebih menyentuh, lebih manusiawi, dan
mampu membangkitkan tawa. Karikatur juga dapat membangkitkan amarah bagi yang terkena. Namun, di atas segala-galanya karikatur ber-
peran sebagai pencatat peristiwa, menampilkan hubungan-hubungan peristiwa dan mencoba mengemukakan interpretasi dan makna. Inter-
pretasi terhadap suatu peristiwa secara padat dan humor di antaranya tampil melalui karikatur. Interpretasi itu tajam dan sarat, karena amat
subjektif dan dinyatakan dalam gambar Sudarta, 1980: viii. Di dalam gambar karikatur, tokoh-tokoh politik atau peristiwa-peristiwa penting
Wacana Karikatur Indonesia Perspektif Kajian Pragmatik
49
BAB III JENIS-JENIS TINDAK TUTUR,